Join channel kami untuk informasi ter-update: Channel Telegram Tetua Sekte
Project utama: Return of Mount Hua Sect Bahasa Indonesia
MANHWA CHAPTER 77 lanjut baca di novel Chapter 124, gas kan!

Return of The Mount Hua – Chapter 553

Return of The Mount Hua – Chapter 553

Sial, Senang Sekali Bertemu Denganmu. (Bagian 3)

“Hoi ….” -ucap Tetua Keuangan

Tetua Keuangan, yang sudah tidak tahan lagi, mengerutkan kening tidak setuju.

“Kau akan kehilangan lehermu jika seperti itu, sungguh!” -seru Tetua Keuangan

Menanggapi omelan itu, Tetua Sekte, menjulurkan lehernya ke luar jendela, memasukkan kepalanya kembali ke tempatnya.

“Keuhum!” -deham Tetua Sekte

Dia berdeham dengan canggung seolah-olah dia malu, dia menatap ke dalam mata Tetua Keuangan dan Hyun Sang. Ada keheningan sejenak.

“Tidakkah menurutmu ini sudah terlambat?” -tanya Tetua Sekte

“… Laut Utara bukanlah tempat yang dekat. Bagaimana mereka bisa tiba dengan cepat?” -tanya Tetua Keuangan

“Y- Yah, mereka sudah pernah ke Yunnan dan Sichuan seperti itu rumah mereka sendiri ….. Bukankah butuh waktu lama berarti ada sesuatu yang terjadi?” -ucap Tetua Sekte

“Kenapa kau terus berbicara omong kosong seperti itu!” -teriak Tetua Keuangan

Tetua Sekte meraih cangkir teh dengan tangannya yang gemetar. Biasanya, dia yang menyukai upacara minum teh tidak akan memperhatikan teh dingin, tapi sekarang dia meminum teh dingin seolah-olah dia sudah gila.

Tetua Keuangan menatap Tetua Sekte dengan cemberut.

Sampai beberapa saat yang lalu, ia masih bisa mempertahankan kewarasannya, tapi setelah beberapa hari, ia terus mengatakan kalau anak-anaknya terlambat dan berakhir di titik ini.

Tetua Sekte, yang menumpahkan hampir setengah dari teh karena tangannya yang lamban, menggelengkan matanya tidak seperti biasanya sebagai seorang Tetua.

“A-Apa kalian tidak khawatir?” -tanya Tetua Sekte

“Apa yang perlu dikhawatirkan?” -tanya Tetua Keuangan

Tapi Tetua Keuangan hanya mendengus dan berkata sambil tertawa.

“Jika terjadi sesuatu yang tidak beres dengan mereka, Sekte Gunung Hua sudah pasti hancur. Kita bisa saja mengejar mereka, membakar semuanya dan mati bersama.” -ucap Tetua Keuangan

“…….”

‘Orang gila ini ….’ -batin Tetua Sekte

Pada saat itu, Hyun Sang, yang telah mendengarkan percakapan keduanya, berdeham dengan keras dan membuka mulutnya.

“Jangan terlalu khawatir. Mereka akan kembali tanpa insiden apapun. Mereka tidak begitu lemah …….” -ucap Hyun Sang

“Jangan meremehkan apa yang ada diluar sana!” -seru Tetua Sekte

“Sahyung, diamlah! Ugh, apa yang kau tahu!” -seru Tetua Keuangan

“…….”

Tetua Sekte, yang mengerang, akhirnya mengusap wajahnya dengan kedua tangan, tanpa mempedulikan ekspresinya.

Tetua Keuangan menggerutu. Namun, ada kekhawatiran halus di matanya.

‘Bukankah sudah waktunya bagi mereka untuk kembali?’ -batin Tetua sekte

Seperti yang ia perhitungkan, mereka seharusnya sudah kembali paling lambat tujuh minggu ketika mereka berangkat ke Laut Utara untuk pertama kalinya. Tidak mungkin Chung Myung membiarkan mereka membuang-buang waktu di jalan, jadi jelas bahwa mereka tertunda di Klan Es Laut Utara.

Hyun Sang menatap keduanya dan membuka mulutnya. Dan ia berbicara perlahan, ragu-ragu, seolah-olah ia khawatir.

“Maksudku, hanya satu dari sepuluh ribu kemungkinan …….” -ucap Hyun Sang

“Cepatlah! Cepat dan beritahu kami!” -seru Tetua Sekte

“Jangan buang-buang waktu kami! Oh, aku bisa mati frustrasi, sungguh!” -seru Tetua Keuangan

“…….”

‘Apakah tidak apa-apa bagi orang yang telah berkultivasi paling lama di Gunung Hua untuk melakukan ini?’ -batin Hyun Sang

Berpikir serius tentang hal itu, Hyun Sang melanjutkan ucapannya.

“Maksudku, jika mereka terluka karena suatu hal telah terjadi….” -ucap Hyun Sang

“Bisakah kau membuang firasat burukmu itu!” -seru Tetua Sekte

“Apa pria ini benar-benar sudah gila? Beraninya kau mengatakan hal seperti itu!” -seru Tetua Keuangan

“Hei meskipun kau adalah Tetua Keuangan……. Aku masih Sahyungmu …….” -ucap Hyun Sang

‘Tidak peduli berapa jarak diantara umur kita …….’ -batin Hyun Sang

Erangan keluar dari mulut Tetua Sekte, yang mungkin sudah beberapa kali.

“Keuhh. Kalau begini terus, aku yang akan mati duluan.” -ucap Tetua Sekte

“Jangan berbicara hal yang sudah pasti, Tetua Sekte.” -ucap Tetua Keuangan

“……”

“Dan jangan menyelinap keluar di tengah malam dan menyelinap ke atas. Para murid tahu dengan kelakuanmu itu!” -ucap Tetua Keuangan

“… B- Benarkah begitu?” -tanya Tetua Sekte

Tetua Sekte bergumam canggung mendengar teguran Tetua Keuangan.

“Aku sudah bilang aku akan berhati-hati.” -ucap Tetua Sekte

“Mereka tidak seperti dulu lagi! Menipu perhatian para murid pasti pekerjaan yang mudah di masa lalu, tapi sekarang, bukankah semua anak terlihat seperti hantu yang tak kasat mata?” -ucap Tetua Keuangan

“…… Itu benar.” -balas Tetua Sekte

Para murid di Asrama Plum Putih telah tumbuh dengan pesat dibandingkan dengan saat Gunung Hua belum seperti sekarang.

Setiap hari, anak-anak berkembang secara berbeda, menggabungkan ilmu yang telah diperoleh Chung Myung dan bimbingan Un Gum, yang meletakkan fondasi dari awal.

“Murid-murid kita yang berharga ini bukan satu-satunya yang pergi ke Laut Utara, bukan? Ini akan menjadi cerita yang bagus untuk menunjukkan seberapa besar kepedulian Tetua Sekte pada para murid dalam satu atau dua hari, tapi jika lebih lama lagi, mereka akan kecewa.” -ucap Tetua Keuangan

“Ughh, aku mengerti. Aku akan mengendalikan diri.” -balas Tetua Sekte

Setelah menerima janji Tetua Sekte, Tetua Keuangan menghela nafas pelan.

“Mereka bilang kau akan menjadi anak kecil saat kau bertambah tua.” -ucap Tetua Keuangan

Karakter seperti apa yang dimiliki Tetua Sekte? Dia bukanlah sesuatu yang berani diikuti oleh siapa pun. Dia adalah orang yang memimpin Gunung Hua dengan diam-diam tanpa menunjukkan tanda-tanda menyerah sediktpun, bahkan saat Gunung Hua mengalami masa-masa sulit.

Tapi sekarang, dia seperti anak kecil yang gelisah. Tentu saja, itu bukan sesuatu yang tidak bisa dia pahami, tapi seseorang harus menghentikannya bahkan dengan mengatakan sesuatu yang pahit.
Tetua Sekte berdeham dengan canggung dan melihat ke luar jendela, mengangguk-anggukkan kepalanya. Matanya terlihat lebih tenang.

“Benar, meskipun aku memikirkan mereka, aku harus tetap tenang …..” -ucap Tetua Sekte

“Tetua Sekte! Tetua Sekte!” -panggil Unam

Pada saat itu, sebuah suara keras mulai terdengar di luar.

“Hah? Apa!” -sontak Tetua Sekte

Tetua Sekte, yang merasakan sesuatu, melompat dari kursinya.

Dia segera mencari Tetua Keuangan dengan tergesa-gesa, ia membuka matanya lebar-lebar. Tetua Keuangan, yang sudah beranjak dari tempat duduknya, mencengkeram kerah baju Unam.

“Ada apa ini! Apa mereka sudah datang?” -tanya Tetua Sekte

“Ada merpati pembawa barang terbang dari bawah! Dia mengatakan untuk mengumpulkan semua para murid dan turun!” -jawab Unam

“D-dari S-Siapa?” -tanya Tetua Sekte

“Chu- Chung Myung …….” -jawab Un am

“Hahahahahahat! Chung Myung ada di sini! Anak nakal ini memerintahkan kita, untuk datang dan pergi! Itu dia! Begitulah Chung Myung! Hahahahat!” -seru Tetua Sekte

Pada saat itu, Tetua Sekte, yang keluar dari ruangan seperti petir, memakai sepatunya dan mulai berlari menuju gerbang.

“Tetua Sekte! Tetua Sekte! Dia menyuruh kita membawa para murid!” -seru Unam

Untungnya, bagaimanapun, tidak perlu menunda waktu. Mungkin dia sudah mendengar berita itu, Un Gum berlari ke arah mereka, memimpin para murid seperti awan.

“Tetua sekte! Apakah Anda sudah mendengar berita itu?” -tanya Un Gum

“Y- Ya! Ayo pergi! Mari kita sambut mereka dengan meriah!” -seru Tetua Sekte

Tetua Sekte, yang telah menghentakkan kakinya, menjawab dengan cepat dan berlari menuju gerbang.

“Ikuti Tetua Sekte!” -seru Tetua Keuangan

Tetua Keuangan pun meraih seragamnya yang dimiringkan ke belakang dan segera berlari keluar.

“Baek Chun Sahyung telah tiba!” -seru para murid

“Yoon Jong Sahyung juga sudah datang!” -seru para murid

“Chung Myung telah kembali.” -seru para murid

Kelas dua dan tiga mengikuti dengan gembira. Sahyung mereka, yang sudah seperti keluarga, yang telah pergi jauh-jauh ke Laut Utara dan akhirnya kembali.

Hyun Sang tertawa saat melihat orang-orang melewati gerbang, berteriak-teriak seolah-olah mereka sedang berperang.

Itu bukanlah perilaku yang seharusnya dilakukan oleh seorang Tetua sekte, dan itu bukanlah tindakan yang akan ditunjukkan oleh seorang Tetua sekte. Tapi ia tak merasakan sedikitpun keinginan untuk menegur mereka.

Hyun Sang tersenyum dan mulai menuruni gunung dengan tangan di belakang punggung. Namun, tidak seperti posturnya yang santai, kakinya bergerak dengan kecepatan yang menakutkan.

Gunung di Sekte Gunung Hua sangat curam seperti biasanya. Itu sangat curam sehingga bahkan mereka yang membanggakan diri mereka sendiri untuk mendakinya dapat dengan mudah jatuh, dan ada banyak tebing yang bahkan tidak bisa mereka injak.

Dan sekarang murid-murid Gunung Hua berlari menuruni Gunung Hua yang terjal seperti tanah datar. Mereka berlatih memanjat tebing saat bosan, dan sekarang mereka bisa bergerak bebas seperti tupai.

Tapi mereka menyadari sesuatu yang baru hari ini. Ada tupai terbang yang nyata di depan mata mereka. Membandingkan diri mereka dengan tupai terbang adalah hal yang memalukan.

“Menyingkirlah, kalian!” -teriak Tetua Keuangan

Tidak ada keraguan pada kaki Tetua Keuangan yang berlari di sepanjang tebing.

Semua orang membuka mulut mereka lebar-lebar saat mereka melihat Tetua mereka melesat ke bawah dengan alis berkibar.

“T-Tidak mungkin, Tetua bahkan tidak berlatih memanjat tebing.” -ucap seorang murid

“Bukankah itu sudah jelas? Para Tetua telah tinggal di Gunung Hua sendirian selama lebih dari setengah abad.” -ucap seorang murid

“Ah, benar.” -ucap seorang murid

Para Tetua dan murid turun gunung dalam sekejap, berjalan di depan dan di belakang. Di mata para murid Gunung Hua yang berlomba di sepanjang jalan gunung menuju Huayin, mereka akhirnya melihat sebuah gerobak besar berdiri di pintu masuk.

Semua orang yang melihat gerobak itu tercengang.

“Itu semua koper barang?” -tanya seorang murid

“Gerobak itu bisa menahan semua itu?” -tamya soerang murid

“Siapa orang yang menyeretnya sampai ke sini?” -tanya seorang murid

Kemudian beberapa orang mengeluarkan kepala mereka dari bagian belakang gerobak.

“Hei, singkirkan minuman kerasnya!” -teriak Baek Chun

“Daging? Bagaimana dengan dagingnya, Sasuk?” -tanya Jo Gol

“Daging tidak apa-apa! Singkirkan minuman kerasnya!” -teriak Baek Chun

“Aku bisa mendengarmu, teman-teman. Sayangnya, aku bisa mendengar kalian semua.” -ucap Chung Myung

“Chung Myung, kau bajingan!” -teriak Baek Chun

Tetua Keuangan berlari cepat saat menemukan Chung Myung yang mengintip dari balik gerobak. Kemudian ia meraih pipi Chung Myung dan menariknya dengan keras.

“Aduh, aduh, aduh, aduh, aduh! Sakit!” -teriak Chung Myung

“Dasar berandal! Kau bajingan! Wajahmu sekarang tinggal setengah dari sebelumnya! Apa kau tidak pernah makan! Ya Tuhan, betapa sulitnya untuk kembali ke Laut Utara, mereka jadi sangat kurus sekarang! Baek Chun, orang ini! Sudah kubilang padamu untuk menjaga mereka!” -seru Tetua Keuangan

“…….”

‘T-tidak. Tetua …….’ -batin Baek Chun

“Menyingkirlah dari jalan, kau bajingan!” -teriak Tetua Sekte

Pada saat itu, Tetua Sekte, yang datang berlari, menendang pantat Tetua Keuangan dan menerbangkannya. Dan saat dia melihat wajah mereka satu per satu, dia menangis.

Pakaiannya sudah lusuh, dan sepatunya hampir tidak bisa dikenali.
Tentu saja, pakaian Baek Chun yang masih bersih dan sepatu Chung Myung yang terlihat baru menarik perhatiannya, tapi Tetua Sekte berusaha mengabaikannya.

“Tetua sekte!” -seru Baek Chun

Baek Chun mengambil inisiatif dan menyapa Tetua Sekte.

“Murid-murid Sekte Gunung Hua, termasuk murid kelas dua Baek Chun, telah menyelesaikan misi mereka dengan selamat dan kembali ke Gunung Hua.” -ucap Baek Chun

“Ya, ya!” -sahut Tetua Sekte

Tetua Sekte menganggukkan kepala dan menepuk bahu Baek Chun.

Dia terlihat jauh lebih dapat diandalkan daripada sebelum dia pergi, dan matanya berkobar tanpa adanya keraguan. Tetua Sekte tidak berusaha menyembunyikan air matanya.

“Kau telah melalui banyak hal. Kau telah melalui banyak hal.” -ucap Tetua Sekte

“Sebagai murid Gunung Hua, itu adalah hal yang wajar untuk dilakukan.” -ucap Baek Chun

Murid-murid yang lain juga menjadi lebih dapat diandalkan, dan mata mereka menjadi lebih dalam. Selain itu, apapun yang telah terjadi, mereka jauh lebih tenang dari sebelumnya.

Tetua Sekte membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu lagi, tetapi murid-murid di belakang tidak bisa menahan diri dan bersorak.

“Sahyung! Selamat datang kembali!” -seru para murid

“Sasuk! Sahyung! Kau telah melakukan pekerjaan dengan baik!” -seru seorang murid

“Bagaimana Laut Utara? Apa benar sedingin yang dikatakan?” -tanya seorang murid

“Ceritakan sebuah kisah!” -seru seorang murid

Menerima sambutan yang antusias dari semua orang, Baek Chun tersenyum dengan tenang.

“Keuhh, kenapa kau menendangku.” -ucap Tetua Keuangan

Tetua Keuangan yang ditendang oleh Tetua Sekte, berlari lagi sambil menggoyangkan pantatnya.

“Kau sudah melalui banyak hal.” -ucap Tetua Sekte

“Ya, Tetua.” -ucap Baek Chun

“Tapi kenapa kau meminta semua orang untuk turun?” -tanya Tetua Sekte

“Oh, bukan apa-apa.” jawab Baek Chun

Baek Chun melirik ke arah tumpukan koper dan membuka mulutnya.

“Baek Sang-ah.” -panggil Baek Chun

“Ya, Sahyung!” -sahut Baek Sang

Baek Chun melompat keluar dengan penuh semangat, dan Baek Chun memberikan isyarat dengan dagunya padanya. Dia kemudian tersenyum senang pada Sajilnya.

“Cepat.” -ucap Baek Chun

“Ya?” -tanya Baek Sang

“Bawa kopernya.” -ucap Baek Chun

“…….”

Tatapan Baek Sang perlahan, sangat perlahan beralih ke tumpukan koper. Wajahnya menjadi pucat seolah-olah darahnya terkuras habis.

“… Semua ini?” -tanya Baek Sang

“Ya.” -jawab Baek Chun

“Ke atas gunung?” -tanya Baek Sang

“Ya.” -jawab Baek Chun

“… Semuanya?” -tanya Baek Sang

“Ya.” -jawab Baek Chun

“…….”

“Kami akan naik keatas bersama Tetua terlebih dahulu, jadi kau bisa memimpin mereka untuk memindahkan semuanya dan menaruhnya di gudang.” -ucap Baek Chun

“Sahyung, gudang kami ada di ….” -ucap Baek Sang

“Baek Sang.” -panggil Baek Chun

“… Ya?” -sahut Baek Sang

“Cepat.” -ucap Baek Chun

“… Baiklah.” -ucap Baek Sang

Setelah menyelesaikan masalah yang paling sulit, Baek Chun tersenyum pada Tetua Sekte.

“Ada banyak yang harus kuceritakan. Ayo kita pergi.” -ucap Baek Chun

“A- Ayo kita dengarkan.” -ucap Tetua Sekte

Dia berjalan menuju Gunung Hua bersama para Tetua. Kemudian para murid yang kembali dari Laut Utara mengikuti.

“Jangan lewatkan satu hal pun.” -ucap Baek Chun

“Bawa itu sebelum matahari terbenam.” -ucap Baek Chun

“Jika kalian melewatkan satu barang saja, aku tidak akan membiarkan kalian hidup!” -seru Baek Chun

“Cepatlah dan mulai.” -ucap Baek Chun

“…….”

‘Apakah mereka semua meninggalkan hati nurani dan diri mereka di Laut Utara?’ -batin Baek Sang

Saat itu, Chung Myung, yang merupakan orang terakhir yang bergerak, mendecakkan lidahnya.

“Ck ck ck. Mereka sangat ceroboh… Baek Sang Sasuk.” -ucap Chung Myung

“Hah? Kenapa? Chung Myung?” -tanya Baek Sang

“Angkat gerobaknya juga.” -ucap Chung Myung

“…….”

“Bawa dengan hati-hati. Jangan sampai merusak gerobaknya.” -ucap Chung Myung

“…….”

“Ha, di sini hangat sekali. Akhirnya aku bisa merasa hidup.” -ucap Chung Myung

Baek Sang tersenyum hangat saat melihat Chung Myung berjalan pergi dengan tangan di belakang punggungnya.

‘Kenapa mereka harus kembali?’ -batin Baek Sang

Saat-saat indah selalu saja berjalan dengan singkat.


** 20 Chapter terbaru KLIK TRAKTEER**


 
**JOIN GRUP TELEGRAM**
https://t.me/Tetuasektegununghua

Comment

Options

not work with dark mode
Reset