Aku Masih Menjadi Tembok Penghalang-mu (Bagian 5)
Jin Cho-baek mengepalkan tinjunya dengan erat.
Semua orang di tempat ini pasti takut saat melihatnya, tetapi tidak ada yang ingin melewatkan pertandingan ini hanya karena itu.
Kenapa dia begitu?
Seorang saudara yang benar-benar ingin membuat adiknya terlempar dari ranah bela diri meskipun dia telah menjadi satu dengan Gunung Hua. Sebagai bintang baru Sekte Ujung Selatan yang ingin menggulingkan adiknya yang juga merupakan bintang baru dari Sekte Gunung Hua begitu pula sebaliknya.
Jin Cho-baek tidak punya pilihan selain menatap pemandangan itu dengan getir.
Kwang!
Mereka bangkit kembali lebih cepat dari kecepatan yang sebelumnya. Pedangnya saling berhadapan, bergegas untuk menghajar satu sama lain.
Jin Cho-baek menggigit bibir bawahnya saat kedua bersaudara itu membuka jarak dan saling menatap. Meskipun keterampilan sebenarnya mungkin belum keluar, tidak ada perbedaan yang signifikan antara keduanya dari luar.
‘Kapan anak itu menjadi setara dengan saudaranya?’ –batin Jin Cho-baek
Dia tahu Baek Chun semakin kuat. Bagaimana mungkin dia tidak tahu kapan dia bisa tampil baik dalam kompetisi ini?
Tapi, tidak peduli seberapa kuat Baek Chun. Dia pikir itu tidak akan bisa setara dengan saudaranya yang lebih tua.
Beberapa tahun yang lalu, dia sama sekali bukan tandingan Jin Geum Ryong, jadi wajar untuk berpikir begitu.
Sejak kecil, Baek Chun tidak pernah mengalahkan Jin Geum Ryong. Bahkan mengingat usianya, dia bahkan tidak bisa menunjukkan setengah dari bakat yang ditunjukkan Jin Geum-ryong seusianya.
Tapi.
‘Apa yang dia alami dan apa yang dia dapatkan dari Gunung Hua?’ –batin Jin Cho-baek
Saat ini, di depannya, Baek Chun membentangkan pedangnya ke arah Jin Geum Ryong.
Sangat indah dan mempesona.
Jin Cho-baek menggigit bibir bawahnya dengan keras sekali lagi.
‘Ini salahku.’ –batin Jin cho-baek
Bakat bukanlah suatu ukuran yang bisa digunakan untuk orang lain. Beberapa bakat bersinar cemerlang sejak awal mereka hidup, tetapi yang lain bisa mekar dalam jangka waktu yang lama, seperti bunga yang bertahan di musim dingin yang panjang.
Orang tua dan guru adalah orang-orang yang perlu mengenali dan memelihara bakat itu terlebih dahulu.
‘Aku bukanlah orang tua yang baik.’-batin Jin Cho-baek
Dia jelas tidak berpikir kalau hal itu mungkin.
Dia pikir Baek Chun tidak bisa mengejar saudaranya. Itu sebabnya dia tidak menyangkanya sekarang dan itu menusuk ekspetasinya.
Tapi.
Tatapannya melampaui panggung kearah murid-murid Gunung Hua yang bersorak untuk Baek Chun.
‘Gunung Hua pasti berhasil membesarkan anak itu.’ –ucap Jin Cho-baek
Mereka melakukan apa yang tidak bisa dia lakukan.
Jin Cho-baek menutup matanya dengan erat.
Dia sekarang di sini sebagai Tetua dari Sekte Ujung Selatan. Jika dia memikirkan tugasnya, tentu saja, dia harus mendukung Jin Geum Ryong, bukan Baek Chun.
Namun, sebagai ayah dari Baek Chun, bukan Tetua dari Sekte Ujung Selatan, dia tidak punya pilihan selain kehilangan pandangannya kepada salah satu putranya yang paling terkenal.
‘Tunjukkan padaku.’ –batin Jin Cho baek
‘Apa yang kau dapatkan.’ –batin Jin Cho baek
‘Apa yang sudah kulewatkan selama ini.’ –batin Jin Cho baek
“Sahyung. Sasuk akan menang, kan?” –tanya Jo -Gol
“…….”
Saat ditanya oleh Jo-Gol, Yoon Jong tidak bisa dengan mudah menjawab.
Tentu saja, kepercayaannya pada Baek Chun sangatlah kuat.
‘Sasuk berbeda dari kita” –balas Yoon Jong
Sebelum Chung Myung muncul, Baek Chun sudah lebih unggul dari siapapun di Gunung Hua.
Kelembutan, ketenangan, dan bahkan keterampilan.
Semua murid menganguminya. Baek Chun begitu luar biasa sehingga bahkan murid kelas dua yang sama benar-benar menyerah untuk bersaing dengannya.
Dia memiliki bakat seperti itu dan kegigihan untuk bekerja keras. Baek Chun-lah yang menyarankan pelatihan tertutup dan mendorong dirinya hingga batasnya untuk mengalahkan Jin Geum Ryong. Dari Sekte Ujung Selatan
Jadi bagaimana mungkin mereka tidak mempercayainya?
Dia memiliki bakat seperti itu dan kegigihan untuk bekerja keras. Baek Chun-lah yang menyarankan pelatihan tertutup dan mendorong dirinya hingga batasnya untuk mengalahkan Sekt e Ujung Selatan terutama Jin Geum Ryong.
Jadi bagaimana mungkin mereka tidak mempercayainya?
Tapi…….
Lawannya adalah Jin Geum Ryong.
Meskipun harapan mereka pudat setelah dia dikalahkan oleh Jin Geum Ryong, ketenangan, dan bahkan keterampilan miliknya tidak pernah berhenti berkembang.
Tentu saja, sejak Chung Myung datang, Gunung Hua menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Tapi…….
Apakah kita benar-benar mengatasi kesenjangan diantara sekte itu?’
Itulah yang harus dibuktikan oleh Baek Chun ketika Melawan Jin Geum Ryong.
“Sahyung …….” –ucap Jo Gol
“Percayalah padanya.” –ucap Yoon Jong
Yoon Jong berkata dengan tegas tanpa mengalihkan pandangannya dari panggung.
“Percayalah pada Sasuk. Percayalah pada pelatihan yang telah kita lakukan sejauh ini. Kita sudah menjadi cukup kuat.” –imbuh Yoon Jong
“Tapi …….” –ucap Jo Gol
Jo-Gol menutup mulutnya di tengah ucapannya.
‘Jin Geum Ryong juga tidak bermain serius, kan?’ –batin Jo-Gol
Jika dia harus memilih untuk satu orang jenius sejati,, itu adalah Jin Geum Ryong daripada Baek Chun.
‘Jin Geum Ryong telah berlatih sampai pada titik di mana dia terlihat sangat berbeda dari dirinya sendiri di masa lalu.’ -batin Jo-Gol
Siapa pun bisa menebak dari momentum yang Jin Geum Ryong keluarkan. Betapa dia mendorong dirinya sendiri untuk benar-benar berkembang.
Bisakah Baek Chun benar-benar mengalahkan Jin Geum Ryong? Mungkinkah dia menutup kesenjangan antar sekte itu?
“Sahyung akan menang.” –ucap Yoo Iseol
Jo-Gol menggelengkan kepalanya pada suara yang menyela di belakangnya.
Yoo Iseol sedang melihat ke panggung dengan wajah kaku yang dingin.
“Karena dia sudah bekerja cukup keras untuk saat ini.” –ucap Yoo Iseol
Tidak seperti suaranya yang seperti biasa saja namun tinju Yoo Iseol terkepal di bawah lengan bajunya. Dia juga gugup.
Jo-Gol menatap Baek Chun, menggigit bibirnya sedikit.
‘Sasuk!’ –batin Jo-Gol
‘Menang.’ –batin Jo-Gol
‘Pasti kau akan menang!’ –batin Jo-Gol
Kedua pedang itu saling membidik dan terbang ke arah masing-masih musuh mereka.
Chaeng!
Dengan suara logam tajam pendek, pedang itu bergesek dan bertabrakan lagi.
Baek Chun mengatupkan giginya, merasakan kekuatan yang ditransmisikan melalui pedangnya.
‘Kekuatan dalam macam apa ini!’ –batin Baek Chun
Dia pikir dia sudah melampaui Jin Geum Ryong.
Tidak peduli seberapa banyak dia menerima dukungan dari Sekte Ujung Selatan, dia berpikir bahwa Jin Geum Ryong tidak dapat memiliki kekuatan dalam yang lebih kuat daripada dirinya sendiri yang telah meminum Pil Chaos Origin dan Jasodan.
Tapi kekuatan dalam Jin Geum Ryong tidak pernah kalah dengan kekuatan Baek Chun.
Dia bisa menyadari betapa kerasnya Sekte Ujung Selatan bekerja demi mengembangkan Jin Geum Ryong.
Kwang!
Gaya dorong yang mereka keluarkan membuat tabrakan antar pedang memiliki suara yang menggelegar. Pada saat yang sama, ada ledakan kecil chi (kekuatan dalam) di antara keduanya.
“Keuk!”
Baek Chun yang tersapu ke belakang, membuka matanya saat melihat Jin Geum Ryong berlari ke arahnya.
Pedang Jin Geum Ryong jatuh ke arah kepalanya seperti seberkas cahaya. Baek Chun mengatupkan giginya dan mengangkat pedangnya untuk menangkisnya.
Kwaang!
Syok seolah-olah sebuah batu besar telah jatuh di atas kepalanya menyapu seluruh tubuh Baek Chun. Kaki Jin Geum Ryong menendang dadanya tanpa memberinya kesempatan untuk menatapnya.
Kwaang!
Tubuh Baek Chun didorong keluar dari arena. Baek Chun, yang menekuk lututnya dan nyaris tidak bisa berdiri lagi, memelototi Jin Geum Ryong.
Jin Geum Ryong menatapnya dengan mata yang dingin.
‘Dia selalu seperti itu.’ –batin Baek Chun
Mereka memang selalu bertukar kontak mata dengan tatapan seperti itu.
Dan juga bertarung berkali-kali.
Tapi hasilnya selalu sama.
Baek Chun, Tidak bisa sadar setelah jatuh, dan Jin Geum Ryong memandang rendah Baek Chun.
Satu hal yang berubah adalah Jin Geum Ryong, yang dulu menunjukkan kepedulian dengan ekspresi wajah, sekarang hanya menatap dengan mata dingin.
“Tentu saja … kau memang cocok untuk Gunung Hua.” –ucap Jin Geum Ryong
“… Apa yang kau bicarakan?” –ucap Baek Chun
Jin Geum Ryong memandang Baek Chun dan berkata tanpa merubah raut wajahnya sedikitpun.
“Kau tadi pasti sudah pingsan. Dengan wajahmu yang hanya terisi oleh amarah saja.” –ucap Jin Geum Ryong
“…….”
“Aku akui kesenjangan antara sekte kita sudah mulai menyempit. Namun, tidak peduli seberapa dekat jaraknya, hasilnya selalu sama kecuali kau benar-benar mampu melampauiku.” –ucap Jin Geum Ryong
– Aku masih menjadi tembokmu. (ingatan Baek Chun)
Itulah yang dia katakan.
Baek Chun perlahan bangkit berdiri. Kemudian dia mengguncang pedangnya dengan ringan dan membuka mulutnya.
“Dinding.” –ucap Baek Chun
Sudut mulutnya merayap ke atas.
“Kau tidak tahu, dindingnya ada di sana juga.” –ucap Baek Chun
“Apa?” –ucap Jin Geum Ryong
“Sudah kubilang.” –ucap Baek Chun
Baek Chun bergumam dengan tenang.
“Selama kau mencoba menjadi tembokku, kau akan tersusul olehku. Tembok itu tetap ada tapi tetap bergerak maju.” –ucap Baek Chun
Dia mengangkat pedangnya dan mengarahkannya langsung ke Jin Geum Ryong.
“Tidak peduli seberapa tinggi tembok itu, jika kau tetap memanjat dan memanjat, pada akhirnya akan dapat melampaui tembok itu. Aku sudah cukup belajar dari seorang pria sialan.” –ucap Baek Chun
Jadi
“Aku akan mengalahkanmu hari ini.” –ucap Baek Chun
“Omong kosong yang bagus.” –ucap Jin Geum Ryong
Jin Geum Ryong menatap Baek Chun dengan mata dingin.
Jika itu dia di masa lalu, dia hanya akan menertawakan ucapan Baek Chun sekarang. Baginya, Baek Chun tidak lebih dari mainan yang cocok yang tidak bisa mengejarnya tidak peduli seberapa keras dia mencoba.
Tapi sekarang?
Jin Geum Ryong melirik ke bawah dan melihat tangannya yang memegang pedang.
Telapak tangannya secara halus gemetar. Padahal tidak mungkin itu terjadi pada dirinya.
‘Kenapa aku jadi gugup…’ –batin Jin Geum Ryong
Melawan Baek Chun.
Jin Geum Ryong tidak mengabaikan fakta itu. Dia tidak diajarkan untuk memaksakan suatu hal atau menjadi arogan.
Dia hanya mengakuinya
Baek Chun menjadi lebih kuat dari sebelumnya, dan perbedaan mereka menyempit secara signifikan.
Tapi satu hal yang pasti.
“Bahkan jika apa yang kau katakan itu benar, maka …….” –ucap Jin Geum Ryong
Tatapan dingin Jin Geum Ryong beralih ke Baek Chun. Raut wajah Baek Chun benar-benar memiliki tatapan sangat dingin, tetapi di balik ekspresi itu, ada rasa percaya diri yang kuat.
“Itu tidak akan terjadi hari ini. Kau tidak bisa mengalahkanku sekarang.” –ucap Jin Geum Ryong
Segera dia menyerang dengan kekuatan penuh lagi.
“Dan aku akan membuktikan bahwa hari itu tidak akan pernah datang!” –seru Jin Geum Ryong
Jin geum ryong bergegas menuju baek chun tanpa berbicara lagi.
Paaang!
Pedangnya menembus udara dengan tajam. Pedang yang terbang terbelah dalam sekejap, lalu dia menciptakan lusinan Pedang Bayangan
Momentum pedang yang jelas begitu kuat sehingga tampaknya merobek apapun bahkan jiwa sekalipun.
Tapi Baek Chun mengatupkan giginya dan menatap lurus ke arah pedang Jin Geum Ryong yang terbang ke arahnya.
‘Jangan menghindar!’ –batin Baek Chun
Tidak peduli seberapa cepat, tidak peduli seberapa kuatnya.
Dia telah melalui hal yang lebih buruk dari ini sampai-sampai menjadi biasa saja. Jadi tidak ada alasan untuk takut.
‘Aku bisa melihatnya.’ –batin Baek Chun
Baek Chun mengangkat sudut bibirnya tanpa sadar.
Tubuhnya bergerak bahkan sebelum kepalanya bisa berpikir. Pedang Plum yang dia gunakan secara akurat memotong lajur pedang Jin Geum Ryong.
Kakakakang!
Pedang yang penuh dengan energi saling bertabrakan, menciptakan suara yang menembus gendang telinga siapapun yang mendengarnya. Baek Chun, yang memantulkan pedang Jin Geum Ryong, mencengkeram pedangnya lebih erat lagi.
‘Aku bisa melihat lajur pedang Jin Geum Ryong sekarang.’ –batin Baek Chun
Pedang yang belum pernah terlihat sebelumnya. Dia bingung bahkan dia tidak dapat memahami bagaimana dia kalah pada waktu itu.
Tetapi pada saat ini, Baek Chun dapat dengan jelas melihat pedang Jin Geum Ryong dan melawan.
Kegembiraan yang membuat rambutnya berdiri tegak membentang di sekujur tubuhnya.
Tapi dia tidak bisa puas hanya dengan menahan serangannya.
Dia mengambil langkah maju dan bergegas untuk menusuk leher Jin Geum Ryong.
Dan dia melihat dengan jelas.
Kebingungan di wajah Jin Geum Ryong terbukti untuk pertama kalinya sejak dia berada di atas panggung.
Kaang!
Pedang Baek Chun, yang bergegas masuk, memantul kembali tanpa daya.
Tapi itu tidak berarti tidak ada yang tercapai.
‘Berhasil!’ –batin Baek Chun
Pedangnya!
Apa yang telah dia capai!
Ini pasti mencapai Jin Geum Ryong.
‘Aku sudahberkembang.’ –batin Baek Chun
Mungkin terdengar terlalu optimis.
Dia telah menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Dan dia berhasil mengalahkan murid-murid dari setkte bergengsi lainnya juga.
Semua orang tidak bisa menutup mata atas perkembangan Baek Chun.
Tapi anehnya, mereka sulit untuk menyadari fakta itu. Dia berpura-pura percaya diri di depan Saje, tetapi sementara itu, Baek Chun menderita kegugupan yang tidak bisa ia ungkapkan kepada siapapun. Bahkan hingga saat ini.
Dan sekarang dia bisa melihat alasan kecemasan itu.
Pada akhirnya, dia tidak bisa benar-benar berkembang kecuali dia bisa mengalahkan Jin Geum Ryong.
Faktanya, Jin Geum Ryong masih menjadi tembok besar bagi Baek Chun.
‘Kau tidak dapat bergerak maju kecuali kau melompatinya.’ –batin Baek Chun
Apakah itu ambisi murni? Atau apakah itu kedengkian? Apa itu iri hati?
Untuk maju lebih jauh sebagai pendekar pedang, dia harus melompatinya. Jin Geum Ryong, Sekte Ujung Selatan, dan masa lalunya!
“Taaat!”
Baek Chun tidak melewatkan kemenangan dan kesempatan yang sedang dia buat sekarang dan mengayunkan pedangnya satu demi satu ke arah Jin Geum Ryong.
‘Akan kutunjukkan padamu.’ –batin Baek Chun
Apa yang dicapai Baek Chun ini.
Setelah waktu yang panjang seperti musim dingin, dia bertahan dan bertahan, dan pada akhrinya mekar!
Pedang Baek Chun menyerang Jin Geum Ryong dengan kuat. Mendorong lawannya menjauh dengan serangan yang kuat.
Pada saat yang sama, plum merah mekar di ujung pedangnya.
Mekar.
Plum-nya mekar.
Bunga plum, yang mekar satu per satu, mulai meledak dalam sekejap.
Tapi.
Pada saat itu juga
Saat dia mengira Jin Geum Ryong bergerak lambat di sepanjang tangisan dinginnya, dia tiba-tiba mempersempit jarak dengan baek chun dalam sekejap.
Kemudian, dengan pedang cepat itu dia menyerang dengan kecepatan yang luar biasa cepat, dia menebas pedang Baek Chun yang mekar itu.
Kaang!
Dengan suara yang tajam, pedang Baek Chun didorong ke belakang. Pada saat yang sama, bunga plum yang meledak menghilang seperti ilusi.
“Dasar kau idiot.” –ucap Jin Geum Ryong
Pedang Jin Geum Ryong meniup energi pedang dengan sinisme dingin. Pedang biru, hampir sedingin matanya, terbang menuju pergelangan tangan Baek Chun.
Crunch!
Seiring dengan suara sayatan itu, darah merah mulai mengalir.