Join channel kami untuk informasi ter-update: Channel Telegram Tetua Sekte
Project utama: Return of Mount Hua Sect Bahasa Indonesia
MANHWA CHAPTER 77 lanjut baca di novel Chapter 124, gas kan!

Return of The Mount Hua – Chapter 295

Return of The Mount Hua – Chapter 295

Aku Masih Menjadi Tembok Penghalang-mu (Bagian 6)

“Sasuk!” –teriak murid Gunung Hua

“Sa- Sahyung!” –teriak murid Gunung Hua

“Brengsek!” –teriak murid Gunung Hua

Teriakan meletus dari mulut murid-murid Gunung Hua.

Panggung dipenuhi dengan darah.

Jo-Gol, Yoon Jong, dan bahkan Yoo Iseol melompat dari tempat duduk mereka dan membuka mata lebar-lebar.

Chung Myung adalah satu-satunya yang masih duduk.

Dia melihat pertandingan itu dengan matanya yang dingin dan tenang.

‘Dia bersemangat sekali.’ –batin Chung Myung

Ilmu pedang memiliki kegunaan yang tepat.

Jika kau bisa mengalahkan lawanmu hanya dengan seni bela diri yang lebih kuat, kau tidak perlu melakukan apa-apa.

Seberapa baik dirimu menggunakan seni bela diri yang tepat pada waktu yang tepat adalah ukuran keahlianmu yang sebenarnya.

Sekarang Baek Chun melakukan kesalahan di sana juga.

Plum Blossom adalah pedang yang paling indah.

Tapi butuh jarak dan waktu untuk membuat bunga plum mekar. Jika Kau mencoba membuat ayunan warna-warni lalu melawan pedang brilian yang terbang setiap saat, maka lehermu patah sebelum kau mengayunkan pedangmu.

“Kau pasti tahu.” –gumam Chung Myung

Chung Myung mengertakkan giginya sedikit.

Tidak mungkin Baek Chun tidak tahu tentang ini. Teori pedang telah diberikan dan dijelaskan berkali-kali. Dari sudut pandang objektif, tidak mungkin Baek Chun, yang bisa disebut perekam hidup, tidak bisa memahaminya.

Tapi kegembiraan membutakan mata seseorang. Itu membuat mereka melupakan apa yang mereka ketahui dan membuat penilaian yang berbeda dari biasanya.

Jika bukan karena Jin Geum Ryong, jika itu adalah murid sekte bergengsi dengan keterampilan serupa, Baek Chun tidak akan pernah melakukan kesalahan seperti itu.

Hanya karena dia adalah Jin Geum Ryong yang membuatnya bisa tersulut keingunan dan menghancurkan pikirannya.

“Idiot itu.” –gumam Chung Myung

Rahang Chung Myung menegang. Tatapan nya masih tertuju pada panggung.

Kemudian Jo-Gol memanggil Chung Myung.

“Chu- Chung Myung!” –panggil Jo-gol

“Diamlah.” –ucap Chung Myung

Kata Chung Myung dengan nada rendah.

“Sasuk sangat bodoh dan terlalu membanggakan diri sendiri sehingga dia mempermalukan dirinya sendiri, dan membuat masalah yang tidak perlu!” –ucap Chung Myung

“… Kutuk saja dia.” -ucap Jo-Gol

“Tetap saja, jika dia seorang pendekar pedang, kau seharusnya bisa menahan diri agar tidak seperti itu.” –ucap Chung Myung

Tatapannya dingin dan berat, tidak seperti biasanya.

“Jika kau bisa mengangkat pedang, kau tetap tidak akan kalah. Si idiot itu tahu itu.” –ucap Chung Myung

Mendengar kata itu, Jo-Gol menoleh dan menelan ludah kering. Baek Chun, rasa amarah seperti merasuk dalam dirinya.

‘Sasuk.’ –batin Jo-Gol

Jo-Gol memperhatikan Baek Chun dengan perasaan kesal.

~~

Rasa sakit yang berdenyut-denyut.

Dia merasakan sakit yang luar biasa di pergelangan tangannya.

Baek Chun menghentikan pendarahan dengan menekan lukanya dengan tangannya yang lain.

Apa aku lengah?’ –batin Baek Chun

Tidak, dia tidak lengah.

Ini lebih sombong daripada ceroboh. Ya, itu arogan.

Aku tahu kalau lawannya kuat.’ –batin Baek Chun

Dia menjadi kuat karena semua triknya tidak berhasil. Ketika berhadapan dengan orang seperti itu, Kau harus merenung berulang kali setiap kali kau menggerakkan pedangmu,.

Namun, dia mabuk pada dirinya sendiri sejenak dan melupakan kekhawatirannya. Luka di pergelangan tangan ini adalah hasil dari kesombongan itu.

Ketika Baek Chun mengangkat tangannya yang menghentikan pendarahan, luka yang cukup dalam untuk hampir mengekspos tulangnya terungkap.

Melihat lukanya, Jin Geum Ryong membuka mulutnya dengan tenang.

“Bunga Gunung Hua sangat indah.” –ucap Jin Geum Ryong

Suara yang datar.

Suara Jin Geum Ryong tidak tinggi atau rendah seolah-olah wajar jika Baek Chun terluka.

“Tapi tidak ada gunanya jika kau memotong cabang sebelum mekar. Sama sepertimu sekarang.” –ucap Jin Geum Ryong

Baek Chun dengan lembut menggigit bibir bawahnya.

Kata-kata Jin Geum Ryong menusuknya dengan sangat menyakitkan. Selain itu, Jin Geum Ryong berkata dengan raut wajah yang dingin.

“Bukankah aku sudah memberitahumu? Kau itu arogan.” –ucap Jin Geum Ryong

“…….”

“Kau sepertinya berpikir bahwa kau cukup kuat setelah bergaul dengan Chung Myung itu, tapi untuk inilah kami menggunakan Fox Fake Tiger Power. Kau bukan apa-apa tanpa perlindungan Naga Gunung Hua. Benar, secara harfiah tidak ada perlindungan sama sekali.” –imbuh Jin Geum Ryong

Kata itu menusuk ke dalam hatinya.

Entah itu karena lukanya atau karena kata itu, jantungnya mulai berdetak kencang. Wajahnya memanas dan punggungnya basah oleh keringat dingin.

Baek Chun memberi kekuatan pada tangannya yang memegang pedangnya sedikit dan melihatnya.

Ini bergerak.

Meskipun sakit yang mengerikan, untungnya, tangannya bergerak. Pembuluh darah ototnya tampaknya tidak terluka.

Jika itu masalahnya, seharusnya tidak terlalu sulit untuk mengayunkan pedang.

‘Aku masih bisa melakukannya.’ -batin Baek Chun

Jin Geum Ryong menyipitkan matanya saat melihat semangat juang di mata Baek Chun lagi.

“Apa kau mau melanjutkannya?” –ucap Jin Geum Ryong

“… Tentu saja.” –balas Baek Chun

“Tidak ada yang akan berubah. Terima saja?” –ucap Jin Geum Ryong

“Mungkin.” –ucap Baek Chun

Baek Chun memperlihatkan giginya dan berkata seolah menggeram.

“Tapi aku tahu apa yang buruk. Jika aku keluar dari sini, aku tidaklah lebih dari sampah yang bodoh.” –imbuh Baek Chun

“… Sampah.” –ucap Jin Geum Ryong

Jin Geum Ryong tersenyum cerah.

“Kau sepertinya bisa memahami topiknya. Aku senang. Kupikir kau lupa dengan topiknya.” –ucap Jin Geum Ryong

Sinisme dinginnya menembus telinga Baek Chun.

“Kalau begitu datanglah padaku. Sampah.” –ucap Jin Geum Ryong

Baek Chun mengatupkan giginya dan menatap Jin Geum Ryong.

‘Aku masih bisa melakukannya.’ –batin Baek Chun

Dia tidak kalah. Belum… Belum.

Setidaknya jika dia telah mencoba yang terbaik, dia bisa mengaku kalah. Jika dia kalah tanpa melakukan hal seperti ini, dia tidak akan pernah melampaui Jin Geum Ryong selama sisa hidupnya.

Jadi untuk saat ini, dia hanya perlu melakukan yang terbaik.

Berdenyut! Berdenyut!

Saat dia mencengkeram pedang seperti pedangnya akan patah, rasa sakit yang luar biasa muncul dari pergelangan tangannya.

Apakah karena pendarahannya? Rasanya seperti matanya kabur. Dunia yang jernih secara bertahap menjadi buram.

‘Fokus!’ –batin Baek Chun

Dia harus berkonsentrasi. Cukup untuk melupakan rasa sakit dari lukanya.

Tapi…….

Bisakah dia benar-benar menang?

Jantungnya mulai berdebar kencang.

Bahkan dalam keadaan normal, dia tidak bisa melawan Jin Geum Ryong.

Tapi bisakah dia menang melawan Jin Geum Ryong itu dengan cedera di pergelangan tangannya?

‘Brengsek. ‘ –batin Baek Chun

Jin Geum Ryong tiba-tiba terlihat begitu besar dimatanya.

Jin Geum Ryong, melihat ke bawah dengan wajah arogan, mulai tumpang tindih dengan masa lalu.

‘Dia selalu memiliki raut wajah itu.’ –batin Baek Chun

Dan dia selalu diberitahu itu.

Setiap saat.

Setiap kali dia menantang, hasilnya selalu sama. Dia selalu bergegas, percaya dia akan menang, tetapi dia selalu kalah.

Dan kali ini?

‘Kalah lagi …….’ –batin Baek Chun

Dia berbicara besar, tetapi dia tahu bahwa kemungkinannya tipis. Menang bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan hanya dengan kemauan keras.

Terlalu sulit untuk berurusan dengan Jin Geum Ryong dengan cedera.

Lalu bagaimana dengan… … .

“Heeeeeeeyyyy! Kamu idiooooooooooooot!” –teriak Chung Myung

Baek Chun menoleh karena terkejut.

Chung Myung berdiri dari tempat duduknya dengan matanya yang berkedut.

“Uh …….” –ucap Baek Chun

Dia menggeram dengan giginya terbuka dan kemudian meraung.

“Beraninya kau menundukkan kepalamu! Akan ku patahkan kepalamu!” –teriak Chung Myung

“…….”

Kau pikir kau tetap bisa menjadi bagian dari Gunung Hua jika tetap seperti itu!” –teriak Chung Myung

Seolah-olah tidak cukup, Chung Myung mulai bergegas ke atas panggung dengan busa di mulutnya.

Kemudian Yoon Jong dan Jo-Gol, yang menunggu tepat di sebelahnya, bergegas masuk tanpa pikir panjang dan segera memegangi Chung Myung.

Seolah memegang binatang buas, Yoon Jong berteriak kepada murid-murid lain di belakangnya dengan wajah kontemplatif.

“Ayo! Cepat!” –seru para murid

Murid-murid Gunung Hua bergegas berlari ke arah Chung Myung tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.

“Berhenti! Berhenti!” –teriak seorang murid

“Chung Myung-ah! Ada banyak orang melihatmu! Itu Sasuk-mu!” –seru seorang murid

“Tutup mulutnya! Cepat, tutup mulutnya dulu!” –seru seorang murid

Seketika, mereka bergegas masuk dan menahan Chung Myung. Mereka mendaki Chung Myung hingga terlihat seperti gunung kecil, tetapi Chung Myung yang masih di bawahnya dan berteriak, membalikkan matanya.

“Beraninya kau membuat dirimu terlihat menyedihkan seperti itu! Lehermu harus lurus bahkan jika kepala mu patah! Kita Gunung Hua! Dasar Sasuk sialan!” –teriak Chung Myung

Semua penonton memandang Chung Myung dengan keanehan di wajah mereka.

Bahkan Jin Geum Ryong, yang berdiri di atas panggung, tidak bisa menyembunyikan kebingungannya.

Hanya satu.

Hanya Baek Chun yang menertawakan kata-kata Chung Myung.

“Dasar.” –ucap Baek Chun

Segera, punggungnya kembali tegak.

Chung Myung benar.

Menang dan kalah tidak masalah. Jika dia benar-benar merasakan Jin Geum Ryong sebagai tembok, dia seharusnya tidak putus asa di hadapannya.

“Apa yang kau pelajari dulu!” –teriak Chung Myung

“…….”

“Jangan lupa apa yang telah kau pelajari!” –teriak Chung Myung

Ketenangan mulai kembali ke wajah Baek Chun.

‘Apa yang ku pelajari?’ –batin Baek Chun

Dia menggulung sudut mulutnya.

“Itulah cara untuk menang.” –Teriak Chung Myung

Buuuk!

Baek Chun merobek pakaiannya dan mengikat tangannya yang terluka ke gagang pedang. Dia mengikat tangannya begitu erat sehingga darahnya tidak bisa lewat, dia mengangkat pedangnya dan menunjuk lurus ke arah Jin Geum Ryong.

Wajahnya rileks lagi.

Mata Chung Myung berbinar saat melihatnya.

“Eurachaaaaa!” –teriak Chung Myung

“Astaga!” –seru para murid

“Uwaaat!” –seru para murid

Murid-murid Gunung Hua, yang sedari tadi menahannya, terpental ke segala arah. Chung Myung mengangkat tubuhnya dan berkata sambil menyeringai.

“Aku lebih suka sasuk yang menyebalkan semacam ini karena terasa lebih baik.” –ucap Chung Myung

Ini seratus kali lebih baik daripada ketakutan!

Jo-Gol, yang mendekat lagi, membuka mulutnya dengan wajah khawatir.

“Chung Myung, Sasuk …….” –ucap Jo-Gol

“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.” –ucap Chung Myung

Chung Myung memotong kata-katanya dengan tegas tanpa menoleh ke belakang.

“Sasuk lebih kuat dari yang kamu kira.” –imbuh Chung Myung

Ada keyakinan yang kuat dalam suaranya.

~~

Itu tenggelam.

Hatinya tenggelam perlahan.

‘Itu bodoh.’ –batin Baek Chun

Kegembiraan?

Tentu saja, itu juga sebuah kesalahan.

Tetapi kesalahan yang lebih besar dari itu adalah dia telah melupakan ajaran Gunung Hua.

-Sejuk? Bagaimana kau tetap tenang di medan perang di mana darah berceceran dan orang terbelah? Itu hanya omong kosong dari orang-orang yang tidak tahu apa-apa. Semua orang menjadi bersemangat. Yang penting jangan kehilangan pedangmu bahkan dalam kegembiraan.

Itu lucu.

Sepanjang pelatihan, dia mendengarkan omelan sampai telinganya tertusuk. Sampai-sampai dia ingin meletakkan sarungnya di mulut Chung Myung, yang mengejar dan mengomelnya.

Tapi omelan mengerikan itu sekarang membuka jalan baginya.

‘Ingat.’ –batin Baek Chun

Ajaran Gunung Hua.

Bajingan sialan itu mengomel.

– Siapa yang menggunakan pedang dengan tangan mereka, Siapa! Bisakah seorang pria tanpa kuku kaki yang menempel di tanah menggunakan pedang? Apakah kau akan terbang di udara dan melakukan tarian dengan pedangmu itu? Itu hanya gereakan pedang yang tidak akan dipegang kakinya! Dimulai dengan setiap kaki yang kokoh! Plum tanpa akar tidak akan bisa mekar!

‘Iya.’ –batin Baek Chun

Mulailah dengan kaki dan tubuh bagian bawah.

Semua pedang dimulai di tubuh bagian bawah. Dia bahkan lupa dasar-dasarnya.

– Jangan mengejar keindahan saja! Jika kau terpesona oleh kemegahan pedang yang kau lakukan, kau akhirnya akan terombang-ambing oleh pedang. Akar Gunung Hua bukanlah teknik pedang plum! Ini adalah Teknik Pedang Kombo Sixfold! Dongjungjeong! Dasar dari pedang Gunung Hua adalah Dongjungjeong. Jika kau tidak dapat mempertahankan ketenangan pikiran kau dalam gerakan yang luar biasa, tidak peduli seberapa berwarna bunga plum, itu hanya permainan badut!

‘Ya, aku juga lupa itu.’ –batin Baek Chun

Baek Chun tersenyum pahit.

Meskipun dia melupakan semua yang dia pelajari, dia berharap untuk mendapatkan kemenangan. Apakah ada hal lain yang lebih bodoh untuk dilakukan?

Jin Geum Ryong menyipitkan matanya saat melihat Baek Chun yang menyeringai.

“Apa yang lucu?” –ucap Jin Geum Ryong

“Aduh……. Aku pasti telah membuatmu salah paham. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku tidak menertawakan Hyung-nim. Aku hanya menertawakan diriku sendiri.” –ucap Baek Chun

“Kau pasti kehilangan akal sehatmu.” –balas Jin Geum Ryong

“Mungkin.” –ucap Baek Chun

Baek Chun mengayunkan pedangnya sekali.

Dan menatap Jin Geum Ryong dengan tatapan tak tergoyahkan.

“Aku lupa sejenak. Yang harus kubuktikan bukanlah bahwa aku lebih kuat dari Hyung-nim.” –ucap Baek Chun

“…….”

“Yang harus kubuktikan adalah pedang Gunung Hua. Ayo. Aku akan membuktikan bahwa pedang Sekte Ujung Selatan lebih tumpul daripada pedang Gunung Hua.”

“Dengan tangan yang terluka itu?” –ucap Jin Geum Ryong

“Malah terasa lebih baik.” –balas Baek Chun

Baek Chun tersenyum, menunjukkan giginya.

“Terima kasih, itu akan terbukti lebih jelas.” –ucap Jin Geum Ryong

Tawa keluar dari mulut Jin Geum Ryong.

“Tidak ada yang lebih buruk dari keberanian yang tidak cocok dengan skillnya.” –imbuh Jin Geum Ryong

“Aku setuju, jadi …….” –ucap Baek Chun

Baek Chun mengangkat dagunya sedikit. Dan berkata sambil tersenyum.

“Berhenti menggertak dan lawanlah aku.” –imbuh Baek Chun

Pada saat yang sama, kehidupan dingin Jin Geum Ryong terbentang di matanya.

“Aku datang.” –ucap Jin Geum Ryong

Tubuhnya bergegas menuju Baek Chun secepat mungkin.

Cobalah dan terus menggertak jika kau bisa!

Kaang!

Pedang yang terbang seperti seberkas cahaya memantul tepat di depan leher Baek Chun.

‘Apa?’ –batin Jin Geum Ryong

Jin Geum Ryong tidak bisa menyembunyikan kebingungannya sejenak.

Tidak mengherankan jika Baek Chun bisa menahan pedangnya. Ini karena, tidak seperti sebelumnya, gerakan Baek Chun untuk membelokkan pedangnya begitu alami.

‘Apa itu?’ –batin Jin Geum Ryong

Jelas, ada sesuatu yang berubah.

Jin Geum Ryong mengatupkan giginya dan mengayunkan pedangnya lagi. Dalam sekejap, puluhan tebasan mengalir ke arah Baek Chun.

Pedang cepat tangguh yang tidak bisa dikejar dengan mata di level mana pun.

Tapi Baek Chun menanggapi semua tebasan tanpa kesulitan dengan matanya yang cekung.

Suara pedang yang berbenturan bergema berturut-turut dengan cepat.

‘Jaga kepalamu tetap dingin.’ –batin Baek Chun

Dadanya semakin dingin.

Tubuh bagian bawah berakar kuat ke tanah dan pinggang diluruskan untuk menopang tubuh.

Mereka yang tidak bisa mengatur pusatnya sendiri bahkan tidak bisa mengangkat pedang.

‘Pikirkan itu.’ –batin Baek Chun

Ajaran yang diberikan Gunung Hua kepadanya benar-benar terukir di tubuhnya. Tidak ada alasan untuk kalah jika dia dapat mengikuti ajaran tanpa melupakannya.

Di tengah serangan pedang, tatapannya melampaui Jin Geum Ryong dan melihat para murid-murid Gunung Hua.

‘Jangan menatapku seperti itu.’ –batin Baek Chun

Kalian mengaggumiku? Kalian percaya padaku?’ –batin Baek Chun

‘Dasar bodoh.’ –batin Baek Chun

‘Aku hanya kalah sejauh ini saja.’ –batin Baek Chun

‘Aku tidak pernah melampaui Jin Geum Ryong, dan aku tidak pernah memimpin kalian dengan benar.’ –batin Baek Chun

‘Aku kalah lagi dan lagi. ‘ –batin Baek Chun

‘Namun demikian,’ –batin Baek Chun

‘Mengapa kalian menatapku dengan mata iri seperti itu?’ –batin Baek Chun

Orang-orang bodoh ini.

Baek Chun menggertakkan giginya.

Kaaang!

Mata Baek Chun, yang mendorong kembali tebasan terbang dengan kekuatan yang tangguh, berkilauan dalam cahaya.

Pedangnya beralih dari pertahanan ke ofensif tanpa kehilangan celah yang diciptakan oleh pertahanan yang sempurna.

Jin Geum Ryong tanpa disadari semakin mundur, terkejut oleh pedang cepat Baek Chun yang bergegas menuju lehernya.

“Orang ini!” –seru Jin Geum Ryong

“Diam!” –seru Baek Chun

Baek Chun berayun dengan liar.

Ada orang-orang di luar sana yang percaya padanya.

Ada orang bodoh yang percaya bahwa dia akan menang kali ini bahkan jika dia kalah lagi dan lagi.

‘Tapi aku…!’ –batin Baek Chun

“Aku tidak bisa kalah darimu!” –seru Baek Chun

Pedang Baek Chun bersinar di bawah matahari yang menyilaukan. Cahaya itu kemudian tersebar di seluruh tubuh Jin Geum Ryong.

Chung Myung melihatnya dan berbicara dengan suara rendah yang tidak seperti biasanya.

“Perhatikan baik-baik.” –ucap Chung Myung

“…….”

“Plum miliknya akan mekar sekarang.” –ucap Chung Myung

Apa yang telah dia tumpuk dan tumpuk.

Bunga kering yang telah bertahan dan bertahan lama.

Musim semi akhirnya dimulai.


** 20 Chapter terbaru KLIK TRAKTEER**


 
**JOIN GRUP TELEGRAM**
https://t.me/Tetuasektegununghua

Comment

Options

not work with dark mode
Reset