Sial, Senang Sekali Bertemu Denganmu. (Bagian 4)
Chwap, chwap, chwap, chwap!
Chwap, chwap, chwap, chwap!
Suara makanan yang masuk ke dalam mulut bergema riang.
Glug, glug, glug!
Glug, glug, glug!
Suara alkohol yang jatuh ke kerongkongannya, juga mengalir seperti lagu yang selaras.
Tidak ada yang istimewa. Itu adalah pemandangan yang umum di Gunung Hua.
Hanya saja tempat keluarnya suara itu bukanlah restoran, melainkan dari kediaman Tetua Sekte, dan bukan Chung Myung, melainkan Baek Chun dan yang lainnya yang meminum alkohol seperti air putih.
“Kuahhh! Rasanya aku bisa hidup lebih lama lagi!” -seru Baek Chun
“Sahyung! Sahyung! Beri aku minum!” -seru Jo-Gol
“Tambah lagi dagingnya.” -ucap Yoo Iseol
Ada adegan di mana para murid Sekte Tao melahap alkohol dan daging di depan Tetua Sekte mereka, tetapi Tetua Sekte, yang menyaksikan ini, menyaksikannya dipenuhi dengan senyuman kepuasan tertinggi.
“Makanlah dengan perlahan. Kau akan membuat perutmu sakit.” -ucap Tetua Sekte
Begitu mereka datang ke Gunung Hua, Tetua Keuangan dengan cepat menyajikan alkohol dan daging yang telah ia siapkan setiap pagi, untuk berjaga-jaga.
Pada saat itu, Tetua Keuangan, yang sedang menyuapkan permen ke mulut Chung Myung dengan gerakan tangan yang sudah dikenalnya, bertanya.
“Haruskah kami mengambilkanmu makanan lain?” -tanya Tetua Keuangan
“Tidak, Tetua.” -jawab Chung Myung
“Ya, ya. Jika kau lapar, ada lebih banyak nasi di dapur, jadi makanlah sebanyak yang kau mau. Ck ck. Sayang sekali ini sudah tengah hari.” -ucap Tetua Keuangan
Tetua Keuangan, yang memandang semua orang dengan mata kasihan, menjentikkan lidahnya.
Saat para murid tampaknya telah mengisi perut mereka, Tetua Sekte diam-diam membuka mulutnya.
“Lalu, apa kalian menjalani misi di Klan Es dengan baik?” -tanya Tetua Sekte
“Banyak yang harus kami ceritakan.” -jawab Baek Chun
Baek Chun yang diam-diam menyembunyikan botol di belakang punggungnya, membuka mulutnya dengan wajah serius.
“Ceritanya akan panjang.” -ucap Baek Chun
“Kalau begitu, kita dengarkan saja besok. Beristirahatlah dulu.” -ucap Tetua Sekte
“Tidak, saya rasa itu bukan sesuatu yang bisa ditunda. Aku akan menceritakannya sekarang.” -ucap Baek Chun
Baek Chun menarik nafas dalam-dalam dan perlahan membuka mulutnya.
“Di Laut Utara …….” -ucap Baek Chun
Cerita panjang itu mengalir begitu saja. Cerita tentang apa yang mereka lihat saat tiba di Laut Utara dan keadaan Klan Es. Bahkan saat mereka bertarung melawan Sekte Iblis.
Itu adalah cerita panjang yang membuat pendengarnya menyadari bahwa mereka telah melalui banyak hal.
Dan ketika cerita Baek Chun akhirnya selesai, wajah para Tetua menjadi sedingin mungkin.
“……Sekte Iblis….” -ucap Tetua Sekte
Berbeda dengan Tetua Sekte yang terdiam, wajah Tetua Keuangan mulai mendidih dengan kemarahan yang tampak berlebihan.
“Bajingan-bajingan gila ini!” -teriak Tetua Keuangan
Tak lama kemudian, suara gemuruh yang sangat keras terdengar.
“Sekte Iblis! Apa kalian sadar keberadaan Sekte Iblis saat kalian mengobarkan perang melawan mereka! Apa yang akan kalian lakukan jika kalian mati!” -teriak Tetua Keuangan
“… Kami tidak berada dalam posisi untuk melarikan diri. Situasi di Laut Utara sangat serius …….” -ucap Baek Chun
“Siapa yang peduli dengan Laut Utara, dasar Bajingan! Apa yang lebih berharga di dunia ini daripada nyawamu! Dan menurutmu siapa yang akan memujimu jika kalian sampai mengalami masalah besar?” -teriak Tetua Keuangan
“Saje, tenanglah.” -ucap Tetua Sekte
“Apa aku terlihat tenang sekarang!” -teriak Tetua Keuangan
“Tenanglah.” -ucap Tetua Sekte
Saat Hyun Sang melangkah masuk, Tetua Keuangan menutup mulutnya dengan ekspresi tidak setuju. Namun, wajahnya masih penuh dengan kemarahan yang belum terselesaikan.
Murid-murid Gunung Hua, yang tersambar petir, menundukkan kepala mereka. Mereka bahkan tidak bisa membuat alasan karena mereka tahu apa yang dikatakan Tetua Keuangan.
“Baek Chun-ah.” -panggil Tetua Sekte
“Ya, Tetua Sekte.” -sahut Baek Chun
“Sebagai Tetua Sekte Gunung Hua, aku harus memujimu dan kelompok mu.” -ucap Tetua Sekte
“…….”
“Bagaimana aku bisa mengkritik kalian karena melakukan yang terbaik untuk Laut Utara tanpa adanya rasa keraguan sedikitpun, bahkan di tempat terpencil seperti itu? Sebanyak Gunung Hua mengklaim sebagai Faksi Kebenaran, aku harus memuji dan memberi penghargaan kepada kalian.” -ucap Tetua Sekte
“Tetua Sekte …….” -ucap Baek Chun
“Tapi aku tidak ingin kalian melakukan itu.” -ucap Baek Chun
Tetua Sekte menggelengkan kepalanya perlahan.
“Perasaanku tidak berbeda dengan Tetua Keuangan. Jika kalian sampai terluka di sana, aku harus hidup dengan penyesalan atas keputusanku seumur hidupku. Bahkan jika aku diberitahu bahwa aku tidak pantas menjadi Tetua Sekte Gunung Hua yang Agung, aku tidak akan memujimu karena hal ini.” -ucap Tetua Sekte
“Maafkan aku, Tetua Sekte.” -ucap Baek Chun
Baek Chun berkata dengan suara berat dan menundukkan kepalanya. Tetua Sekte memejamkan mata dan mengangguk.
“Kau sudah melalui banyak hal.” -ucap Tetua Sekte
“…….”
“Kau pasti mengalami masa-masa sulit.” -ucap Tetua Sekte
Saat dia memahami perasaan Tetua Sekte dalam kata-kata itu, mata Baek Chun entah bagaimana menjadi tenang.
Dia akan merasa senang jika dia dipuji karena telah melakukan pekerjaan dengan baik, tapi dia tidak akan merasakan hal yang sama seperti sekarang.
Murid-murid Gunung Hua sekarang merasa dihargai untuk semua masalah yang mereka alami di Laut Utara dengan satu kata dari Tetua Sekte.
“Aku menyuruhmu pergi ke Laut Utara, tapi kau malah pergi ke sarang iblis!” -teriak Tetua Keuangan
Tapi Tetua Keuangan berkata dengan wajah yang masih tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.
“Seharusnya aku mengatakan tidak saat biksu palsu Shaolin itu datang ke sini!” -teriak Tetua Keuangan
“Biksu palsu itu?”-tanya Tetua Sekte
“Shaolin Bangjang Bop Jeong atau apapun itu!” -teriak Tetua Keuangan
“Mulutmu, Tetua Keuangan!” -sentak Tetua Sekte
Tetua Sekte terkejut dan melihat ke sekeliling Hye Yeon.
“Jaga mulutmu! Hanya kita yang ada di sini…” -ucap Tetua Sekte
“Ah, tidak apa-apa.” -ucap Chung Myung
“Hah?” -sontak Tetua Sekte
Chung Myung, yang terdiam sepanjang waktu, menyeringai.
“Tidak apa-apa. Silakan mengumpat.” -ucap Chung Myung
“…….”
“Dia juga mengumpat pada Bangjang.” -ucap Chung Myung
“Ka- Kapan aku pernah mengumpat kepada Tetuaku sendiri, Siju!” -seru Hye Yeon
Hye Yeon menoleh ke belakang dengan panik, meminta bantuan, tapi murid-murid Gunung Hua hanya membicarakan apa yang mereka lihat dan dengar.
“Aku juga mendengarnya.” -ucap Jo-Gol
“Aku juga.” -ucap Yoon Jong
“Ughh, itu sangat keras …..” -ucap Tang So-so
“…….”
Hye Yeon tersenyum dengan ekspresi sedih. Namun murid-murid Gunung Hua yang lain bergemetar saat melihatnya seperti itu.
Hyun Sang dan Tetua Sekte saling berhadapan dan menganggukkan kepala.
Setelah mengunjungi Laut Utara, hubungan antara Hye Yeon dan para murid tampaknya semakin dalam.
Saat masalah yang sebenarnya belum diselesaikan dengan benar, Tetua Keuangan berteriak lagi.
“Mereka mengatakan untuk menyelidikinya karena mereka melihat jejak Sekte Iblis, tapi bukankah ini seperti mendorong seseorang ke dalam gua yang penuh dengan iblis! Siapa yang mau menginjakkan kaki di sana jika mereka tahu Laut Utara seperti ini! Orang-orang ini harus membakar Aula Daeungjeon (Aula suci milik Sekte Shaolin) mereka agar mereka sadar!” -teriak Tetua Keuangan
“A- Amitabha! Amitabha!” -teriak Hye Yeon
Hye Yeon berteriak dengan panik seolah-olah ingin memurnikan kata-kata yang dia dengar di telinganya. Tapi meski begitu, dia juga tidak menyangkal kata-kata itu.
“Tetua Sekte.” -panggil Hyun Sang
Kemudian Hyun Sang membuka mulutnya.
“Ini tidak normal.” -ucap Hyun Sang
“Tidak peduli seberapa besar mereka bukan kekuatan utama Sekte Iblis dan mereka adalah bagian memisahkan diri dari Sekte utama mereka, fakta bahwa mereka berada pada tingkat merencanakan kebangkitan Iblis Surgawi berarti cabang Sekte Iblis yang lain juga telah mengumpulkan kekuatan yang cukup.” -sambung Hyun Sang
“Aku kira begitu.” -ucap Tetua Sekte
“Untungnya, murid kita menghalangi rencana mereka, tapi jika semuanya dilakukan seperti yang mereka inginkan, mungkin akan ada badai besar lainnya di Kangho.” -ucap Hyun Sang
Tetua Sekte mengangguk dengan wajah yang berat.
Siapa lagi yang tahu kengerian Sekte Iblis lebih baik daripada Gunung Hua?
“Ini bukan sesuatu yang harus kita diskusikan di antara kita sendiri. Ini adalah pekerjaan seluruh Kangho.” -ucap Tetua Sekte
“Ya, Aku juga berpikir begitu.” -ucap Hyun Sang
“Pertama-tama, beri tahu Shaolin tentang hal ini dan minta mereka untuk mengambil tindakan.” -ucap Tetua Sekte
Dengan mata terpejam, Tetua Sekte melantunkan doa Tao sebentar, mengangkat kepalanya dan menatap para murid di depannya.
“Ya, aku mengerti. Mari kita bicarakan sisanya setelah istirahat yang cukup. Kalian pasti lelah, jadi pergilah dan beristirahatlah hari ini.” -ucap Tetua Sekte
“Baik, Tetua Sekte.” -sahut para murid
Saat Baek Chun menunduk dan berdiri, semua orang meninggalkan tempat duduknya dan mengikutinya.
“Chung Myung, kau tinggallah sebentar.” -ucap Tetua Sekte
“Aku?” -tanya Chung Myung
“Ya.” -jawab Tetua Sekte
“Baiklah.” -ucap Chung Myung
Saat Chung Myung duduk kembali di kursinya, Baek Chun segera keluar setelah memperhatikan Chung Myung dengan wajah cemas.
Suara pintu tertutup terdengar, dan Tetua Sekte, yang sedang memperhatikan Chung Myung yang ditinggal sendirian, mengeluarkan suara. Kemudian dia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu.
Namun, pada saat itu, Tetua Keuangan tiba-tiba menghampiri Chung Myung seperti petir dan meraih pipinya, dan meregangkannya ke kiri dan ke kanan.
“Orang ini melakukan sesuatu yang tidak masuk akal lagi! Aigoo, bajingan ini!” -teriak Tetua Keuangan
“Ueawa… Ini menyakitkan.” -erang Chung Myung
“Anak kecil ini! Bajingan kecil yang jenaka ini!!” -teriak Tetua Keuangan
“Sakit!!” -teriak Chung Myung
Tetua Keuangan, yang melepaskan pipi Chung Myung yang memerah, mengerutkan kening padanya dengan wajah tidak setuju. Kemudian dia mengatakannya dengan suara tegas.
“Jangan pernah melakukan hal bodoh ini lagi! Apa kau mengerti?” ucap Tetua Keuangan
“Tidak bisakah aku melakukan apapun yang aku inginkan?” -tanya Chung Myung
Melihat Tetua Keuangan yang akan membalikkan matanya dan memukul pipinya, Chung Myung mundur.
Akhirnya Hyun Sang menghela nafas dan menghentikan Saje-nya.
“Berhentilah mengomel dan duduklah. Kurasa Tetua Sekte menahan Chung Myung karena ada yang ingin ia katakan.” -ucap Hyun Sang
“Ya, Sahyung.” -balas Tetua Keuangan
Saat Tetua Keuangan kembali ke tempat duduknya, Tetua Sekte tersenyum pada Chung Myung.
“Kau pasti mengalami kesulitan.” -ucap Tetua Sekte
“Kesulitan, kesulitan apa?” -tanya Chung Myung
“Benar, lalu bagaimana pendapatmu tentang hubunganmu dengan Klan Es?” -tanya Tetua Sekte
“Itu tidak akan menjadi masalah untuk sementara waktu.” -ucap Chung Myung
Chung Myung berkata dengan suara yang jelas.
“Kontrak tetaplah kontrak, tapi pertama-tama, kami membangun kepercayaan. Selama mereka tahu bahwa kami akan selalu berusaha melindungi mereka, tidak akan ada masalah dengan hubungan kami.” -ucap Chung Myung
Tetua Sekte mengangguk dengan wajah bahagia.
“Mendapatkan keuntungan adalah hal yang kecil, tapi mendapatkan hati orang lain adalah hal yang besar. Kau benar-benar telah mendapatkan sesuatu yang besar.” -ucap Tetua Sekte
Mendengar kata-kata pujian untuk Chung Myung, wajah Tetua Keuangan dipenuhi dengan senyuman.
“Ah, memang begitulah Chung Myung.” -ucap Tetua Keuangan
Tetua Sekte pun mengangguk seakan setuju dengan jawaban Tetua Keuangan.
“Perjalananmu ke Laut Utara pasti sangat berarti, tapi situasinya sangat luar biasa. Yang terpenting, penting untuk menguasai kemudi dengan baik di laut yang angin dan ombaknya sangat besar.” -ucap Tetua Sekte
“Aku juga berpikir demikian.” -ucap Chung Myung
“Jadi aku ingin bertanya.” -ucap Tetua Sekte
Dia menatap Chung Myung dengan mata yang tenang dan bertanya.
“Apa yang harus kita lakukan mulai sekarang?” -tanya Tetua Sekte
“…….”
“Bicaralah terus terang.” -ucap Tetua Sekte
Chung Myung terdiam dengan wajah yang tidak seperti biasanya. Sementara dia mengatur pikirannya untuk waktu yang lama, semua orang menunggunya tanpa mendesaknya.
Akhirnya, Chung Myung mengangkat kepalanya dan menatap Tetua Sekte.
“Tetua Sekte.” -panggil Chung Myung
“Ya.” -sahut Tetua Sekte
“Aku tidak bisa melakukan apapun sendirian.” -ucap Chung Myung
“…….”
“Aku tidak bisa melakukan apapun tanpa Sasuk dan Sahyung kali ini.” -ucap Chung Myung
“Hal yang sama berlaku untuk Gunung Hua. Dalam situasi di mana kita tidak tahu kapan Sekte Iblis akan menampakkan diri lagi, sulit untuk mempersiapkan kesengsaraan yang akan datang dengan kekuatan kita sendiri.” -sambung Chung Myung
“… Aliansi Kawan Surgawi.” -ucap Tetua Sekte
“Ya.” -ucap Chung Myung
Chung Myung mengangguk.
“Kita harus meresmikan Aliansi Kawan Surgawi, yang saat ini masih berupa kata-kata, dan menjalin hubungan yang erat. Semakin besar sebuah kapal, semakin aman dari ombak yang mengancam.” -ucap Chung Myung
Tetua Sekte menatap Chung Myung dengan tatapan aneh.
Awalnya, Chung Myung pergi ke Laut Utara untuk membuat sekte bergengsi yang ada, dimulai dari Shaolin, mengakui keberadaan Aliansi Kawan Surgawi.
Namun, kebutuhan aliansi telah tumbuh setelah mengunjungi Laut Utara, jadi bagaimana mungkin itu tidak bisa disebut disayangkan?
“Kita juga harus mengirim surat ke Keluarga Tang untuk menyelesaikan masalah mengenai upacara pembukaan.” -ucap Chung Myung
“Ya, itu bagus sekali. Ada beberapa hal yang harus kubicarakan secara terpisah dengan Keluarga Tang.” -ucap Tetua Sekte
Tetua Sekte menggelengkan kepalanya perlahan.
“Gunung Hua juga tidak boleh berhenti maju. Meskipun reputasi Gunung Hua semakin meningkat, kita masih lemah.” -ucap Tetua Sekte
“Itu benar.” -ucap Chung Myung
“Itu sulit.” -ucap Tetu Sekte
Ketika Tetua Sekte menjadi sedikit ragu, Chung Myung menatapnya dan membuka mulutnya.
“Yah, itu tidak terlalu sulit.” -ucap Chung Myung
“Benarkah?” -tanya Tetua Sekte
“Tetap saja, semua orang bekerja keras. Kita hanya perlu melakukan apa yang kita lakukan sekarang. Memang lambat, tapi itu cara yang paling pasti.” -ucap Chung Myung
Tetua Sekte menatap Chung Myung dalam diam. Hawa hangat terpancar dari matanya yang begitu lembut.
Chung Myung selalu menjadi anak yang sibuk.
Melihatnya dari samping, Chung Myung membuat dirinya dan lingkungannya sibuk hingga Tetua Sekte tidak bisa mengerti mengapa dia begitu mendesak segala hal.
Namun, Chung Myung yang seperti itu sekarang mendiskusikan kelambatan di depan mereka.
Ini adalah kepercayaan.
Percaya bahwa Gunung Hua dan Sahyung-nya tidak akan berhenti melangkah maju, meskipun dia tidak berteriak dan mengomel.
Hal ini tidak terjadi pada Chung Myung sebelum dia berangkat ke Laut Utara.
“Maukah kau memimpin?” -tanya Tetua Sekte
“Kita akan pergi bersama.” -balas Chung Myung
Kedua orang yang saling melontarkan pertanyaan retorika yang tidak berarti itu saling berpandangan dan tersenyum.
“Kau juga mendapatkan banyak hal dari Laut Utara.” -ucap Tetua Sekte
“Hanya ada angin yang dingin disana.” -ucap Chung Myung
“Hahaha.” -tawa Tetua Sekte
Tetua Sekte, yang tertawa terbahak-bahak, memiliki senyum ramah di bibirnya.
“Ya, itu sudah cukup.”-ucap Tetua Sekte
Sekali lagi, tawa Tetua Sekte terdengar di aula.
Dan…….
Di pintu masuk ke Sekte Gunung Hua, di mana angin hangat musim semi bertiup setelah musim dingin yang panjang, bunga-bunga plum pertama tahun ini diam-diam membuka kuncupnya.
Musim semi telah tiba di Gunung Hua.
Musim semi yang sangat hangat.