Akan Ku Lindungi. (Bagian 5)
Kepala Chung Myung perlahan-lahan menoleh ke samping.
Inkarnasi Agung.
Nama ini tidak hanya berarti Pemimpin Klan Budala.
Di Seojang, Inkarnasi Agung adalah Buddha yang hidup dan memiliki otoritas yang lebih besar daripada raja itu sendiri. Dia tidak dihormati karena posisinya yang kuat sebagai Pemimpin Klan Budala, tetapi karena Dharma-nya yang tinggi, dia dihormati dari lubuk hati yang paling dalam dari penduduk Seojang.
Tentu saja, Shaolin Bangjang juga dihormati oleh penduduk Jungwon, tetapi mereka tidak berani membandingkan pandangan penduduk Jungwon dengan penduduk Seojang terhadap Inkarnasi Agung.
Tapi Inkarnasi Agung tersebut adalah …….
“Dia hanya anak nakal.” -ucap Chung Myung
“Dasar Bajingan!” -teriak Baek Chun
“Mulut! Mulut! Kau bajingan! Tutup mulutmu!” -teriak Jo-Gol
Murid-murid Gunung Hua bergegas membungkamnya, tapi Chung Myung malah membelalakkan matanya dan mengarahkan jarinya ke arah anak yang disebut Dalai Lama itu.
“Tidak, dia mengatakan bahwa anak itu adalah Inkarnasi Agung!” -seru Chung Myung
“…….”
“Kau percaya itu, Sasuk? Hah? Benarkah?” -tanya Chung Myung
“Keu- Keuhum.” -deham Baek Chun
Baek Cheon berdeham keras dan diam-diam menghindari tatapannya. Tidak mungkin untuk mengatakan yang sebenarnya atau menjawab dengan salah.
Chung Myung menatap anak itu dan menoleh ke arah Bansol Lama.
“Anak nakal ini… . Bukan, bukan itu juga, jadi kau mengatakan bahwa orang ini adalah Inkarnasi Agung itu?” -tanya Chung Myung
Bansol Lama tersenyum dan mengangguk.
“Itu benar.” -jawab Bansol Lama
“Oh, itu berarti …… Dia adalah… Orang penting dari Seojang, Bugungju dari Klan Budala yang merupakan salah satu dari Empat Klan Luar? Inkarnasi Agung yang dihormati lebih dari raja?” -tanya Chung Myung
“Memang seperti itulah dia.” -jawab Bansol Lama
Chung Myung menyeringai mendengar jawabannya.
“Haaha. Shaolin juga mengatakan hal itu, tapi apa semua biksu senang berbicara tentang kecurangan? Dari mana omong kosong ini berasal…!” -seru Chung Myung
“Kau bajingan bermulut busuk! Jaga kata-katamu!” -teriak Baek Chun
“Tolong tutup mulut …….” -ucap Hye Yeon
Murid-murid Gunung Hua menghalangi Chung Myung tapi mereka bingung dengan situasi ini karena mereka juga memahami situasinya.
Jika anak itu dikatakan sebagai raja Seojang, mereka akan menerimanya tanpa pertanyaan. Posisi raja pada dasarnya dihubungkan oleh ikatan darah.
Namun, sulit dipercaya bahwa Inkarnasi Agung, pemimpin spiritual para biksu Lama dan inkarnasi Buddha, adalah seorang anak kecil.
Seberapa banyak yang diketahui oleh seorang anak kecil seperti itu tentang Dharma?
Coba pikirkan.
Apa yang akan dikatakan dunia jika pemimpin Shaolin adalah seorang anak kecil?
Tidak ada yang percaya pada otoritas anak kecil seperti itu dan tidak akan mencoba untuk mematuhi kata-katanya.
Pada saat itu, Bansol Lama diam-diam mengulurkan cangkir dan mendorongnya ke arah Chung Myung.
“Tolong tenangkan hatimu.” -ucap Bansol Lama
“…….”
“Tehnya terasa enak.” -ucap Bansol Lama
Chung Myung tersentak sejenak. Kemudian dia dengan patuh mengambil cangkir itu dan mulai menyeruput tehnya.
Murid-murid Gunung Hua membuka mulut mereka lebar-lebar.
‘Ya Tuhan, dia menjinakkan Chung Myung.’ -batin Jo-Gol
Melihat Chung Myung dengan tenang duduk dan minum teh, Bansol Lama dengan ringan menyatukan kedua telapak tangannya.
Baek Cheon memanfaatkan momen ini untuk membuka mulutnya.
“Maafkan saya, tapi Sajil saya sedikit berapi-api …..” -ucap Baek Chun
“Tolong jangan terlalu khawatir. Aku rasa akan sulit bagi orang-orang dari Jungwon untuk memahaminya. Mungkin bahkan bagi mereka yang berjalan di jalan Buddha yang sama.” -balas Bansol Lama
Tatapan Bansol Lama tertuju pada Hye Yeon. Hye Yeon mengambil posisi Banzhang dan mengucapkan lantunan nama Sang Buddha. Menyiratkan bahwa sulit baginya untuk memahami situasi saat ini.
Bansol Lama menganggukkan kepala tanda mengerti.
“Apa kalian pernah mendengar tentang reinkarnasi?” -tanuya Bansol Lama
Chung Myung mengangguk.
“Aku tidak tahu logika ajaran Buddha, tapi aku tahu apa arti reinkarnasi. Itu berarti bahwa ketika seseorang meninggal, mereka terlahir kembali sebagai manusia.” -ucap Chung Myung
Bansol Lama mengangguk dengan ekspresi senang.
“Kamu sangat pintar.” -ucap Bansol Lama
“Hehe. Aku tidak sepintar itu ….. Hehehe!” -balas Chung Myung
Melihat bagian belakang kepala Chung Myung yang tersenyum segera setelah pujian itu keluar, murid Gunung Hua menghela nafas panjang.
Bansol Lama tersenyum dan melanjutkan.
“Ya, reinkarnasi berarti jika sesorang mati, maka dia akan terlahir kembali. Bukan hanya manusia. Hewan ternak, dan bahkan kematian seekor cacing. Mereka terlahir kembali sebagai kehidupan lain dan hidup lagi dan lagi.” -ucap Bansol Lama
Mata Chung Myung sedikit terbelalak saat mendengar suara yang tenang itu.
“Bagaimana bisa?” -tanya Chung Myung
“Karena mereka tidak bisa keluar.” -jawab Bansol Lama
“Tidak bisa keluar?” -tanya Chung Myung
“Ya.” -jawab Bansol Lama
Bansol Lama perlahan menyentuh manik-manik di tangannya.
“Hidup itu seperti roda yang berputar Setiap makhluk, hidup dan tinggal selama ratusan juta tahun di dalamnya. Mereka kemudian berbuat dosa, membangun pahala, belajar, dan sadar.” -ucap Bansol Lama
“…….”
“Dharma begitu dalam sehingga sulit untuk disadari hanya dengan realisasi satu kehidupan. Dengan cara ini, semua kehidupan lahir dan mati berulang kali, mencapai pencerahan. Sakyamuni juga mencapai pencerahan dan menjadi seorang Buddha setelah berulang kali reinkarnasi dari Tiga Kalpa yang Tak Terhingga.” -ucap Bansol Lama
Chung Myung, yang sedari tadi mendengarkan, menengok ke belakang dan melihat ke arah guratan itu.
“Hei, apa maksudnya itu?” -tanya Chung Myung
“… Itu berarti waktu yang tak terhitung, Siju.” -jawab Hye Yeon
Setelah mendengarkan penjelasan Hye Yeon, Chung Myung menatap Bansol Lama lagi dengan wajah bingung.
“Tidak, bahkan Sakyamuni? Bukankah Sakyamuni adalah Buddha yang sangat mengagumkan dalam agama Buddha?” -tanya Chung Myung
“…… Ya.” -jawab Bansol Lama
Untuk pertama kalinya, jawaban Bansol Lama pelan. Murid-murid Gunung Hua, yang merasakan hal ini, tersipu malu.
‘Aku minta maaf.’ -batin Baek Chun
‘Kami malu pada diri kami sendiri.’ -batin Baek Chun
Apakah orang di depannya adalah Bansol Lama atau Shaolin Bangjang, Chung Myung tetaplah Chung Myung.
Untungnya, Bansol Lama dengan cepat mendapatkan kembali ketenangannya dan melanjutkan perkataanya.
“Orang-orang berjalan di Jalan Buddha untuk melepaskan diri dari siklus reinkarnasi. Jika seseorang keluar dari roda yang berputar dan memotong penderitaan dan karma, mereka akhirnya akan terbebas dan menjadi seorang Buddha.” -ucap Bansol Lama
Mata Chung Myung tertuju pada anak itu ……. Tidak, itu kembali ke Inkarnasi Agung.
“Jadi maksudmu anak ini adalah reinkarnasi dari Inkarnasi Agung dari generasi sebelumnya? Apakah itu yang kau maksud?” -tanya Chung Myung
“Ya, Siju sangat pintar.” -balas Bansol Lama
“Hehe. Ei, siapa pun bisa menebak. Hehehe.” -ucap Chung Myung
Wajahnya memerah saat dia menggaruk bagian belakang kepalanya dengan malu-malu. Melihat ini, para murid Sekte Gunung Hua benar-benar ingin berdiri dan bertepuk tangan. Selain memahami apa yang dikatakan Bansol Lama itu, mereka tahu pasti bahwa Bansol Lama memiliki kepribadian yang hebat.
“Baiklah, kalau begitu …….” -ucap Baek Chun
“Katakan padaku.” -ucap Bansol Lama
“Ini mungkin tampak seperti pertanyaan yang tidak sopan, tapi …….” -ucap Baek Chun
“Tidak apa-apa.” -ucap Bansol Lama
Baek Cheon bertanya, terdorong oleh wajah Bansol Lama yang tenang dan baik hati.
“Bukankah Anda baru saja mengatakan bahwa mereka yang mencapai pencerahan akan menjadi Buddha dan terbebas dari siklus reinkarnasi?” -tanya Baek Chun
“Ya.” -jawab Bansol Lama
“Jika itu benar, maka …… Inkarnasi Agung……….” -ucap Baek Chun
Bansol Lama tersenyum.
“Oh, kalian penasaran dengan hal itu. Dalai Lama adalah perwujudan dari Avalokitesvara Bodhisattva dan Buddha yang hidup. Oleh karena itu, dia selalu dapat memutus siklus reinkarnasi, tetapi dia secara sukarela bereinkarnasi untuk menyelamatkan orang-orang dan memimpin mereka menuju Dharma.” -ucap Bansol Lama
“Sebagai buktinya, ketika Dalai Lama meninggal dunia, dia memberitahu terlebih dahulu tempat di mana dia akan dilahirkan, sehingga para murid dapat menemukannya.” -sambung Bansol Lama
“I- Itu ….” -sontak Baek Chun
Baek Cheon menutup mulutnya rapat-rapat.
Ia hampir saja berkata dengan lantang, “Apa itu masuk akal?”.
Semua cerita yang dia dengar sejak dia memasuki tenda ini semuanya sulit dimengerti dengan akal sehatnya.
“Kami sedang dalam perjalanan kembali ke Klan Budala untuk mencarinya seperti yang diajarkan Dalai Lama.” -ucap Bansol Lama
Mata semua orang tertuju pada anak yang duduk di tengah.
‘Sungguh, anak itu …….’ -batin Baek Chun
‘Reinkarnasi dari Inkarnasi Agung?’ -batin Baek Chun
Tidak ada yang istimewa dari Inkarnasi Agung muda di depan mereka. Kedua matanya, yang sangat dalam dan berkilau, sangat mengesankan, tapi dia tidak jauh berbeda dengan anak-anak yang bisa dilihat di mana saja.
Baek Cheon menatap punggung Chung Myung.
Biasanya, dia tidak bisa menahannya sedikitpun dan mempertanyakan apakah ini masuk akal, atau dia akan berbicara dengan Inkarnasi Agung muda itu dan mulai menanyainya, tapi sekarang dia anehnya tidak bisa berkata-kata.
Selain itu…
‘Mengapa punggungnya terlihat begitu berat?’ -batin Baek Chun
Atau adakah sesuatu dalam percakapan ini yang membuat Chung Myung berpikir serius?
Chung Myung perlahan membuka mulutnya, entah dia tahu pertanyaan Baek Cheon atau tidak.
“Kalau begitu …….” -ucap Chung Myung
Tatapannya tertuju sepenuhnya pada sang inkarnasi agung muda.
“Apakah Inkarnasi Agung masih mengingat kehidupan sebelumnya?” -tanya Chung Myung
“Om mani padme hum.” -lantun Bansol Lama
Bansol Lama menggelengkan kepalanya perlahan.
“Tentu saja, Dalai Lama tidak hanya mengingat kehidupan sebelumnya tetapi juga kehidupan-kehidupan sebelumnya. Namun, mereka yang telah melalui siklus reinkarnasi harus melupakan kehidupan lampaunya, sehingga ingatan mereka tidak lengkap.” -jawab Bansol Lama
“…….”
“Sangat sulit bagi seseorang yang telah mencapai pembebasan dari penderitaan untuk melemparkan dirinya ke dalam keadaan yang tidak sempurna dan menyelesaikan Dharma lagi. Dalai Lama menceburkan diri ke dalam jalan yang berduri untuk menyelamatkan orang-orang di dunia. Itulah mengapa para Lama menganggap Dalai Lama sebagai Buddha yang hidup dan menghormatinya.” -ucap Bansol Lama
Helaan napas lembut keluar dari mulut Chung Myung.
“… Aku mengerti.” -ucap Chung Myung
Dia mengerti, tapi dia juga tidak mengerti.
Tapi Chung Myung tidak berniat untuk meminta lebih banyak alasan di sini. Agama pada dasarnya tidak masuk akal dan tidak masuk akal bagi mereka yang menyimpang darinya.
Agama menunjukkan jalan yang benar hanya bagi mereka yang menerima dan memahami ajarannya.
Di mata mereka, ajaran Taoisme yang diikuti oleh Chung Myung tidak masuk akal dan konyol.
Pada saat itu, Bansol Lama, melihat ekspresi Chung Myung, tersenyum pelan.
“Apakah pertanyaan Siju sudah terjawab sekarang?” -tanya Bansol Lama
“Ya, aku minta maaf karena aku bertanya seperti itu saat kita baru bertemu. Saat darah mengalir deras di kepalaku, aku tidak bisa menutupi bagian depan dan belakang dengan baik.” -balas Chung Myung
“Siapa yang mencari pada akhirnya akan mendapatkannya. Jangan khawatir, seorang Buddhis tidak lebih dari seseorang yang ada untuk menjawab.” -ucap Bansol Lama
“Kalian benar-benar berbeda dari biksu palsu Shaolin.” -ucap Chung Myung
“Kohohohom!” –deham Hye Yeon
“Kenapa? Apakah tehnya tersangkut di tenggorokanmu?” -tanya Chung Myung
“Nnggghh, T-tidak….. Siju.” -balas Hye Yeon
Hye Yeon mengerang, tapi Chung Myung tidak menatapnya.
Bansol Lama berkata sambil tersenyum.
“Aku berharap kita bisa bicara lebih banyak, tapi ini sudah larut malam. Istirahatlah hari ini, dan kita lanjutkan pembicaraan kita besok.” -ucap Bansol Lama
Lalu di tempat itu…
‘Bansol Lama.’
‘Dia tampaknya tidak memiliki mata yang baik untuk menilai orang ….. Dia mengatakan bahwa anak itu adalah Inkarnasi Agung?’ -batin Baek Chun
Keraguan yang tak terelakkan muncul di benak Baek Chun.
Para biksu Lama memberi mereka sebuah tenda besar. Mereka menolak dengan keras dan ingin mendirikan tenda mereka sendiri, tetapi para biksu Lama hanya tersenyum dan pergi ke tenda mereka.
Semua orang masuk ke dalam tenda dengan sedikit ketidaknyamanan. Namun, ketidaknyamanan itu dikalahkan oleh rasa lelah yang datang dengan cepat, dan sebelum mereka sempat mengucapkan sepatah dua patah kata pun, semua orang tertidur seolah-olah mereka sudah mati.
Dan fajar menyingsing.
Tadak. Tadak.
Chung Myung, yang diam-diam keluar dari tenda, duduk di depan perapian dan melemparkan kayu bakar. Percikan api itu sedikit berhembus ke langit yang gelap.
Pikiran Chung Myung menjadi rumit sepanjang percakapan dengan Bansol Lama.
‘Reinkarnasi…’ -batin Chung Myung
Dia menggelengkan kepalanya sambil mengaduk-aduk api dengan ranting.
‘Itu adalah cerita yang berbeda.’ -batin Chung Myung
Dalam Taoisme, ketika seseorang mati, semuanya kembali ke alam. Hanya orang-orang berbudi luhur yang menyatu dengan Tao yang dapat naik ke alam dewa dan membantu aliran dunia.
Tapi …….
‘Lalu, siapakah aku ini?’ -batin Chung Myung
Ajaran Taoisme tidak menjelaskan situasi Chung Myung. Dan reinkarnasi yang dikatakan Bansol Lama juga tidak sesuai dengan keadaannya.
Bukankah terlalu aneh jika Chung Myung, yang bahkan tidak tahu tentang Dharma Buddha, memiliki ingatan yang lengkap ketika ia mengalami reinkarnasi?
‘Lalu, siapa aku ini?’ -batin Chung Myung
Ia menatap ke langit sambil menghela napas panjang.
‘Aku tidak tahu lagi, Cheon Mun Sahyung.’ -batin Chung Myung
Dia mencoba untuk tidak berpikir terlalu dalam, tapi setelah menebak kebangkitan Iblis Surgawi, dan melihat keberadaan Inkarnasi Agung, kepalanya menjadi rumit.
Saat itu.
Kepalanya menoleh ke samping.
Tersentak.
Dan begitu dia melihat sisinya, dia menyusut seperti biasanya.
“Apa…….” -ucap Chung Myung
Dalai Lama muda mendekat tanpa tanda dan menatapnya. Pada jarak yang tampaknya hanya selangkah lagi.
Terkejut, Chung Myung hendak mengatakan sesuatu dan menutup mulutnya.
Dia tidak sepenuhnya percaya pada reinkarnasi, tapi dia bisa memahami bahwa ada sesuatu yang istimewa dari anak ini.
Chung Myung yang telah menderita selama beberapa saat membuka mulutnya dengan ragu-ragu.
“Hei, kau tahu …… Kau benar-benar Inkarnasi Agung …….” -ucap Chung Myung
“Bagaimana bisa …….” -ucap Dalai Lama
“……Hah?” -sontak Chung Myung
Pada saat itu.
Air mata bening mulai menetes dari mata Dalai Lama.
Wajahnya begitu agung dan sedih sehingga Chung Myung terdiam sejenak. Suasana yang begitu berat hingga sulit untuk berbicara membuat Chung Myung tertekan.
“Bagaimana bisa menjadi seperti ini. Bagaimana di dunia ….” -ucap Dalai Lama
“…….”
Mata anak itu dipenuhi dengan kesedihan yang pahit. Inkarnasi Agung melantunkan sebuah syair dengan suara rendah.
“Anak Jungwon yang malang. Mengapa kau mencoba berjalan di jalan yang kasar dan berduri? Mengapa kau mencoba berjalan di Tiga Kalpa yang tak terhitung banyaknya, yang tidak berbeda dengan neraka itu sendiri? Mengapa…” -ucap Dalai Lama
‘Apa…….’ -batin Chung Myung
‘Apa maksudnya…?’ -batin Chung Myung
“Itu adalah jalan yang harus dilalui tanpa boleh menyimpang. Bagaimana kau bisa menyimpang sejauh ini. Kasihan, anak Jungwon yang malang. Bagaimana bisa ……” -ucap Dalai Lama
Suara Inkarnasi Agung, yang sepertinya bukan milik dunia ini, menembus telinga Chung Myung, yang terpesona.
‘Apa…….’ -batin Chung Myung
‘Apa yang dibicarakan orang ini?’ -batin Chung Myung
Sebuah retakan mulai terlihat di wajah Chung Myung, yang tadinya menatap kosong.
Jiwa Chung Myung mulai menjerit.
Jeritan yang sangat menyedihkan dan menyedihkan.`