Join channel kami untuk informasi ter-update: Channel Telegram Tetua Sekte
Project utama: Return of Mount Hua Sect Bahasa Indonesia
MANHWA CHAPTER 77 lanjut baca di novel Chapter 124, gas kan!

Return of The Mount Hua – Chapter 307

Return of The Mount Hua – Chapter 307

Seorang yang Bijak Tidak Akan Pernah Mengambil Masalah (bagian 2)

“Kepalaaa!” -teriak Jo-Gol

Jo-Gol menebaskan pedangnya dengan penuh semangat.

Kwaang!

“Keuh.”

Pinggang lawannya terpelintir.

Jo-Gol tidak melewatkan celah sedikitpun dan mulai menyerang pergelangan kaki lawan dengan tendangan serokan yang rapi.

Tubuh lawannya melayang di udara. Tentu saja, bukan Jo-Gol namanya jika dia melewatkan celah untuk menyerang sedikitpun.

“Euuryaaat!” –erang Jo –Gol

Pedang Jo-Gol mengenai lawan dengan raut wajahnya yang begitu dingin.

“Aaaaaa!” –teriak lawan

Hanya teriakan samar yang terdengar, lawannya terbang jauh melampaui arena,

“Pemenangnya adalah Jo-Gol dari Gunung Hua!” –seru Gong Cho

“Huuf! Huuf! Huuf!” –engah Jo-Gol

Jo-Gol terengah-engah.

Yang terakhir cukup menarik, tetapi itu sama sekali bukan pertandingan yang mudah untuk dimenangkan. Jika dia lengah sejenak, dia akan kalah.

‘Ini semakin sulit.’ –batin Jo-Gol

Sepuluh Sekte Besar adalah Sepuluh Sekte Besar. Keluarga Lima Besar adalah Keluarga Lima Besar.

Semakin sedikit orang yang tersisa, semakin tinggi level lawan. Bahkan Murong Do dari Keluarga Murong yang baru saja dia tangani, dia tidak bisa menjamin bahwa dia akan menang jika mereka bertarung lagi.

Tapi.

‘Pokoknya, hal bagus bahwa saya menang!’

Bukankah Chung Myung mengatakan itu?

Bahkan jika Anda tidak mendapatkan apa-apa dari kemenangan, Anda harus menang terlebih dahulu. Jo-Gol setuju dengan pernyataan itu ratusan kali.

Ketika punggung yang ditekuk diluruskan, kerumunan bersorak.

“Gunung Hua memenangkan semuanya!”

“Ya ampun, mereka memenangkan segalanya! mereka sangat kuat!”

“Apakah empat murid Gunung Hua akan masuk ke Enam Belas besar? Hahaha! Saya tidak pernah berpikir saya akan melihat ini dengan mata kepala sendiri!”

Penonton tidak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka.

Sekarang mereka bisa mengatakannya dengan tegas.

Ini sama sekali bukan kebetulan.

“Orang yang mengatakan bahwa sekte mereka adalah sekte paling bergengsi di dunia tidak dapat mengangkat wajah mereka untuk mendengar bahwa Gunung Hua menghasilkan empat ahli pedang hebat seperti itu.” –ucap seorang penonton

“Empat apa? Bukankah lima?” –sanggah seorang penonton

“Hah? Kenapa jadi lima?” –tanya seorang penonton

“Ah, orang ini! Bukankah masih ada si Pedang Keadilan? Meskipun dia mundur karena cedera, dia mengalahkan Jin Geum Ryong dari Sekte Ujung Selatan, yang disebut sebagai bintang baru terbaik di dunia. Bagaimana kau bisa melupakannya? ” –ucap seorang penonton

“Umm… Itu benar.” –balas seorang penonton

“Selain itu, aku mendengar bahwa pangkat Pedang Keadilan Baek Chun adalah yang tertinggi di antara mereka. Tidak mungkin murid agung sekte itu lebih lemah dari Sajilnya, kan?” –ucap seorang penonton

“Bahkan seorang Naga Gunung Hua sudah cukup untuk memberikan beban di bahu lawan mereka, tetapi masih ada empat ahli pedang lain yang juga tidak kurang dari Naga Gunung Hua. Masa depan Sekte Gunung Hua sangat cerah!” –ucap seorang penonton

“Sekarang yang harus mereka lakukan adalah menang, dan menang!” –seru seorang penonton

Harapan tinggi ada di dalam di mata semua orang.

Pada titik ini, mereka benar-benar ingin melihat Gunung Hua menang. Karena itu akan beberapa kali lebih menyenangkan daripada kemenangan yang jelas dari kandidat kuat yang ada saat ini.

Dan mereka mulai berpikir mungkin harapan ini tidak akan berakhir begitu saja sebagai antisipasi.

“Oh, itu pasti sangat sulit.” –gumam Yoon Jong

Yoon Jong, yang melihat Jo-Gol yang menggerutu kembali ke tempat duduknya lalu sedikit mengernyitkan dahinya.

“Kenapa kau begitu cerewet hanya dengan satu pertandingan?” –ucap Chung Myung

Chung Myung memang bisa menang dengan mudah. Namun, saat mereka memilih kembali daftar pertandingan untuk mencegah kesalahan, nama Yoon Jong tiba-tiba naik ke dalam bagan dengan begitu mudah (sistem Bye).

Awalnya, Chung Myung pasti akan pergi ke Aula Manajemen dan berteriak

‘Beraninya bajingan ini mencoba melakukan trik menyebalkan padaku!’ –batin Chung Myung

Karena dia harus melakukan pertandingan ekstra. Tapi untungnya, Yoon Jong dari Gunung Hua menang secara

“Aku tidak tahu mengapa mereka melakukan ini.” –ucap Chung Myung

“Bukankah selalu ada makna besar di balik semuanya?” –ucap Yoon Jong

Yoon Jong menyeringai.

“Shaolin adalah penyelengara kompetisi ini. Dan itu hal yang baik untuk mencegah ketidakadilan. Jika kompetisi berlanjut sebagaimana sebelumnya, maka besar kemungkinan akan ada sogokan karena uang ataupun relasi dengan panitia” –ucap Yoon Jong

“….. bukankah kau hanya mengatakan ini karena kau mendapat manfaat dari hasilnya, Sahyung?” –imbuh Chung Myung

“Keuhum. Tidak mungkin.” –ucap Yoon Jong

Yoon Jong terbatuk keras.

Aku juga ingin membuktikan ilmu pedang ku dan menunjukkannya kepada mereka. Tapi sayang sekali Aku tidak diberi kesempatan.” –ucap Yoon Jong

“Sahyung.” –panggil Chung Myung

“Iya?” –sahut Yoon Jong

“Tolong hapus air liur di mulutmu.” –ucap Chung Myung

(Maknanya = “kamu berbohong padaku terlalu blak-blakan”)

“Sudah.” –ucap Yoon Jong

“…….”

Senyum ramah jatuh di mulut Yoon Jong.

Seberapa mudah memenangkan kompetisi sebesar ini tanpa bertarung?

Jika kau menjalani kehidupan yang baik, berkah akan datang dari Surga.

‘Surga telah memberkatiku.’ –batin Yoon Jong

Itu bisa dimengerti.

Sebenarnya, bagaimana dia bisa menggambarkan penderitaan yang telah dia alami sejauh ini?

Dia, dari semua orang, harus menjadi Daesahyung dari murid kelas tiga, dan Chung Myung itu, dari semua orang, harus memasuki Gunung Hua dan menjadi murid kelas tiga termuda.

Mengingat rasa sakit yang dideritanya sejauh ini, bahkan Raja Yama akan menangis dan Ia akan berkata, ‘Kamu telah melalui neraka dalam hidup ini, jadi kamu tidak perlu pergi ke neraka’.

Jadi, bukankah tidak apa-apa untuk memiliki keberuntungan seperti ini?

“Jangan terlalu berbahagia. Jika tabel pertandingan berubah, bukankah itu berarti kau tidak tahu siapa yang akan kau temui selanjutnya?” –ucap Chung Myung

“Aku tetap percaya diri walau melawan siapa pun itu.” –ucap Yoon Jong

“Dan bagaimana jika kau bertemu denganku?” –tanya Chung Myung

“Maka itu akan menjadi hari untuk memperkuat hierarki murid kelas tiga.” –balas Yoon Jong

“……… Ugh.” –erang Chung Myung

Jo-Gol mengertakkan gigi.

Melihat Yoon Jong tersenyum dengan wajah berkilau, dia merasa perutnya terbalik.

Sejak aku datang ke kuil shaolin, kehidupanku seperti dipermudah” -ucap Yoon Jong

Yoon Jong tersenyum cerah.

“Sepertinya Shaolin memberiku energi yang baik. Aku harus bisa mencapai final.” –ucap Yoon Jong

Yoon Jong tertawa lebih keras dari sebelumnya.

Dengan sangat mudah.

* * *

“…….”

Final …

Ah, benar. Dia bilang itu final.

Yoon Jong menoleh sedikit.

Hal pertama yang menarik perhatiannya adalah para penonton. Semua orang menatapnya dengan mata menyedihkan.

“…….”

Hal berikutnya yang menarik perhatiannya adalah Sahyung dari Gunung Hua. Semua orang mengklik lidah mereka padanya.

Jo-Gol, duduk di depan, terkikik dengan senyum hangat di wajahnya.

‘Dia itu…’ –batin Yoon Jong

Menyaksikan Jo-Gol mati kegirangan membuat perutnya sakit. Dia ingin melompat turun dan langsung meninju mulutnya, tapi ……

Sayangnya, Yoon Jong tidak mampu melakukannya sekarang.

Alasannya?

Alasannya sangat sederhana.

Matanya yang gemetar beralih ke lawan pertandingan.

‘Aku menyukainya karena aku berhasil menang tanpa perlu bertarung.’ –batin Yoon Jong

Apa gunanya seperti itu?

Pria di seberang panggung tersenyum dan membuka mulutnya.

“Jangan takut, jangan takut.” –ucap Jo-Gol

“…….”

“Apa masalahnya? Ayunkan saja pedangmu secukupnya, kurasa itu akan cukup.” –ucap Jo-Gol

Sudut mulutnya melengkung dengan senyuman.

“Tetapi ….” –gumam Yoon Jong

Keringat dingin mulai menetes di punggung Yoon Jong saat dia melihat lawan mencengkeram pedangnya dengan sarungnya.

“Sekarang aku punya peluang bagus, aku akan melihat dengan benar seberapa banyak kemampuan ku telah meningkat. aku akan melihatnya dengan benar.” –ucap Yoon Jong

“…….”

Saat melihat Chung Myung tersenyum seperti iblis, Yoon Jong memejamkan mata.

‘Apa?’ –batin Yoon Jong

‘Apakah surga telah memberkatiku?’ –batin Yoon Jong

‘Itu omong kosong.’. –batin Yoon Jong

‘Kenapa seperti ini!’ –batin Yoon Jong

Ada enam belas dari mereka, jadi mengapa dia harus melawan iblis itu!

Tidak!

Gangster Shaolin ini pasti punya bermain curang juga! Bukankah ada aturan untuk tidak menempatkan murid sekte yang sama sebanyak mungkin?

Dan bahkan jika mereka bertarung satu sama lain! Ada Jo-Gol dan Sagu. Tapi Mengapa! Mengapa pria itu lawannya?

Yoon Jong menatap podium dengan mata basah.

Dia melakukan kontak mata dengan Tetua Sekte, yang melihat ke samping dengan wajah yang sangat sedih.

Tetua Sekte.’ –batin Yoon Jong

Namun, saat mata mereka bertemu, Tetua Sekte mengalihkan pandangannya secara diam-diam.

“…….”

Semua mata menyedihkan dunia tertuju pada Yoon Jong, tapi itu sama sekali tidak menghibur.

Karena…

“Kikiki.” –cekikik Chung Myung

Itu karena pria yang membuat mereka merasa kasihan pada Yoon Jong mendekatinya, tertawa seolah-olah dia akan mati karena kesenangan.

“…… Chung Myung-ah.” –panggil Yoon Jong

“Iya?” –sahut Chung Myung

“Kau sepertinya sudah lupa, tapi aku Sahyung-mu.” –ucap Yoon Jing

“Aku tahu. Aku belum lupa.” –balas Chung Myung

Aku pikir kau lupa …….” –ucap Yoon Jong

Yoon Jong menelan ludah kering dan berkata dengan tenang.

“Pikirkan tentang itu. Jika kau memukuliku seperti anjing di sini, apa yang akan dipikirkan orang lain yang sedang menyaksikan Gunung Hua sekarang?” –ucap Yoon Jong

“‘Oh, Mereka pasti terhibur kan?” –ucap Chung Myung

“…….”

“… Aku yakin mereka akan mengatakan bajingan kepada kita.” –ucap Yoon Jong

“Oh, benarkah?” –ucap Chung Myung

Bibir Chung Myung melengkung. Itu adalah senyuman yang tidak menyenangkan.

Pada hari dia tersenyum seperti itu, kecelakaan pasti akan terjadi!

“…… Jadi mengapa kita tidak melakukannya dengan moderat dan tidak saling menyakiti?” –ucap Yoon Jong

Chung Myung mengangguk sambil mengucapkan

Ooooh.” –respon Chung Myung

“Itu kata yang bagus, Sahyung.” –imbuh Chung Myung

“Oh, benarkah?” –ucap Yoon Jong

Ada saatnya orang ini mengerti apa yang dibicarakan orang lain …….

“Ngomong-ngomong, Sahyung.” –ucap Chung Myung

“Iya?” –sahut Yoon Jong

“Sahyung sepertinya telah melupakan satu hal.” –ucap Chung Myung

“…… apa?” –tanya Yoon Jong

Chung Myung membanting sarungnya ke tanah.

Wah!

Panggung yang terbuat dari batu biru solid dihancurkan seperti lantai lumpur.

“…….”

Kata-kata Chung Myung berlanjut.

“Apakah ada sesuatu yang dilakukan” secara moderat “di Gunung Hua?” –tanya Chung Myung

“…….”

“Beraninya anak nakal yang rambutnya bahkan belum kering berbicara tentang komptisi ini seperti itu! Ketika aku masih muda …….” –ucap Chung Myung

“Bukannya, tidak ada yang kompetisi beladiri ketika kamu masih muda,?” –ucap Yoon Jong

“Ya, itu benar.” –balas Chung Myung

“… dan juga aku lebih tua darimu. Dasar orang gila.” –imbuh Yoon Jong

“Jika kau bertarung dengan baik, kau akan jadi kakak laki-laki kami.” –ucap Chung Myung

Yoon Jong menutupi wajahnya.

‘Ada yang salah dengan sekte ini sejak awal.’ – batin Yoon Jong

Tapi!

Yoon Jong perlahan menghunuskan pedangnya.

“Jangan lupa, Chung Myung-ah.” –ucap Yoon Jong

“Apa?” –balas Chung Myung

“Aku adalah sahyung-mu, dan aku Daesahyung dari murid kelas tiga. Benar, aku selalu tahu hari ini akan datang. Aku tidak akan diombang-ambingkan olehmu selamanya!” –ucap Yoong

“Wah?” –sontak Chung Myung

Chung Myung tersenyum aneh saat melihat Yoon Jong menghunus pedangnya dengan penuh tekad.

“Kau akan mencobanya?” –tanya Chung Myung

“Aku tidak berpikir aku akan menang. Tapi sama seperti Sagu dan Sasuk, aku harus membuktikan diri! Aku tidak akan kalah dari lawanku!” –ucap Yoon Jong

Mata Yoon Jong dipenuhi dengan semangat.

“Ayo. Aku akan memimpin Gunung Hua suatu hari nanti! Aku akan menunjukkan kepadamu bahwa tekadku tidak kurang dari orang lain.” –ucap Yoon Jong

“Keueuh!”

Chung Myung menganggukkan kepalanya seolah terkesan.

“Itu pasti.” –ucap Chung Myung

Dia menatap lurus ke arah Yoon Jong.

“Kurasa aku meremehkan Sahyung. Sama seperti sosok yang ditunjukkan Sahyung di Yunnan, Sahyung jelas merupakan murid yang bangga pada Sekte Gunung Hua.” –ucap Chung Myung

Bibir Yoon Jong bergerak-gerak.

Cukup jarang mendengar itu dari Chung Myung, yang pelit dengan pujian.

Chung Myung bergumam.

“Keinginanmu tidak kurang dibandingkan dengan yang lain.” –imbuh Chung Myung

Lalu dia menganggukkan kepalanya.

“Ya, kalau begitu aku harus melawanmu dengan benar.” –ucap Chung Myung

“Hah?” –sontak Jong Yoon

Seureureung.

“…….”

Chung Myung perlahan mulai mencabut pedangnya dari sarungnya.

“Chung Myung-ah?” –ucap Yoon Jong gemetar

Mengapa dia tiba-tiba mencabut pedangnya?

Membuat orang gugup?

Dengan sarung di pinggangnya, Chung Myung mengangkat pedangnya dan membidik Yoon Jong.

“Jika seorang pendekar mengatakan sesuatu dia harus membuktikanya, dan sebuah keharusan untuk melawannya dengan sekuat tenaga! Jangan khawatir, Sahyung! Aku akan melakukan yang terbaik untukmu!” –ucap Chung Myung

“…….”

‘Apakah aku seharusnya bahagia tentang ini?’ –batin Yoon Jong

‘Hah?’ –batin Yoon Jong

‘Haruskah aku bahagia?’ –batin Yoon Jong

Pada saat itu, Chung Myung benar-benar mulai memancarkan sebilah energi.

Tubuh Yoon Jong mulai mengerut, karena ia menerima momentum yang luar biasa sehingga sulit untuk berdiri diam.

“Mulaii!” –ucap Gong Cho

Wasit, yang sedang mengamati situasi, mengangkat tangannya.

“Kalau begitu, mari kita mulai …….” –ucap Chung Myung

“Wasit!” –teriak Yoon Jong

Tiba-tiba, Yoon Jong menoleh dan memanggil wasit.

“Hm?” –sahut wasit

Dan berteriak dengan tegas.

“Saya menyerah!” –teriak Yoon Jong

“…….”

“…….”

Suasana keheningan yang aneh tercipta di seluruh Shaolin.

Yoon Jong menghindari tatapan Chung Myung dan wasit, menatapnya dengan mata busuk. Lalu dia bergumam dengan lembut.

“Orang bijak tidak pernah mengambil masalah yang tidak dibutuhkan.” –ucap Yoon Jong

“… bukankah Sahyung Taoist? Taois macam apa itu?” –ucap Chung Myung

“…….”

Aku masih ingin hidup.’ –batin Yoon Jong

Aku ingin hidup….’ –batin Yoon Jong

Baek Chun, yang sedang menyaksikan adegan yang berlangsung di atas panggung, tersenyum senang.

“Gol-ah.” –panggil Baek Chun

“Ya, Sasuk!” –sahut Jo Gol

“Bawa dia ke sini.” –ucap Baek Chun

“Iya!” –balas Yoon Jong

Baek Chun, yang mengertakan giginya, memutar lehernya dari sisi ke sisi.

“Dan aku menyebut orang itu sajilku” –ucap Baek Chun

Dia benar-benar melindungi harga diri Sekte.


** 20 Chapter terbaru KLIK TRAKTEER**


 
**JOIN GRUP TELEGRAM**
https://t.me/Tetuasektegununghua

Comment

Options

not work with dark mode
Reset