Seorang yang Bijak Tidak Akan Pernah Mengambil Masalah (bagian 5)
Desa Haewolru di Puncak Deungbong Gunung Seongsan, lokasi Shaolin berada terlihat ramai
Banyak orang datang untuk mengunjungi Shaolin
Meskipun Shaolin menginkan pengunjung masih ada aturan ketat yang perlu ditaati, mereka yang ingin mengunjungi Shaolin tetapi tidak ingin melewati aturan ketat kuil cenderung berduyun-duyun berhenti di desa-desa yang berada di kaki Gunung Seongsan.
Sementara itu, saat Kompetisi Beladiri digelar Puncak Deungbong sudah dipadati pengunjung sehingga tidak ada tempat untuk bergeram
“Aku pesan luoyang Yeonchae, Daging Domba! Dan sebotol Hwaju hangat! Bawa cepat!” –seru pengunjung
“Bawakan aku mie tipis!” –seru pengunjung
“Ya! Tolong tunggu sebentar lagi!” –seru pelayan
Pelayan menerima pesanan dan membawa makanan sambil berlari sampai telapak kaki mereka berkeringat.
Duduk mengelilingi meja bundar, semua orang sibuk membicarakan kompetisi.
Dan, tentu saja, topik utamanya adalah kemajuan Gunung Hua.
“Siapa yang akan mengira pada awalnya?”
“Aku tahu betul. Saat kompetisi ini pertama kali dimulai, kupikir itu akan menjadi pertarungan sengit antara Shaolin dan Wudang. Jika aku menambahkan satu hal lagi, Keluarga Namgung juga pasti terlibat, kan?” –ucap seorang pengunjunng
“Itu benar. Itu benar.” –balas seorang pengunjung
Mereka yang berbicara satu sama lain terus menganggukkan kepala.
“Tapi Shaolin hanya berhasil menempatkan satu orang di perempat final, dan Wudang juga hanya memiliki satu yang tersisa. Bahkan Keluarga Namgung tidak memiliki satu pun murid yang tersisa.” –ucap seorang pengunjung
“Kekeke. Semua orang pasti bingung.” –ucap seorang pengunjung
Emosi halus melewati wajah orang-orang Jungwon.
Menyaksikan gunung raksasa yang disebut Sepuluh Sekte Besar berguncang memberikan emosi dua kali lebih kuat kepada orang-orang Kangho.
Kesenangan halus dan kecemasan halus.
Kedua emosi itu hidup berdampingan di Haewolru.
“Tetapi jika memang seperti ini, bukankah Gunung Hua akan menang?” –ucap seorang penngunjung
“Ei. Tidak mungkin.” –balas seorang pengunjung
“Si Naga Gunung Hua itu tidak dapat disamakan dengan bintang yang sedang naik daun. Dia itu monster.” –ucap seorang pengunjung
“Kalau dipikir-pikir, bahkan Tetua sekte mana pun tidak akan bisa mengalahkan Namgung Dohui, Pedang Pemecah Gunung secara sepihak. Reputasinya sebagai yang terbaik di dunia bukanlah kebohongan!” –ucap seorang pengunjung
“Tentu saja! Jadi, bukankah Naga Gunung Hua seharusnya memenangkan kompetisi ini?” –ucap seorang penonton
Ketika semua orang berbicara dengan suara bersemangat, seorang pria memutuskan suasana dengan kata-katanya.
“Tapi dia tidak akan bisa menang.” –ucap pria gemuk
Mereka yang duduk di meja memandang pria gemuk yang baru saja memotong dan menyatakan.
“Mengapa menurutmu begitu?” –tanya pengunjung lain
“Sederhana. Karena musuhnya adalah Shaolin.” –jawab pria gemuk
“…Apa maksudmu?” –tanya pengunjung lagi
Pria itu menjawab dengan mengangkat bahu.
“Kalian tidak berpikir bahwa Shaolin benar-benar mengadakan kompetisi ini demi keharmonisan Kangho, bukan? Jika Shaolin tidak yakin dapat memenangkan kompetisi ini, mereka tidak akan pernah mengadakannya. Coba bayangkan, bagaimana jika kau kalah di rumahmu sendiri ?” –ucap pria gemuk
“Eum.”
“Sekarang aku percanya dengan omonganmu.” –ucap seorang pengunjung
Pria gemuk itu menganggukkan kepalanya.
“Kemajuan Gunung Hua memang mengejutkan, tapi menang adalah hal yang berbeda. Mungkin Hye Yeon dari Shaolin yang akan menang.” –ucap pria gemuj
“Bukankah itu masih terlalu arogan? Aku pikir Kau terlalu mengabaikan Gunung Hua. Tentu saja, akan terlalu berlebihan untuk mengevaluasi Gunung Hua dalam kompetisi ini saja, tetapi bukankah jelas bahwa bintang-bintang Gunung Hua yang sedang naik daun benar-benar kuat?” –ucap seorang pengunjung
“Ck ck ck.” –cekikik pria gemuj
Pria gemuk itu berkata.
“Kau masih tidak mengerti. Aku tidak pernah mengabaikan Gunung Hua. Aku hanya mengatakan tidak mungkin Shaolin akan kalah kali ini.” –ucap pria gemuk
“Eum.”
“Tentu saja, Gunung Hua akan menjadi sekte yang hebat. Ada begitu banyak orang berbakat, dan mereka baik-baik saja. Tapi Shaolin adalah Shaolin. Ada cukup banyak orang berbakat di shaolin. Bukankah Shaolin adalah pemimpin dari Kangho? Tidak peduli seberapa hebat Naga Gunung Hua itu, dia tidak bisa mengalahkan Shaolin…….” –ucap pria gemuk
Pada saat itu juga.
Brakkkk!
Tiba-tiba pintu terbuka dan seseorang masuk.
“A-Apa?” –sontak pengunjung
“Siapa itu…… Hah? Orang itu?” –ucap pengunjung
Keheningan melanda. Semua orang membuka mata mereka lebar-lebar.
‘Naga Gunung Hua?’ –batin pengunjung
‘Dia adalah Naga Gunung Hua, kan?’ –batin pengunjung
‘Kenapa dia ada di sini…?’ –batin pengunjung
Semua orang yang berkumpul di sini datang jauh-jauh ke Shaolin untuk menonton Kompetisi Beladiri. Tidak mungkin orang sepertinya tidak mengenali orang yang paling banyak dibicarakan dalam kompetisi saat ini.
Tapi kalau ada masalah……
‘Kenapa dia nampak marah?’ –batin pengunjung
“Dia terlihat sangat kesal.” –ucap pengunjung
“Apakah dia mendengar percakapan mu tadi?” –ucap pengunjung
Wajah Naga Gunung Hua Chung Myung, yang menyerbu melalui pintu, Nampak muram.
Mata Chung Myung melirik diam-diam dari sisi ke sisi. Mereka yang melakukan kontak mata dengannya dengan cepat menurunkan pandangan mereka dan membuang muka.
‘Jika kau melakukan kontak mata dengannya, Kau akan dihajar.’ –batin pengunjung
‘Pura pura tidur. Pura pura tidur!’ –batin pengunjung
Bahkan jika mereka tidak terlalu memperhatikan Gunung Hua, mereka tidak bisa tidak mengetahui satu rumor yang menyebar di Shaolin.
Kepribadian bintang yang sedang naik daun paling terkenal di dunia, sepeti seekor anjing.
Tidak ada yang baik tentang Chung Myung.
Desas-desus seperti itu tidak bekerja dengan baik, tapi …… desas-desus tentang Naga Gunung Hua Chung Myung diterima tanpa ragu-ragu.
Alasannya?
Apakah orang-orang yang menonton tidak memiliki mata?
Banyak sekali saksi yang hadir karena penasaran dengan kompetitor di dalam dan di luar panggung.
Pada akhirnya, rumor tentang karakter Naga Gunung Hua sekarang hampir menjadi rahasia umum.
Jadi setiap orang tidak punya pilihan selain menghindari mata mereka dengan tergesa-gesa.
Chung Myung, yang melihat sekeliling dengan mata merah, tersentak. Pada saat yang sama, semua orang di Haewolru tersentak bersama.
“Kursi!” –seru Chung Myung
Chung Myung memasuki Haewolry dan menempati kursi kosong di sudut dan duduk.
“Pelayan!” –seru Chung Myung
“B-Baaikkkk! Aku datang!” –ucap pelayan
“Pertama-tama, daging! Beri aku hidangan daging apa saja, dan minuman! Apa saja minumanmu di sini?” –ucap Chung Myung
“Kami memiliki semua minuman yang dapat Anda pikirkan!” –ucap pelayan
“Kalau begitu Baekju, lima botol!” –seru Chung Myung
“Ya! Tunggu sebentar! Aku akan segera membawakannya!” –balas pelayang
“Bawa Minumannya dulu!” –seru Chung Myung
“Baik!” –seru pelayan
Saat Pelayan bergegas masuk, Chung Myung menghela nafas dan berbaring di kursinya.
“Tidak ada begitu banyak orang di desa kecil ini!” –seru Chung Myung
Kemudian, pintu terbuka lagi dan beberapa orang lagi masuk.
“…berapa kali aku harus memberitahumu bahwa pintu dibuka dengan tangan, bukan dengan menendangnya? Dasar bajingan busuk!” –ucap Baek Chun
“Menyerah saja, Sasuk. Kalau dia bertingkah, kita bisa apa?” -ucap Yoon Jong
“Mie. Mie. Mie.” – Ucap Yo Isoel
“…Samae. Aku akan memberimu beberapa, jadi tenanglah.”
“Mie!” – Ucap Yo Isoel
Baek Chun melingkarkan tangannya di wajahnya.
‘Haduuhh.’ –batin Baek Chun
Jo-Gol berkata dengan senyum pahit.
“Ngomong-ngomong, aku senang kita menemukan tempat duduk. Kenapa ada begitu banyak orang di desa ini……” –ucap Jo-Gol
“Benar, itu melegakan. Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan jika kita berkeliling ke beberapa tempat lagi.” –ucap Baek Chun
Baek Chun, yang mampir ke toko demi toko dengan Chung Myung yang mulai memesan alkohol segera tanpa peduli tentang mendapatkan tempat duduk..
Sungguh memilukan melihat darah di mata Chung Myung setiap kali dia kembali setelah memastikan bahwa tempatnya penuh.
Baek Chun, yang pergi ke kursi yang ditempati oleh Chung Myung dan duduk bersama, menghela nafas lega dengan sedikit rasa malu.
Segera, murid-murid Gunung Hua lainnya mengikutinya dan duduk.
Pelayan bergegas dengan sebotol minuman keras. Begitu dia meletakkannya di atas meja, Chung Myung mengambil botol itu, menarik tutupnya, dan memasukkan botol itu ke mulutnya.
Glek, glug, glug.
“Bagaimana mereka bisa begitu tidak sedap dipandang?” –gumam seorang pengunjung
“Mereka seperti bandit. Bukankah mereka memilih gunung yang salah? seharusnya mereka pergi ke Nokrim (Gunung Pencuri), aku pikir itu benar bahwa kau datang ke Gunung Hua karena kesalahan.” –gumam pengunjung
“Faktanya, Gunung Hua tidak berbeda dengan Nokrim sekarang…….” –timpal Jo-Gol
“Jo-Gol.” –panggil Baek Chun
“Ya?” –sahut Jo-Gol
“Ada hal-hal di dunia yang tidak boleh dikatakan, bahkan jika itu benar.” –ucap Baek Chun
“…Maaf, aku tidak berpikir dulu.” –ucap Jo-Gol
Baek Chun, yang memberikan peringatan keras, menghela nafas sekali lagi.
“Kaaahhh!”
Chung Myung membanting botol kosong itu ke atas meja.
Ini adalah adegan yang akan dipuji karena dia begitu ceria. Selama orang tersebut bukan penganut Tao.
Itu adalah keajaiban, tetapi pada kenyataannya, orang tidak terlalu memperhatikan penampilan. Ada begitu banyak tempat untuk memperhatikan tindakan Chung Myung.
Mereka melirik ke meja tempat para murid Gunung Hua duduk, dan masing-masing mulai bergumam pelan.
“Bukankah mereka murid Gunung Hua?” –gumam pengunjung
“Ya, pemuda yang di tengah adalah Naga Gunung Hua, dan yang duduk di seberangnya adalah Baek Chun, Pedang Keadilan.” –gumam pengunjung
“Dan bukankah mereka adalah orang melakukannya dengan baik dalam kompetisi ini? nona Muda itu adalah Yoo Iseol, murid kelas dua yang melaju ke perempat final, dan di sebelahnya adalah Jo-Gol, murid kelas tiga yang melaju ke perempat final. juga.” –gumam pengunjung
“Oh, bukankah mereka begitu hebat?” –gumam pengunjung
Blushhh
Telinga para murid Gunung Hua tersentak dan mulut mereka mulai menggeliat.
“Aku tidak percaya bintang yang sedang naik daun yang memimpin Gunung Hua berkumpul di satu tempat. Rasanya seperti membuka mata baru.” –gumam pengunjung
“Mereka tidak hanya akan memimpin Gunung Hua. Bukankah mereka yang juga akan memimpin masa depan Kangho?” –gumam pengunjung
“Momentum ini benar-benar tidak biasa.” –gumam pengunjung
Baek Chun terbatuk-batuk di udara.
Wajahnya memerah seperti biasanya
‘Aku malu.’ –batin Baek Chun
Tentu saja, dia akan malu.
Apakah dia pernah dipuji oleh seseorang yang sedekat ini sebagai seniman bela diri Gunung Hua?
Murid dari Sepuluh Sekte Besar tunduk pada kekaguman dan kecemburuan ke mana pun mereka pergi, tetapi murid Gunung Hua tidak pernah memiliki pengalaman seperti itu.
Tentu saja, mereka disambut dan disorak-sorai oleh Shaolin, tapi ini dan itu terasa sangat berbeda.
“Pedang Keadilan benar-benar pria yang tampan.” –gumam pengunjung
“Bukankah ilmu pedang Yoo Iseol benar-benar indah? Aku belum pernah melihat keindahan seperti itu dalam hidupku!” –gumam pengunjung
“Naga Gunung Hua juga sama bagusnya dengan mereka.” –gumam pengunjung
Baek Chun menunduk karena malu.
‘Aku bisa mendengar mereka….’ –batin Baek Chun
Mereka berbicara dengan tenang di antara mereka sendiri. Namun, tidak mungkin murid Gunung Hua tidak mendengarnya. Jo-Gol dan Yoon Jong memerah, dan hanya Yoo Iseol yang tetap tenang.
Hah? Chung Myung?
Chung Myung sekarang meminum botol keduanya ……. Chung Myung?
“Aku tidak tahu siapa yang di sebelahnya, tapi kelimanya sudah mulai disebut Lima Pedang.” –gumam pengunjung
“Lima Pedang?” –gumam pengunjung
“Lima Pedang Gunung Hua? Atau bisa disebut Lima Pendekar Plum Blossom? Ngomong-ngomong, bukankah itu mengacu pada Naga Gunung Hua, Baek Chun, Yoo Iseol, Jo-Gol, dan Yoon Jong, yang disebut sebagai bintang terbit terbaik di Gunung? hah?” –gumam pengunjung
“Rasanya seperti Tiga Pedang Wudang.” –gumam pengunjung
“Itu benar, itu benar.” –gumam pengunjung
Lima Pedang?
Baek Chun, yang telah mendengarkan, mengedipkan matanya.
‘Apa itu? Aku tidak pernah mendengarnya.’ –batin Baek Chun
Dalam banyak kasus, orang itu sendiri tidak menyadari ketenaran mereka sendiri. Berkat penampilan hebat mereka dalam kompetisi, reputasi murid Gunung Hua tumbuh pada tingkat yang luar biasa saat ini.
“Tapi bukankah agak aneh kalau itu Lima Pedang?” –gumam pengunjung
“Hm? Apa?” –gumam pengunjung
“Ada tiga orang di perempat final, tetapi mereka disebut Lima Pedang.” –gumam pengunjung
“……Itu tidak benar. Baek Chun, Pedang Keadilan, dikatakan sebagai salah satu bintang yang sedang naik daun paling kuat di Gunung Hua, meskipun dia mengundurkan diri karena cedera. Dan Yoon Jong… dia menyerah ketika melawan Chung Myung?” –gumam pengunjung
“Sekarang setelah kau menyebutkannya, memang begitu adanya.” –gumam pengunjung
“Pokoknya, jangan berdebat denganku. Tidak ada logika untuk nama julukan yang sudah mulai menyebar. Segera semuanya akan mendapatkan nama julukan yang masuk akal.” –gumam pengunjung
Bibir Yoon Jong dan Jo-Gol mulai berkedut.
‘Nama julukan?’ –batin Yoon Jong
Mereka merasa sedikit gelisah.
Mendapatkan julukan berarti mereka akan dibicarakan di Kangho. Dengan kata lain, Jo-Gol dan Yoon Jong sekarang dapat dengan bangga menampilkan diri mereka di Kangho.
“Kau Senang ya?” –tanya Chung Myung
Ketika Chung Myung bertanya, keduanya terbatuk dengan sia-sia.
“T-Tidak juga.” –balas Jo-Gol
“Kurasa biasa saja.” –ucap Yoon Jong
“….. kau sepertinya sangat menyukainya” –ucap Chung Myung
“Keuhum.” –deham Chung Myung
Chung Myung tersenyum melihat pemandangan itu.
“Perjalanan kalian masih panjang.” –imbuh Chung Myung
Bahkan, mengingat apa yang telah mereka lakukan, agak terlambat untuk menyebarkan reputasi mereka. Setelah kompetisi, reputasi mereka mungkin akan menyebar ke seluruh Kangho.
Saat itu, pelayan datang dengan piring. Chung Myung mengangguk ketika dia melihatnya.
“Mari kita isi perut kita dulu. Pelayan! Lima botol Baekju lagi!” –seru Chung Myung
“Berhenti minum, brengsek!” –seru Baek Chun
“Kenapa kau memesan lima botol lagi ketika kau sudah menghabiskan tiga botol sendiri?!” –seru Baek Chun
“Secangkir. Secangkir. Secangkir, tolong. Secangkir.” –ucap Chung Myung
Saat itulah murid-murid Gunung Hua mulai mengoceh, merobek sebuah paha ayam, dan melahapnya.
Mencicit.
Pintu Haewolru terbuka dan sekelompok orang masuk.
Sekilas.
Baek Chun memberi mereka pandangan sekilas dan matanya berbinar.
“Apakah itu Serikat Pengemis?” –tanya pengunjung
Serikat Pengemis adalah sekte pengemis.
Biasanya mereka meminta-minta untuk mencari makan, tetapi ketika ada acara seperti ini, mereka sering membayar dan menggunakan tempat usaha.
Tentu saja, mungkin tidak begitu menyenangkan dari sudut pandang Pemilik kedai, tetapi mereka tidak dapat mengusir pelanggan yang membayar.
“Tempat duduk…….” –ucap seorang dari serikat pengemis
Pengemis Serikat Pengemis yang masuk mencari tempat duduk.
Baek Chun berhenti memperhatikan dan mencoba berkonsentrasi pada makanan lagi.
Kemudian salah satu pengemis yang melihat sekeliling membuka matanya lebar-lebar dan melangkah maju.
“Apakah kamu Chosam?” –ucap seorang dari serikat pengemis
(Nama Chung Myung ketika dia masih seorang pengemis.)
** 20 Chapter terbaru KLIK TRAKTEER**
**JOIN GRUP TELEGRAM**