Di mana Pengemis Itu Sekarang?(bagian 2)
Orang orang mulai ramai di Haewolru
“…… ahh.” –erang Jong Pal
Keringat menetes di wajah Jong Pal.
Tapi keringat bukanlah masalahnya.
Dibandingkan dengan wajah bengkak dan tubuh yang sakit karena tulangnya memar, ada yang lebih parah
Kepalanya.
Dia tidak tahu apakah pria gila itu memiliki semacam obsesi dengan kepala, di terus memukuli kepalanya dari tadi.
‘Orang gila itu… Kenapa kau melakukan ini padaku?’ –batin Jong Pal
‘Ya ampun.’ –batin Jong Pal
Naga Gunung Hua memiliki dendam padanya.
Petir macam apa ini?
“Turunkan lututmu!” –ucap Chung Myung
Jong Pal dengan cepat meluruskan lututnya dan mengangkat pinggulnya.
Faktanya, meletakkan kepala di tanah dan menyuruh seseorang duduk di atasnya bukanlah apa-apa bagi seorang seniman bela diri.
Namun, ceritanya sedikit berbeda ketika tubuh yang telah dipukul lebih dari beberapa kali dan kehadiran seseorang yang duduk di pinggangnya digabungkan.
“Aduh……” –erang Jong Pal
“Apakah kau berpura-pura sakit? Apakah kau sudah gila?” –ucap Chung Myung
“…….”
Chung Myung menampar punggungnya sementara dia menopang tubuhnya hanya dengan kepala dan kakinya.
“Bukankah seharusnya kau menempatkan dirimu di posisi yang benar?” –ucap Chung Myung
“Aku- aku minta maaf.” –ucap Jong Pal
“Tsk. Kau membuatku kehilangan kesabaran.” –ucap Chung Myung
“…….”
“Jika aku sama seperti sebelumnya (diriku yang dulu), kau bahkan tidak akan bisa membuka matamu sekarang. Kali ini aku cuma membuat seluruh tulangmu terkilir. Tsk, aku menjadi terlalu baik. Ya ampun, aku sudah menjadi orang yang sangat baik.” –ucap Chung Myung
“…….”
“Jika aku meninggalkanmu sendirian, itu akan berakhir dengan baik, tapi kenapa aku… ah, memikirkannya membuatku marah lagi.” –ucap Chung Myung
Chung Myung melompat dari atas Jong Pal. Kemudian dia menendangnya tepat di tulang rusuk.
“Ga!”
Jong Pal menjerit aneh dan jatuh.
“Semakin aku memikirkannya, semakin aku marah! Beraninya kau!” –ucap Chung Myung
Chung Myung mulai menginjak Jong Pal yang jatuh tanpa ampun.
“Argh! Argh! Daehyeop! Argh! Di sana! jangan di sana…. Argh!” –erang Jong Pal
“Ingatkah kau pada Pengemis muda yang kau pukuli seperti anjing sampai hampir mati dulu….. Hei, brengsek! Aku belum pernah mengalami mimisan sebelumnya dalam hidupku!” –ucap Chung Myung
‘Oh, kecuali oleh heavenly demon tentu saja.’ –batin Chung Myung
“Grrrrr! Aku akan mengikatmu dan melemparkanmu dari tebing!” –ucap Chung Myung
Dan Gu Chil, yang sedang menonton adegan yang menyenangkan itu, tidak punya pilihan selain menatap ke depan pada kenyataan yang luar biasa ini.
‘Wang Cho dipukuli?’ –batin Gu Chil
Dia?
Di antara pengemis muda, salah satu pengemis terkuat adalah Jong Pal. Bahkan Serikat Pengemis mengakui bakat itu dan memberinya gelar empat simpul sedini ini.
Jika kepribadian busuknya diabaikan, maka dia adalah orang berbakat yang menonjol bahkan di serikat pengemis.
Tapi Jong Pal dipukul seperti anjing tanpa bisa melawan.
Itu…
‘Tentu saja semuanya akan begini.’ –batin Gu Chil
Jika Cho Sam itu benar-benar Naga Gunung Hua, maka hasilnya tidak akan berbeda bahkan jika kakek Jong Pal akan datang.
‘Apakah dia benar-benar Naga Gunung Hua?’ –batin Gu Chil
Apa yang telah terjadi?
Seorang pengemis muda yang meninggalkan markas dengan marah setelah dipukuli oleh Wang Cho tampaknya menjadi Naga Gunung Hua hanya dalam tiga tahun?
Apakah ini masuk akal?
Gu Chil menggosok matanya lagi untuk berjaga-jaga. Namun, pemandangan di hadapannya tidak berubah sama sekali.
“Argh! Argh! Argh! Daehyeop! Selamatkan aku, Daehyeop!” –teriak Jong Pal
“Daehyeop? Daehyeooooooop? Bajingan ini, aku Taoist, brengsek! Daehyeop sialan! Jangan panggil Aku Daehyeop!” –ucap Chung Myung
“Dojang! Dojang! Selamatkan aku!”” –teriak Jong Pal
“Aku Malko, brengsek!” –ucap Chung Myung
(Malko = seseorang yang sangat kuat sehingga mereka dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan tanpa khawatir tentang akibatnya)
“Ma- Malko! Selamatkan aku!” –teriak Jong Pal
“Apakah kau gila? Beraninya kau memanggilku Malko!” –ucap Chung Myung
“Ah, apa yang kau ingin aku lakukan!” –teriak Jong Pal
Kwadeuk!
Jong Pal melompat seolah-olah mengalami kejang, tetapi dibaringkan kembali dengan baik oleh tendangan yang menancap di wajahnya.
“Keururuk.”
Mulutnya berbusa dan memutar matanya.
“Ha, dia membuat keributan terus.Dan sekarang ……” –ucap Baek Chun
pok.
Seseorang meletakkan tangannya di bahu Chung Myung.
“Hahhhh!!!?” –sontak Chung Myung
Ketika Chung Myung berbalik, Baek Chun menggelengkan kepalanya dengan ekspresi hati-hati di wajahnya.
“Hentikan.” –ucap Baek Chun
“Apa? Hentikan apa?” –balas Chung Myung
“Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi jangan pukul orang seperti itu. Jika dia murid Gunung Hua, aku mengerti, tapi dia murid Serikat Pengemis.” –ucap Baek Chun
“…….”
“Jika kau memukul lebih dari ini, akan ada masalah antara Serikat Pengemis dan Gunung Hua. Tidak, mungkin sudah ada masalah. Jadi biarkan saja.” –ucap Baek Chun
Pada saat itu, Chung Myung melihat wajah Jong Pal dan mundur sedikit. Wajahnya penuh penyesalan, tapi sepertinya dia berniat berhenti untuk saat ini.
“T-Terima kasih, Daehyeop.” –ucap Jong Pal
Mungkin dia pikir dia tidak perlu dipukul lagi, Jong Pal menundukkan kepalanya ke arah Baek Chun sambil menangis.
Baek Chun mengerutkan kening melihat pemandangan itu. Wajahnya sangat bengkak sehingga terlihat konyol.
“Apa yang terjadi padamu sehingga kau memukulinya seperti ini? Kau sedikit ceroboh, impulsif, memiliki kepribadian yang buruk, memiliki kepribadian yang kotor, dan kau seperti bajingan yang tidak bisa membedakan mana yang baik dan salah. …” –ucap Baek Chun
“katakan semua yang kau inginkan” –tanya Chung Myung
“……, tapi kau tidak akan memukuli orang tanpa alasan. Katakan padaku, apa yang telah terjadi?” –tanya Baek Chun
Chung Myung menjawab dengan suara masam.
“Ini bukan suatu hal besar.” –jawab Chung Myung
“Um.”
“Ketika aku masih seorang pengemis, sebelum aku datang ke Gunung Hua.” .” –jawab Chung Myung
“Benar.” –balas Baek Chun
“Aku pernah dipukuli oleh bajingan itu sebelumnya.” .” –ucap Chung Myung
“… dipukuli?” –tanya Baek Chun
“Aku lemah saat itu.” .” –balas Chung Myung
“…lemah?” .” –tanya Baek Chun
“Apa yang kau bicarakan, bajingan?” –imbuh Baek Chun
‘Begitu kau lahir, kau adalah tipe orang yang akan menabrak dan menunggangi harimau.’-batin Chung Myung
“……Ngomong-ngomong, saat itulah dia memukul kepalaku dengan tongkat.” –ucap Chung Myung
“…kepala?” –tanya Baek Chun
Chung Myung menggelengkan kepalanya.
“Itu adalah pengalaman yang sangat tidak bisa aku lupakan. Mungkin itu sebabnya aku terobsesi dengan kepala.” –ucap Chung Myung
Baek Chun menyeringai pada Chung Myung.
“Ah, benarkah?” –ucap Baek Chun
“Hm. Ha, aku dipukuli sampai sekarat. Aku tidak bisa menghilangkan amarahku sekarang dan sebanyak ini…….” –ucap Chung Myung
Tapi kata-kata Chung Myung tidak bertahan lebih lama.
Itu karena Baek Chun berhenti mendengarkan dan menoleh ke Jong Pal.
Jong Pal tersentak melihat mata Baek Chun penuh akan emosi kuat yang terkandung di dalamnya.
“Da- Daehyeop?” –ucap Jong Pal
“Jadi itu kau dalangnya ya?” –ucap Baek Chun
“Apa?” –ucap Jong Pal
Kaki Baek Chun membentur bagian atas kepala Jong Pal lagi.
Kuuung!
Jong Pal ambruk dengan suara keras. Kemudian Baek Chun naik ke atasnya dan mulai mengayunkan tinjunya.
“Kau bajingan! Karena kau, ya? Karena kau sendiri, Gunung Hua sekarang menjadi korban ……! Dasar brengsek!” –ucap Baek Chun
Yoon Jong, Jo-Gol, dan Baek Sang juga menoleh dan melompat ke arah Jong Pal.
“Karena kau!” –ucap Baek Chun
“Aaaaargh! Musuh! Musuh dunia!” –ucap Yoon Jong
“Aku akan membunuhmu!” –ucap Baek Sang
Murid-murid Gunung Hua mulai menginjak Jong Pal.
Bahkan Yoo Iseol, berdiri di samping Jong Pal, berjongkok, dan memukul kepala Jong Pal dengan sarungnya.
“Kepala. Kepala. Kepala. Kepala.” –ucap Yoo Iseol
“Aaaaaarrrggh!” –erang Jong Pal
Jong Pal menjerit dan memutar tubuhnya. Tapi pemukulan tidak berhenti.
“Ini untuk murid kelas dua! Ini untuk murid kelas tiga! Ini untuk Namgung Dohui!” –seru Baek Chun
Tinju Baek Chun dengan penuh semangat beralih ke dagu Jong Pal.
Bahkan saat bintang-bintang berkelap-kelip di depannya karena dipukuli, Jong Pal berpikir,
Mengapa Baek Chun bahkan memberikan bagian Namgung Dohui?
Tapi sekarang tidak ada waktu untuk mengajukan pertanyaan itu.
Kemudian Chung Myung, yang melihat pemandangan itu, tanpa sadar mengulurkan tangan.
“Eh, hei….” –ucap Chung Myung
“Apa!” –sahut Baek Chun
“Dia akan mati…..” –ucap Chung Myung
“DIAAM!” –seru Baek Chun
“…….”
Semua orang memutar mata mereka dan memukulinya tanpa ampun.
“Ayo bawa dia ke Gunung Hua!” –ucap Jo Gol
Akal sehat telah menghilang dari mata murid Gunung Hua.
Apakah mereka memiliki hari yang baik dalam tiga tahun terakhir?
Mereka dipukul karena mereka tidak berlatih dengan benar, mereka dipukul karena dia bosan, dan mereka dipukul karena lambat.
Berpikir bahwa semua hari yang panjang dan berat itu disebabkan oleh pengemis ini, mereka merasa seperti bisa memuntahkan api dari mulut mereka.
“Kenapa kau menutupi kepalamu! Dasar bajingan!” –ucap Baek Chun
“Jika kau tidak memukulnya, dia tidak akan datang ke Gunung Hua!” –ucap Jo-Gol
“Mati! Mati! Mati!” –ucap Yoo Iseol
Chung Myung melihat pemandangan itu dengan wajah masam.
“H-Hei hei, bukankah seharusnya aku yang kesal disini? ..…” -kata Chung Myung
Mengapa mereka terlihat lebih kesal?
Kenapa?
Itu dulu.
Bang!
Pintu terbuka dengan keras seolah-olah akan pecah, dan pengemis berpakaian compang-camping berbondong-bondong masuk.
“Apa yang sedang kau lakukan?” –ucap murid serikat pengemis
“Ya Dewa!” –Kata para murid serikat pengemis
“Beraninya kau menyentuh murid Serikat Pengemis! Kalian sudah gila!” –ucap murid serikat pengemis
Murid-murid Gunung Hua menoleh karena terkejut.
Lusinan orang Serikat Pengemis dengan tongkat pemukul di satu tangan berjalan ke Haewolru.
Melihat wajah mereka penuh amarah, mereka sepertinya sudah tahu apa yang terjadi di sini.
“Ya Tuhan!” –ucap murid serikat pengemis
“Bagaimana kalian bisa membuat pria ini seperti itu?” –ucap murid serikat pengemis
Pengemis yang berdiri di depan memalingkan wajahnya saat melihat Jong Pal tergeletak di tanah.
“…Apa-apaan ini?” –ucap seorang pengemis
Baek Chun merangkak naik dan minggir. Murid-murid Gunung Hua lainnya juga mundur, menutup mulut mereka seolah-olah mereka telah mengetahui suasananya.
“Sepertinya kau adalah murid Gunung Hua. Benarkah?” –tanya murid serikat pengemis
Baek Chun menghela nafas dan melangkah maju.
“Aku Baek Chun dari Gunung Hua.” –ucap Baek Chun
Dia menawarkan salam, tetapi lawan menolak untuk menerimanya. Ini berarti bahwa mereka tidak akan sopan.
“Jelaskan. Apa yang terjadi pada murid Gunung Hua yang memukuli murid Serikat Pengemis sebagai sebuah kelompok. Tanpa penjelasan yang meyakinkan, Gunung Hua harus menghadapi kemarahan Serikat Pengemis.” –ucap murid serikat pengemis
Wajah Baek Chun sedikit menegang.
“Itu ……” –ucap Baek Chun
Dan tepat saat dia akan membuka mulutnya.
“Ah. Minggir! Kenapa kau menghalangi jalan?” –ucap pengemis yang mengenakan enam simpul
Suara keras terdengar dari belakang.
Kemudian, pengemis yang menghalangi pintu masuk membuka jalan secara serempak.
Baek Chun melihat ke pintu masuk dengan wajah gugup. Pria yang saat ini di depannya adalah pengemis enam simpul. Status itu tidak rendah di Serikat Pengemis.
“Hah?” –sontak murid gunung Hua
“Apa?” –sontak murid gunung Hua
Murid-murid Gunung Hua memiringkan kepala mereka ketika mereka melihat pengemis besar itu berjalan masuk.
“Kurasa aku pernah melihatnya di suatu tempat.” –sontak murid gunung Hua
“…….”
“…….”
Tujuh simpul yang baru muncul.
Hong Dae-gwang, Kepala Cabang Nakyang, memiringkan kepalanya dan menatap Chung Myung.
“Mengapa kau di sini?” –tanya Hong Dae-gwang
“Kau ngapain disini?” –tanya Chung Myung
Hong Dae-gwang bergantian menatap Chung Myung dan Jong Pal yang tergeletak di tanah. Dan dia bertanya lagi, seolah bingung.
“Apa yang terjadi di sini? Itu Jong Pal kan?” –tanyaHong Dae Gwang
“Ya.” –balas Chung Myung
“Kau menyuruhku membawanya, jadi aku membawanya. Tapi apa ini……. Pertama, jelaskan apa yang terjadi.” –ucap Hong Dae-gwang
Baek Chun dan Gu Chil memberinya penjelasan kasar.
Setelah beberapa saat, Hong Dae-gwang menatap Chung Myung dengan mata berat.
“Jadi.” –ucap Hong Dae Gwang
“Ya.” –ucap Chung Myung
“Pengemis itu memukulimu di masa lalu?” –tanya Hong Dae Gwang
“Ya.” –ucap Chung Myung
“Itu sebabnya kau memukulnya sekarang?” –tanya Hong Dae Gwang
“Ya.” –ucap Chung Myung
Mata Hong Dae-gwang bergetar.
“Bajingan ini…….” –hapus Hong Dae Gwang
Kemarahan yang luar biasa terpancar dari wajahnya.
“Apakah kau bajingan mencoba menghancurkan Serikat Pengemis hah?!” –tanya Hong Dae Gwang
Dengan kecepatan yang mengejutkan, Hong Dae-gwang membanting tanah dengan kecepatan yang menakjubkan dan menendang dagu Jong Pal yang baru saja bangun.
“Argh!” –erang Jong Pal
Tanpa tahu harus berkata apa, dia dipukul dan jatuh ke lantai lagi.
Hong Dae-gwang menggerutu dan berteriak.
“Hei, brengsek! Aku lebih suka membakar Pemerintah! Siapa yang kau hajar? Jujurlah padaku, bajingan! Kau pasti mata-mata dari sekte lain untuk menghancurkan Serikat Pengemis!” –ucap Hong Dae Gwang
“Ah! Buntaju! Tidak…… Bukan!” –sanggah Jong Pal
“Apa maksudmu tidak? Kalau aku bilang begitu, memang begitu, brengsek!” –ucap Hong Dae Gwang
Hong Dae-gwang memutar matanya dan menginjak Jong Pal.
Murid Gunung Hua, yang telah berhati-hati, juga bergabung dengan Hong Dae-gwang dan mulai menginjak Jong Pal lagi.
Dalam sekejap, kolaborasi antara Gunung Hua dan Serikat Pengemis terjadi.
Pengemis Shaanxi, yang telah berkumpul dengan semangat tinggi, terpaksa menjadi saksi bisu manis saat melihat pemandangan aneh itu.
‘Apa yang sedang terjadi?’ –batin seorang pengemis
‘Aku tidak tahu.’ –batin seorang pengemis
‘Sesuatu… pasti ada sesuatu yang salah sedang terjadi.’ –batin seorang pengemis
Yang dipukul.
Dan orang yang menonton.
Dalam koeksistensi yang aneh itu, Chung Myung berbicara dengan canggung.
“H-Hei ……” –ucap Chung Myung
“Berhenti memukulinya, teman-teman….” –ucap Chung Myung
‘…… atau dia benar-benar akan mati.’ –ucap Chung Myung
Balas dendam seorang pria tidak pernah terlambat, bahkan setelah sepuluh tahun berlalu.