Pengenalan Karakter
“Hyun Jong” (Ketua Sekte)
“Murid Gunung Hua”
“Baek Sang” (Asisten Baek Chun)
“Hyun Sang”
“Un Gum”
Seperti Menggali Kuburanku Sendiri. (Bagian 4)
Baek Chun menatap sedih ke arah Chung Myung yang mulai menjauh dari gerbang Gunung Hua.
Yoo Iseol, Jo-Gol, dan Yoon Jong juga melihat ke arah gerbang dengan sangat kesal.
“Orang gila mana yang merampok rumahnya sendiri.”
Mereka sangat kesal
‘Kita harus tetap diam!’
Jika mereka mengatakannya kepada tetua sekte, yang ada situasinya akan semakin buruk.
Mereka tidak punya pilihan selain berpura pura bodoh dan buta.
Secara tiba tiba Chung Myung dengan wajah tanpa dosa sudah berganti pakaian dan muncul ditengah tengah keadaan.
“Chung Myung!” -Panggil murid sekte gunung hua
Murid lain, melihat Chung Myung segera mendekat
“Kita dalam masalah! Seorang pencuri baru saja menyusup ke Gunung Hua! dia mencuri tungku obat kita!”
“A-apa,, B-bagaimana hal itu bisa terjadi?” -Jawab Chung Myung
Chung Myung membuka matanya lebar-lebar.
”Janganlah bercanda! kalian benar benar memalukan” -Ucap Chung Myung
“Dia sangat kuat! bahkan Yoon jong dapat dikalahkan dalam satu pukulan.”
“Ck ck ck. Itulah sebabnya aku selalu mengingatkan dia agar tidak malas dalam pelatihan.”
‘Bajingan sialan itu…’ -Batin Yoon Jong
Wajah Yoon Jong memerah.
Bagaimanapun seseorang pasti memiliki hati nurani, apakah bajingan ini sudah menjual hati nuraninya ?
“Para tetua masih mencari pencuri itu … tapi mungkin akan sulit untuk menangkapnya.” -ucap seorang murid
“Yah, mau bagaimana lagi, jika saja aku ada disini pasti maling itu sudah aku tangkap.” -Ucap Chung Myung
‘Tentu saja kau akan menangkapnya, malingnya kan kau sendiri bajingan!’ -batin yoon jong
Chung Myung mengangkat bahu dan menggelengkan bahunya dengan lembut.
“Yah, tidak ada yang bisa kita lakukan tentang hal ini, yang sudah hilang biarlah hilang.” -ucap Chung Myung
Saat itulah.
“Chung Myung! Pemimpin Sekte memintamu untuk menemuinya segera setelah kamu kembali.”
“Baiklah.”
Chung Myung menyeringai dan berjalan ke kediaman Pemimpin Sekte. Baek Chun-CS mengikutinya dari belakang dan memutar mata mereka.
“Di mana hati nuranimu?” -Ucap Yoon Jong
“Apa?”
Chung Myung menanggapi kata-kata Yoon Jong dengan ekspresi ketidaktahuan.
‘Oh, bajingan ini!’
‘Jika aku ingin sekali menusuknya dengan bambu, Aku akan membunuhmu dan pergi ke neraka!’ -batin yoon jong
“Keuuh.”
Yoon Jong menghela nafas sambil mengerang.
Di sebelahnya, Baek Chun menggertakkan giginya dan mengancam.
“Ketua sekte pasti akan memberimu ganjaran.” -Ucap Baek Chun
“Apa sih yang kau bicarakan sahyung . kenapa kau sangat kejam kepada orang yang baru saja pulih?” -Kata Chung Myung
“Pulih katamu ????” -Balas baek chung
Wajahnya saja tidak pucat, bagaimana bisa kau menyebut dirimu cidera.
“Ngomong-ngomong, itu hal ini tidak ada hubungannya denganku, jadi jangan terus membullyku. Jika kau terus membully ku seperti ini, aku akan adukan ke para tetua.”
“…….”
Siapa yang membully siapa?
“Ugh, ugh!”
“Sahyung!”
“tenangkan dirimu sendiri!” -Ucap Yoon Jong
Seketika Baek Chun yang tidak bisa menahan emosinya mencengkeram leher Chung Myung, Jo-Gol dan Yoon Jong dengan sigap menghentikannya.
Chung Myung hanya terkikik dan bergegas menuju ke tempat Pemimpin Sekte.
“…… Kemana kau akan membawa sekte ini?”
Gumam Baek Chun sambil melihat punggung Chung Myung.
****
“Baiklah! Apakah kau sudah merasa sehat?” -tanya tetua sekte
“Ya saat ini aku sudah lebih sehat” -Jawab Chung Myung
“Syukurlah. Aku sangat khawatir karena kejadian buruk tadi malam. Aku sangat kawatir jika pencuri itu mengincarmu semalam.” -kata tetua sekte
“Hehe. bahkan jika pencuri itu benar mengincarku, dia akan langsung aku libas dalam sekali gerakan.” -balas chung myung
“hahaha tentu saja” -jawab tetua
Tetua sekte menatap Chung Myung dengan mata percaya.
“Aku benar benar malu pada diriku sendiri. Aku tidak percaya bahwa tungku besi abadi yang kau dapatkan dengan susah payah sampai dicuri. Itu semua karena kelalaianku.” -kata tetua sekte
“Tetua!.. apa yang kau katakan? aku benar benar bersyukur bahwa kau baik baik saja, yang sudah hilang biarlah hilang aku bisa mendapatkan tungku itu lagi dimasa depan, bagaimana bisa nyawa seseorang lebih penting dari sebuah tungku?”
“Ughhh.”
“Aku benar benar bangga kepadamu” -ujar tetua sekte
“Hehe. Jangan melebih-lebihkan. hal ini wajar karena aku adalah murid Gunung Hua.”
“Seperti yang diharapkan dari Bayi Manisku.. muehehehehe.” -Jawab tetua keuangan
Tetua keuangan menatap Chung Myung dengan wajah senang.
Dibalik kesenangan para tetua, terdapat beberapa orang yang sedang menahan amarahnya.
Kesall.
Terlihat tubuh Baek Chun gemetar menahan amarah, saat itu Yoon Jong dengan cepat menenangkannya.
‘Sahyung. Aku tahu bagaimana perasaanmu, tetapi jangan lakukan itu di sini.’
“Baiklah.”
Baek Chun menghela nafas dalam-dalam.
‘Seharusnya aku tidak usah kesini! buat apa aku susah susah kesini hanya untuk melihat si brengsek itu dipuji oleh para tetua?’ -batin baek chun
“Tapi Pemimpin Sekte. Ini bukan sesuatu yang dapat diabaikan.” -Kata Hyun Sang
“Hm?”
Hyun Sang berkata dengan wajah kaku.
“Pertama-tama, ada seseorang yang mungkin mengetahui bahwa ada tungku besi yang terbuat dari Logam Abadi di Gunung Hua.”
“Ughhh.”
Tetua keuangan mengerutkan kening.
“Apakah berarti informasi yang ada di Gunung Hua bocor?”
“Itu masih belum pasti. Mungkin saja dia baru sampai ke sini untuk memata-matai kita dan secara tidak sengaja menemukan tungku itu. Tapi tidak mengubah fakta bahwa ada seseorang yang datang ke Gunung Hua untuk memata-matai kita.”
“Umm.”
Tetua keuangan mengangguk seolah dia setuju.
“Itu berarti orang-orang diluar sana mulai mewaspadai kita.”
“Benar, kemungkinan seperti itu.”
“Faktanya, murid murid kita (Chung Myung CS) telah menyelesaikan misinya dengan baik. Gunung Hua saat ini bersahabat dengan Keluarga Tang di Sichuan dan mulai berdagang dengan Klan Beast di Yunnan. Jika mereka pintar mereka akan sadar jika Gunung Hua perlahan telah berubah.”
“Bahkan kejadian pada saat turnamen dengan sekte ujung selatan masih dibicarakan sampai saat ini …….”
“Itu benar.”
Tetua Sekte mengangguk dengan berat.
“Pertama-tama, ktia harus membuat murid murid kita siap atas apapun yang terjadi, walau nantinya akan membuat mereka menjadi tidak nyaman.” -Kata tetua sekte
“Itu ide yang bagus. Pemimpin Sekte.”
Chung Myung tersenyum senang saat dia mendengarkan percakapan para Tetua.
‘Apa yang kau katakan?’
‘kita bahkan belum berada di level itu, teman-teman.’
‘Kenapa kau sangat memaksakan dirimu, hihhihi?’
‘astaga ini lucu sekali.’
Chung Myun merasa untuk memberi tahu mereka kenyataan yang terjadi saat ini, tetapi dia memutuskan untuk tidak mengatakannya karena apa yang mereka katakan itu sangat lucu.
Bukan hal yang buruk untuk menjadi waspada sekarang. Bahkan jika tidak sekarang, Gunung Hua akan segera menjadi subjek kewaspadaan sekte lain.
“Itulah mengapa hal ini semakin penting.”
Hyun Sang menoleh dan menatap Chung Myung.
“Chung Myung. Apakah Kamu merasa bahwa tubuhmu sudah sembuh?”
“Iya.”
“Kalau begitu, bisakah kau memotong Besi Abadi?”
“Ya, tentu saja.”
“Umm.”
Wajah Hyun Sang menunjukkan rasa bangga yang tidak bisa disembunyikan.
‘aku tahu bahwa Chung Myung kuat.’
Pertama-tama, Tetua sekte telah lama menyerah untuk memahami bakat Chung Myung.
Chung Myung dengan mudah mengalahkan Jin Geum Ryong, bintang baru terbaik di Sekte Ujung Selatan, setengah tahun setelah memasuki Gunung Hua.
Dan setahun setelah dia memasuki sekte, dia diberitahu oleh Un Gum, kepala Asrama Plum Putih.
Lebih dari dua tahun kemudian, dia bertarung dengan salah satu dari tetua Wudang, dan kemudian dia bertarung dengan pemimpin keluarga Tang, dan bahkan mengalahkan Tang Wei, Tetua Keluarga Tang.
Apakah ada orang di antara Tetua Gunung Hua yang yakin bahwa mereka dapat memenangkan pertarungan melawan Tang Wei?
Dengan kata lain, itu berarti penguasa terbaik Gunung Hua sekarang adalah Chung Myung, tidak peduli apa yang dikatakan siapa pun.
“Seni bela dirimu sangat menakutkan.”
“Ini berkat ajaran Gunung Hua.” -Jawab Chung Myung
“Haha. Kamu juga rendah hati.” – Satu tetua
Chung Myung menyeringai.
‘Aku tidak berbohong kok…’
Alasan Chung Myung kuat adalah karena dia mempelajarinya dari Gunung Hua. Tentu saja bukan Gunung Hua saat ini.
“Pemimpin Sekte, bukankah kita harus pergi sekarang?” -Kata Hyun Sang
“Kurasa begitu.”
Tetua sekte sedikit ragu-ragu.
Hal ini ternyata sangat membuatnya resah karena dirinya tidak bisa membuka gudang itu sampai sekarang.
berapa kali dia menangis di depan gudang itu setiap kali Gunung Hua jatuh ke dalam jurang?
Namun, dia tidak pernah berniat mengundang seorang master yang bisa memotong pintu gudang. Jika ternyata tamu itu menjadi serakah dengan barang-barang di dalamnya, maka Gunung Hua tidak memiliki kekuatan untuk menghentikannya..
Bagaikan sebuah Kue di dalam gambar. (Sesuatu yang kau inginkan, tetapi tidak dapat kau miliki.)
Harta karun yang hanya bisa dilihat dalam mimpi adalah gudang Gunung Hua.
Namun, ketika dia akhirnya bisa membuka gudang itu, dia lebih takut daripada senang. Itu karena dia kawatir jikda didalamnya tidak ada hal yang mereka cari.
Tapi Hyun Sang tidak memperhitungkan perasaan Tetua sekte.
“Baiklah. bisakah kamu melakukannya sekarang?” -Tanya tetua sekte
“Tentu saja.” -Jawab Chung Myung
“Ya, ayo kita lakukan itu. Pemimpin Sekte!”
Tetua sekte berdiri dari tempat duduknya. Dia berjalan ke satu sisi ruangan dan menarik sebuah gulungan yang tergantung di dinding, lalu dia mendorong sedikit dindingnya.
Keururuk. #suara batu tergeser
Dengan suara gesekan, bagian yang disentuh Hyun Jong didorong ke dalam.
“Aku-Apakah boleh menunjukkan rahasia ini kepada kita semua itu?”
“apapun yang ada di dalamnya, kita akan membawa semuanya. aku tidak ingin menyembunyikan rahasia lagi dari kalian semua.”
“Pemimpin Sekte …….” -Jawab para tetua terharu
Tetua sekte segera menarik tuas tersembunyi.
Kemudian, dengan suara berderit, lantai bergerak ke samping, memperlihatkan pintu masuk yang cukup besar untuk seseorang untuk masuk.
“Ayo, ayo pergi.”
“Iya.”
Orang-orang di ruangan itu semua bangun serempak.
Tapi hanya kelompok Baek Chun yang ragu-ragu untuk mengikutinya.
“Ayo berangkat.”
“Pemimpin Sekte. Kami …….”
“Bukankah aku sudah mengatakannya? aku tidak ingin menyembunyikan rahasia dari siapa pun di Gunung Hua lagi. Ayo pergi.”
Baek Chun, yang mengerti pikiran Pemimpin Sekte, mengangguk pelan setelah banyak pertimbangan.
“Dimengerti, Pemimpin Sekte.”
Saat mereka turun melalui pintu masuk, ada lorong yang cukup luas, tidak seperti pintu masuk.
‘Itulah yang saya lihat terakhir kali.’
Chung Myung melirik ke atas. Sungguh menyakitkan melihat lubang sebesar kepalan tangan.
“Ini sangat gelap.”
“…… Awalnya ada beberapa Mutiara Bercahaya di sepanjang dinding lorong ini.” -kata tetua sekte
“lalu dimana mutiara itu?”
“Yahh.. saat itu kita sangat membutuhkan uang”
“…….”
Tetua keuangan terdiam.
‘Ah… … . Jadi mutiara bercahaya itu berasal dari sini. Seandainya aku tahu, aku akan menyimpannya sebagian?’ -batin tetua keuangan
“Itu dia.”
Setelah berjalan beberapa saat, sebuah pintu besi besar muncul di depan mereka.
“Ini kah tempatnya?”
“Ya, ini adalah gudang Pemimpin Sekte Gunung Hua, yang telah diturunkan dari generasi ke generasi.”
Tetua keuangan melihat kearah pintu gudang. Pintu dengan garis-garis berantakan yang digambar di atasnya memberikan perasaan aneh.
“Pintu ini, bagaimana cara kau membukanya?”
“Yah, kurasa, mungkin kau bisa membukanya dengan menguasai seni bela diri khusus yang hanya diteruskan ke Pemimpin Sekte Gunung Hua.”
Begitu kata itu berakhir, mata semua orang tertuju pada Chung Myung.
Lagipula mereka tidak bisa membuka pintu itu. Semuanya ada di tangan Chung Myung sekarang.
“Aku jadi malu jika kalian melihatku seperti itu.”
Chung Myung, mulai mengeluarkan pedangnya.
“Huuh.”
Chung Myung, yang menarik napas dalam-dalam, mengangkat pedangnya dan beranjak ke arah pintu.
‘Haruskah aku pura pura seperti sedang mengalami kesulitan?’
Dia dapat memotongnya sekaligus jika dia mau, tetapi jika dia melakukannya, mereka akan berharap terlalu banyak lagi, bukan? Kemudian dia harus memotongnya beberapa kali sambil berpura-pura kesulitan.
‘Hiyatttt!’
“Mundur.”
“Baiklah!”
“Silahkan!”
As the Elders rushed back, Chung Myung aimed at the door with subdued eyes.
‘Those lines might be useful later, so let’s leave them. I’ll cut around it.’
Chung Myung smiled and performed Geomgang.
“Oh!”
“Geomgang!” #Ki pedang
“Hebat!”
Tanpa menunda, Chung Myung menggerakan pedangnya yang ditutupi dengan Energi ke arah pintu gudang.
Pertama, potong secara vertikal!
Kkagang! #Suara besi terpental
“Hah?”
‘Kenapa suaranya seperti itu’
`Tidak seperti suara potongan.`
Chung Myung membuka matanya lebar-lebar dan melihat ke depan. Pedangnya tersangkut di pintu gudang.
“Hah?”
Mengapa tidak terpotong?
Saat dia mencabut pedangnya dengan mendengus, dia mendekat lebih dekat dan melihat ke celah-celah. Segera pupil matanya bergetar hebat.
“…… Tidak! Kenapa kau membuat pintunya begitu tebal?”
“kenapa apakah ada masalah?” – tanya tetua
“T-Tidak. Tidak ada …….tidak apa-apa.”
Wajah Chung Myung terdistorsi.
“Apakah gagal?”
Tetua sekte bertanya dengan wajah kawatir. Chung Myung tidak bisa berbuat apa-apa selain membuat suara sedih.
“Ugh……. Aku bisa melakukannya!”
“Ya, Chung Myung! berusahalah!”
Akhirnya, dia menghela nafas dalam-dalam dan meraih pedang itu lagi. Matanya berbinar.
“Oraaaaaaa!”
Kaang!
“Euaaaaaa!”
Kaaaang!
“Oh, ini sangat membuat frustrasi.”
Kang! Kang! Kang! Kang! Kaaang! Kaaaaang!
Chung Myung mulai mengayunkan pedang secara acak. Jika dia tidak bisa memotongnya sekaligus, dia bisa memotongnya puluhan dan ratusan kali. Tentu saja, tidak mudah untuk menggunakan pedang ratusan kali saat menggunakan Geomgang.
“Tidak ada yang berhasil! Sialan!
‘lihat saja nanti kau orang yang membuat pintu ini. Aku akan menangkapmu! Pasti! Apa? Aku tidak bisa masuk ke alam baka? Aku akan menyeretmu keluar dari neraka!’
Api berkobar di mata dan mulutnya dan dia mengayunkan pedang secara acak.
Hanya sedikit dari itu.
“Terkesiap…….”
Gedebuk.
Kkkiiing!
Begitu Chung Myung jatuh ke samping, pintunya dipotong menjadi kotak dan runtuh di sisi yang berlawanan.
Bam!
“aduh!”
“Pintunya terbuka!”
“Chung Myung, kamu melakukan pekerjaan dengan baik! Kamu telah bekerja sangat keras!”
Basah oleh keringat, Chung Myung bergumam sambil melihat ke langit-langit gua yang gelap. Napasnya bergema di lorong.
“Guh… beginilah caramu membalas dendam.”
‘Sahyung,.’ -Chung Myung teringat senior kesayangannya
Kekeke.
‘Oh, jangan tertawa!’
‘Jangan! ‘