Join channel kami untuk informasi ter-update: Channel Telegram Tetua Sekte
Project utama: Return of Mount Hua Sect Bahasa Indonesia
MANHWA CHAPTER 77 lanjut baca di novel Chapter 124, gas kan!

Return of The Mount Hua – Chapter 935

Return of The Mount Hua - Chapter 935

Translatator: Chen
Return of The Mount Hua – Chapter 935 Mungkin sudah dimulai (5)

“Pedang Kesatria Gunung Hua!” -ucap Hong Dae-kwang

Saat Hong Dae-kwang masuk ke dalam ruangan, mata Chung Myung membelalak tajam.

“Arghhh, apa yang dilakukan pengemis ini di sini? Apa kau kira tempat ini adalah rumahmu?” -ucap Chung Myung

“A-apa? Sekarang bukan waktunya membahas hal seperti itu, Pedang Kesatria Gunung Hua!” -ucap Hong Dae-kwang

“Apa lagi?” -ucap Chung Myung

“Keluarga N-Namgung!” -ucap Hong Dae-kwang

Saat nama “Keluarga Namgung” disebutkan, mata semua orang di Aula Baekma menajam.

“Keluarga Namgung dikelilingi oleh Bajak Laut Naga Hitam!” -ucap Hong Dae-kwang

“…?”

Chung Myung tidak menunjukkan banyak reaksi terhadap berita ini. Jadi Hong Dae-kwang berlari, tampak frustrasi, dan mendorong wajahnya ke depan.

“Kekuatan utama mereka terjebak di Pulau Bunga Plum dan dikelilingi oleh kapal Bajak Laut Naga Hitam! Jika kita tidak melakukan sesuatu sekarang, mereka semua bisa musnah. Apakah kau mendengarkan apa yang aku katakan…?” -ucap Hong Dae-kwang

“Ah, kau berisik sekali! Diam!” -ucap Chung Myung

Chung Myung mendorong pipi Hong Dae-kwang dengan ujung jarinya. Jika orang lain yang berlari seperti itu, dia mungkin akan melayangkan pukulan, tapi karena pria ini adalah seorang pengemis yang hidup di jalanan, dia ingin meminimalkan area kontak mereka.

Murid Gunung Hua mengangguk setuju sambil tersenyum puas.

“Chung Myung sangat sopan. Bahkan dia cuma menggunakan jarinya.” -ucap murid

“Ya. Kupikir dia akan menendangnya.” -ucap murid

“Anak itu sudah menjadi jauh lebih baik. Dulu, dia pasti akan menghancurkannya dengan sepatunya. Sebuah kemajuan yang luar biasa.” -ucap murid

“….”

Hei, apakah ini perilaku yang baik?

Apakah anak-anak Gunung Hua ini sedang mengalami semacam kegelapan? Pikiran itu sempat terlintas di benak Hong Dae-kwang, tapi itu tidak penting baginya saat ini.

“Jadi apa yang harus kita lakukan?” -ucap Hong Dae-kwang

“Melakukan apa?” -ucap Chung Myung

“Keluarga Namgung! Keluarga Namgung!” -ucap Hong Dae-kwang

Chung Myung memandang Hong Dae-kwang dengan tidak percaya.

“Keluarga Namgung, memang kenapa dengan mereka?” -ucap Chung Myung

“Apa yang harus kita lakukan, apa pun itu?” -ucap Hong Dae-kwang

“Tentang Keluarga Namgung?” -ucap Chung Myung

“Itu benar!” -ucap Hong Dae-kwang

“Kenapa aku harus melakukan itu?” -ucap Chung Myung

Hong Dae-kwang menggigil.

“Karena semua orang akan mati! Apa kau tidak mengerti?!” -ucap Hong Dae-kwang

“Ya ampun.Ya, terserah.Ck, ck.” -ucap Chung Myung

Mulut Hong Dae-kwang perlahan membentuk senyuman.

“Omong omong…” -ucap Chung Myung

Sebelum dia bisa berkata apa-apa lagi, Chung Myung memotongnya dengan ekspresi penuh kekesalan.

“…Apa orang tua ini mengira aku semacam dewa? Dia bergegas masuk setiap kali ada masalah dan merengek minta tolong!” -ucap Chung Myung

“…”

“Jika mereka sebelumnya bergegas ke sana tanpa berpikir panjang dan berakhir dikepung, mereka harus mencari tahu sendiri solusinya. Mereka bukan bayi berusia tiga tahun. Jika mereka menyebabkan kecelakaan, haruskah aku yang memperbaikinya untuk mereka?” -ucap Chung Myung

“Yah, itu benar, tapi tetap saja…” -ucap Hong Dae-kwang

“Makanya aku bertanya, kenapa orang-orang itu malah pergi ke sana? Kalau mereka ingin membuat Aliansi Tiran Jahat kesal, seharusnya mereka melakukannya dengan elegan. Bagaimana bisa mereka dengan berani memasuki tempat musuh seperti itu?” -ucap Chung Myung

Dapat dimengerti mengapa Namgung Hwang salah.

Tiga tahun lalu, sulit untuk membandingkan Sekte Gunung Hua dengan Keluarga Namgung hanya dalam hal kekuatan. Namun, melihat bagaimana Nokrim, bahkan Gunung Hua, menduduki pulau itu dan mengendalikan Gangnam dan Bajak Laut Naga Hitam pada saat yang sama, mereka pasti berpikir itu hal yang mudah dilakukan.

‘Tentu saja, itu yang terlihat dari luar’ -ucap Chung Myung

Namun kenyataan di Pulau Bunga Plum berbeda. Pulau Bunga Plum merupakan hasil perjanjian antara Jang Ilso dan Chung Myung untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Itu bukanlah tempat di mana serangan musuh dapat dipertahankan dengan mudah, namun karena tidak ada ancaman serangan, mereka tidak perlu mempertahankannya.

‘Setelah Gunung Hua mundur, perjanjian itu lenyap. Sekarang Pulau Bunga Plum menjadi sebidang tanah tempat binatang buas yang terpojok.’ -ucap Chung Myung

Jika Aliansi Tiran Jahat dan Sekte Adil bersaing untuk menduduki pulau itu, pihak mana yang akan diunggulkan?

‘Aliansi Tiran Jahat, yang mengendalikan Bajak Laut Naga Hitam, pasti akan mampu merebut pulau itu.’ -ucap Chung Myung

Jadi itu sebabnya dia dan Im Sobyeong meninggalkan Pulau Plum Blossom sebelum perang pecah.

Tapi bodohnya, Namgung Hwang malah bergegas ke tempat berbahaya seperti itu tanpa berpikir panjang…

‘Jika kau lemah, kau akan dipukul; jika kau cuek, kau akan dipukul; kalau kau main-main, kau akan dipukul… Oh, abaikan saja bagian terakhir itu.’ -ucap Chung Myung

Ngomong-ngomong, bukankah hukum Kangho adalah jika kau cuek, kau akan dihantam?

‘Tapi bukankah Keluarga Namgung itu pintar?’ -ucap Chung Myung

Sepengetahuannya, pembuat onar yang sering muncul adalah Keluarga Peng, dan Sekte Namgung berperan dalam menangani mereka. Tapi apa yang sebenarnya terjadi selama seratus tahun terakhir hingga Sekte Namgung berakhir dalam keadaan seperti itu…

“Tunggu sebentar.” -ucap Chung Myung

“Hah?” -ucap Hong Dae-kwang

“Aku hanya ingin tahu, kau punya informasi tentang Namgung Hwang, kan?” -ucap Chung Myung

“Hah? Namgung Hwang? Ya, kenapa?” -ucap Hong Dae-kwang

“Siapa ibunya?” -ucap Chung Myung

Pada saat itu, mata Hong Dae-kwang membelalak hingga tidak bisa melebar lagi.

“N-Naga Ilahi Gunung Hua. T-Tentu saja, aku tahu kau tidak bermaksud jahat, tapi tetap saja, itu sepertinya agak berlebihan…” -ucap Hong Dae-kwang

“Ah, sialan!” -ucap Chung Myung

Chung Myung tiba-tiba menendang Hong Dae-kwang dan menggulingkannya.

“Orang ini tiba-tiba berteriak seperti aku adalah bandit! Apakah aku terlihat begitu bagimu?” -ucap Hong Dae-kwang

Mendengar ini, murid-murid Gunung Hua semuanya mengangguk dengan ekspresi senang.

“Itu mungkin.” -ucap murid

“memang begitu.” -ucap murid

“Dia dikenal melakukan kekejaman semudah bernapas.” -ucap murid

Ada apa dengan anak-anak ini?

“Ini bukan tentang itu, ini tentang keluarga! Silsilah! Silsilah!” -ucap Chung Myung

“Ah, silsilahnya?” -ucap Hong Dae-kwang

Hong Dae-kwang, yang menghela nafas lega, mencari-cari dalam pikirannya.

“Coba lihat…sejauh yang aku tahu, ibu dari Namgung Hwang saat ini berasal dari keluarga Peng…” -ucap Hong Dae-kwang

“Ahhhhhh, begitu rupanya….” -ucap Chung Myung

Ya. Memang benar.

Kemanapun garis keturunan itu pergi.

Baru pada saat itulah Chung Myung berbicara dengan ekspresi segar, seolah misteri yang belum terpecahkan akhirnya terpecahkan.

“Itulah sebabnya. Aku bertanya-tanya mengapa orang seperti dia lahir dari keluarga Namgung.” -ucap Chung Myung

Dalam sekte pada umumnya, hal itu bisa saja terjadi. Sebuah sekte adalah tempat orang-orang berkumpul berdasarkan kepercayaan.

Tapi keluarga adalah tempat bertemunya darah. Ketika orang-orang dengan temperamen yang sama menerima pendidikan yang sama, mereka pasti akan menjadi serupa, bukan?

Tentu saja, meskipun Namgung Hwang memiliki beberapa ciri dari keluarga Peng, itu agak berlebihan…

“Chung Myung.” -ucap Baek Chun

“Ya?”

Pada saat itu, Baek Chun dari Lima Pedang mendekati Chung Myung dan bertanya,

“Menurutmu apa yang akan terjadi? Apakah menurutmu Keluarga Namgung dapat melarikan diri dari sana?” -ucap Baek Chun

“Itu akan sulit.” -ucap Chung Myung

“…Jadi apa yang kita lakukan sekarang?” -ucap Baek Chun

“Yah… itu…” -ucap Chung Myung

Chung Myung mengelus dagunya.

“Ini berjalan sesuai harapan, tapi ada sedikit perubahan.” -ucap Chung Myung

Jelas sekali Keluarga Namgung sedang dalam masalah serius. Orang-orang di era ini belum pernah mengalami peperangan berskala besar, dan akibatnya, mereka mungkin belum sepenuhnya memahami pentingnya medan.

Tentu saja, mereka mungkin telah mempelajari seni bela diri, namun mereka mungkin percaya bahwa mereka dapat mengatasi apapun dengan kekuatan mereka sendiri.

“Pergerakan keluarga Namgung di Pulau Bunga Plum sudah bisa kutebak, tapi masalahnya adalah Raja Naga Hitam.” -ucap Chung Myung

“Raja Naga Hitam?” -ucap Baek Chun

“Aku kira dia itu orang yang akan menyerbu langsung ke Pulau Bunga Plum seperti orang barbar…. tapi ternyata dia sangat kuno. Dia seperti rakun tua.” -ucap Chung Myung

“Inilah kenapa orang bilang kita tidak boleh menilai orang dari penampilannya…” -ucap Chung Myung

Baek Chun setuju dengan pernyataan ini. Berdasarkan apa yang mereka lihat tiga tahun lalu di Yangtze, Raja Naga Hitam tampak seperti pecundang. Siapa yang pernah membayangkan situasi ini, dimana Raja Naga Hitam yang memimpin Bajak Laut Naga Hitam dan Namgung Hwang yang memimpin Sekte Namgung akan berhadapan seperti ini?

“Jika Raja Naga Hitam ini ternyata pemarah seperti yang ku kira dan bergegas memusnahkan Pulau Bunga Plum dengan memanfaatkan pengepungan, itu mungkin akan menjadi kesempatan bagi keluarga Namgung.” -ucap Chung Myung

Kulit Baek Chun menjadi gelap saat dia mendengarkan kata-kata Chung Myung. Setiap kali Chung Myung mengatakan hal seperti ini, dia selalu memikirkan skenario yang berbeda.

“Lalu…..” -ucap Baek Chun

Dengan suara yang semakin gelap, Baek Chun berbicara,

“Apa yang terjadi jika Raja Naga Hitam dan Bajak Laut Naga Hitam tidak berniat memasuki pulau? Apakah ini akan berubah menjadi pertarungan antara bala bantuan siapa yang datang lebih dulu?” -ucap Baek Chun

“Secara logika, mungkin akan terjadi seperti itu. Tapi… itu tidak akan terjadi.” -ucap Chung Myung

“Hah? Kenapa tidak?” -ucap Baek Chun

“Karena Raja Naga Hitam juga mengetahui hal itu.” -ucap Chung Myung

“Apa maksudmu…?” -ucap Baek Chun

Baek Chun, yang sejenak bingung, tiba-tiba seperti menyadari sesuatu.

“Ah… begitu. Aku mengerti sekarang.” -ucap Baek Chun

Jo Gol, yang tidak mengerti percakapan mereka, memandang mereka dengan ekspresi bingung dan bertanya,

“Sasuk, apa yang kau bicarakan? Tolong jelaskan agar aku bisa mengerti.” -ucap Jo-Gol

“… Sekte Namgung kemungkinan besar menyadari bahwa Raja Naga Hitam, yang mengelilinginya, akan mendapat keuntungan jika bala bantuan tiba.” -ucap Baek Chun

“Benar juga, Orang itu sepertinya tidak mungkin bodoh.” -ucap Jo-Gol

“Tapi coba pikir, jika menurut Raja Naga Hitam, tampaknya bala bantuan dari pihak Benar akan tiba lebih dulu? Apakah dia akan secara cuma cuma diam tanpa melakukan apapun?” -ucap Baek Chun

“… Tidak, dia tidak akan melakukannya.” -ucap Jo-Gol

Baek Chun sedikit mengerucutkan bibirnya.

“Paling tidak, dia akan berusaha melemahkan kekuatan Sekte Namgung sebanyak mungkin sebelum bala bantuan tiba. Terlibat dalam kebuntuan dan hanya menunggu waktu berlalu tidak akan terjadi.” -ucap Baek Chun

Chung Myung mengangguk.

“Dari sudut pandang Raja Naga Hitam. Jika Aliansi Tiran Jahat datang lebih dulu, itu berarti malapetaka bagi Keluarga Namgung, tapi jika Sepuluh Sekte Besar datang lebih dulu, itu hanya akan menjadi situasi yang lebih menyusahkan bagi Bajak Laut Naga Hitam.” -ucap Chung Myung

“Karena mereka berada di sungai?” -ucap Baek Chun

“Ya.” -ucap Chung Myung

Bibir Chung Myung sedikit melengkung.

Dulu, saat melakukan percakapan seperti itu, mulut Chung Myung sibuk dengan penjelasan. Namun kini, Baek Chun memahami situasinya terlebih dahulu dan memberikan jawabannya.

“Bagaimanapun, Namgung hanya bisa bertahan. Untuk saat ini, hanya itu yang bisa dia lakukan.” -ucap Chung Myung

“Apakah mereka bisa bertahan?” -ucap Baek Chun

“Namgung Hwang memang orang gila, tapi dia tidak bodoh. Setidaknya dia bisa bertahan. Masalahnya adalah…” -ucap Chung Myung

Wajah Chung Myung sedikit berubah.

Dia berhenti sejenak, seolah memilih kata-katanya dengan hati-hati, lalu perlahan melanjutkan.

“Apakah kau tahu kapan manusia jatuh?” -ucap Chung Myung

“…?”

Itu adalah ucapan yang tidak terduga, tapi Baek Chun tidak bisa menjawab dengan pertanyaan lain karena dia merasakan nada berat yang tidak bisa dijelaskan dalam suara Chung Myung.

“Orang-orang runtuh ketika harapan hilang.” -ucap Chung Myung

Chung Myung mencibir ringan.

“Aku juga penasaran. Aku ingin tahu apakah pria yang bersiap berperang (bangjang kah?) itu bersedia mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan Keluarga Namgung.” -ucap Chung Myung

Tidak ada nama yang disebutkan secara eksplisit, namun semua orang yang hadir dapat dengan mudah mengetahui siapa yang dimaksud Chung Myung. Tidak ada seorang pun yang tidak tahu apa-apa tentang hal itu.

“Y-Yah… Apakah menurutmu tidak…?” -ucap Baek Chun

“Itu hanya bayanganku saja. Itu belum terjadi.” -ucap Chung Myung

Chung Myung melambaikan tangannya seolah ingin menenangkan suasana, namun meski bersikap santai dan riang, tatapannya gelap dan dalam.

“Tapi jika…” -ucap Chung Myung

Chung Myung berhenti sebentar dan melanjutkan berbicara

“Jika dalam satu dari seribu, satu dari seribu kemungkinan apa yang kupikirkan benar-benar terjadi…” -ucap Chung Myung

Suasana menjadi berat.

“Keluarga Namgung akhirnya akan melihat neraka.” -ucap Chung Myung

Keheningan pun terjadi. Tidak ada yang bisa berbicara.

“Yah, lagipula itu bukan urusan kita.” -ucap Chung Myung

“Chung Myung. Kalau begitu, bukankah sebaiknya kita melakukan sesuatu?” -ucap Baek Chun

“Hah?” -ucap Chung Myung

“Jika Keluarga Namgung benar-benar dalam bahaya seperti itu…” -ucap Baek Chun

“Sasuk.” -ucap Chung Myung

Chung Myung menyela kata-kata Baek Chun.

“Saat kau melangkah ke medan perang, kau bertanggung jawab atas semua keputusan yang kau buat.” -ucap Chung Myung

“…Y-yah.” -ucap Baek Chun

“Mereka yang berpikir bahwa ‘akan ada yang membantu’ ketika menghadapi bahaya adalah orang yang sama yang mengharapkan orang lain untuk membantu ketika mereka berada dalam bahaya. Rasa berpuas diri itu bisa merenggut banyak nyawa.” -ucap Chung Myung

Baek Chun tetap diam.

“Itulah sifat medan perang, dan itulah sifat perang. Jangan lupakan itu. Jika kau tidak ingin melihat saudara-saudaramu mati karena penilaian ceroboh yang kau buat…” -ucap Chung Myung

“Baiklah.” -ucap Baek Chun

Chung Myung mengangguk dan mengangkat bahunya.

“Ingat baik baik. Suatu hari nanti, itu mungkin sesuatu yang harus kita alami.” -ucap Chung Myung

Semua orang menelan air liur kering, merasakan tenggorokan mereka terbakar karena suatu alasan.


** 20 Chapter terbaru KLIK TRAKTEER**


 
**JOIN GRUP TELEGRAM**
https://t.me/Tetuasektegununghua

Comment

Options

not work with dark mode
Reset