Join channel kami untuk informasi ter-update: Channel Telegram Tetua Sekte
Project utama: Return of Mount Hua Sect Bahasa Indonesia
MANHWA CHAPTER 77 lanjut baca di novel Chapter 124, gas kan!

Return of The Mount Hua – Chapter 828

Return of The Mount Hua - Chapter 828

Translatator: Chen
Return of The Mount Hua – Chapter 828 Dimana yang lain ? (3)

Kesadaran itu tenggelam semakin dalam.

Ketika ia tenggelam tanpa henti ke bawah dan ke bawah, tubuh dan kesadaran menjadi terpisah satu sama lain dan menjadi semakin jauh.

‘Cheon Mun Sahyung…’ -ucap Chung Myung

* * * FLASHBACK * * *

Ttaaaaak !

“Aaaargh!” -ucap Chung Myung

Karena rasa sakit yang tiba-tiba, mata Chung Myung terbuka sambil memegangi kepalanya.

“Aduh! Bajingan siapa yang berani?!” -ucap Chung Myung

“Ini aku.” -ucap Cheon Mun

“…….”

Dia memutar matanya dan hendak melontarkan amarahnya, tetapi ketika dia melihat orang yang duduk di depannya, dia diam-diam menutup mulutnya.

“Chung Myung-ah.” -ucap Cheon Mun

“Ya?” -ucap Chung Myung

“Manusia butuh tidur dalam hidupnya. Bukannya Aku tidak mengerti itu.” -ucap Cheon Mun

“Ya, benar. Yah, itu bukan masalah besar.” -ucap Chung Myung

“Memang benar. Namun…” -ucap Cheon Mun

Orang yang duduk di depan.

Perasaan hampa yang tak terlukiskan menimpa wajah Pedang Bijaksana Agung Cheon Mun, Pemimpin Sekte Gunung Hua.

“Sepanjang hidupku, ini pertama kalinya dalam hidupku aku melihat seseorang tertidur saat di marahi, dasar brengsek bodoh!” -ucap Cheon Mun

“…Bagaimana bisa itu salahku! Itu karena Sahyung terus-terusan mengoceh sesuatu yang sudah jelas….” -ucap Chung Myung

“Apa, bajingan ini masih berani melawan?” -ucap Cheon Mun

Saat Cheon Mun menggertakkan giginya, para Saje, termasuk Chung Jin yang sedang menonton, berteriak kaget.

“Tenang, Jangmun Sahyung!” -ucap Chung Jin

“Jangan pukul dia!” -ucap Chung Jin

Chung Myung tersenyum senang pada pemandangan yang mengharukan.

Meskipun mereka berbicara blak-blakan, bajingan-bajingan itu tetap menaruh rasa hormat padanya…….

“Jika Anda memukul sahyung, dia akan menghajar kami nanti!” -ucap Chung Jin

“Jika Anda ingin menyelamatkan kami dari serangan, jangan pukul dia! kami akan mendapat serangan dua kali lipat!” -ucap murid lainnya

“Sebaiknya Anda usir dia dari Gunung Hua!” -ucap murid lainnya

“…….”

‘Apa-apaan kata kata terakhir itu. Aku tahu siapa yang bicara, Lihat nanti, Kau sudah selesai.’ -ucap Chung Myung

Cheon Mun menghela nafas dalam-dalam sambil memegangi bagian belakang lehernya,

“Apakah Kau seorang penganut Tao? Hah? Apakah Kau seorang penganut Tao?” -ucap Cheon Mun

“Penglihatan Sahyung kita pasti memburuk. Aku jelas-jelas berpakaian seperti itu.” -ucap Chung Myung

“Apakah Kau seorang penganut Tao hanya karena Kau memakai seragam, brengsek?!” -ucap Cheon Mun

Teriak Cheon Mun.

“Aku mengutusmu untuk menaklukkan sekte iblis yang menyiksa rakyat jelata!” -ucap Cheon Mun

“Aku memang menaklukkan mereka. Aku melakukan semua yang Anda minta, bahkan menghancurkan semuanya. Kalau begitu, daripada menjadi seperti ini, Kau seharusnya memujiku!” -ucap Chung Myung

“Benar. Bagus sekali, Saje-ku.” -ucap Cheon Mun

Cheon Mun bertanya dengan senyum hangat di wajahnya.
“Jadi, apa yang Kau terima dari orang-orang yang berterima kasih?” -ucap Cheon Mun

“Ya?” -ucap Chung Myung

“Sepertinya mereka memberimu sesuatu?” -ucap Cheon Mun

“Oh, itu?” -ucap Chung Myung

Chung Myung tertawa malu-malu, menggaruk bagian belakang kepalanya.

“Yah, aku hendak pergi, tapi mereka tetap berterima kasih padaku… mereka bilang jika tidak ada aku mereka sudah mati karena iblis itu hehehe.” -ucap Chung Myung

“Jadi?” -ucap Cheon Mun

“Jadi mereka ingin membalas budiku, dan kupikir tidak sopan menolak rasa terima kasih mereka yang tulus. Jadi, aku…” -ucap Chung Myung

Chung Myung melirik ke sekeliling dengan malu-malu.

“Mengambil sedikit kompensasi atas kerja kerasku… Aaaah!” -ucap Chung Myung

Chung Myung terjatuh di tempat, menghindari batu tinta yang terbang secepat kilat. Batu tinta yang lewat dan menyerempet kepalanya dan tertanam di dinding.

“Tidak, apakah Kau mencoba membunuhku?” -ucap Chung Myung

“Jika Kau bisa mati semudah itu, aku tidak perlu melalui semua masalah ini, brengsek sialan!” -ucap Cheon Mun

Cheon Mun kini mengambil meja teh di depannya dan melemparkannya.

Saat Chung Myung dengan cepat berguling ke samping dan menghindar, api berkobar di mata Cheon Mun.

“Mati? Mati? Ayo, Mari kita lihat siapa yang mati, Kau atau aku hari ini! Chung Jin! Ambil cambuknya!” -ucap Cheon Mun

“Ya!” -ucap Chung Jin

“Bocah!. Cobalah kalau Kau berani.” -ucap Chung Myung

“…Ya.” -ucap Chung Jin

“Kubilang bawakan aku cambuk!” -ucap Cheon Mun

“Ya!” -ucap Chung Jin

“Sebaiknya kau berpikir baik-baik. Pikirkanlah baik-baik.” -ucap Chung Myung

Chung Jin, yang terjebak di antara dua raksasa… Tidak, antara raksasa dan roh jahat, terkoyak tanpa bisa melakukan ini atau itu. Segera setelah itu, dia melihat ke arah Cheon Mun dan berkata,

“Itu… Jangmun Sahyung.” -ucap Chung Jin

“Apa?” -ucap Cheon Mun

“… Aku sudah berlutut terlalu lama hingga kakiku kram. Mungkin Kau harus menyuruh orang lain saja…” -ucap Chung Jin

Cheon Mun melotot tajam, tapi Chung Jin hanya membuang muka sambil menundukkan kepalanya.

‘Otoritas itu penting, tapi tinjunya sudah didepan wajah ku.’ -ucap Chung Jin

Jika betis Chung Myung terbakar, jelas dagu Chung Jin nantinya akan terbakar. Kalaupun dia dipukul, lebih baik dipukul oleh Cheon Mun. Orang itu memukuli seseorang tanpa ampun, sehingga situasinya akan menjadi lebih serius.

“Ugh…” -ucap Cheon Mun

Melihat para Saje menghindari pandangan mereka, suara rasa sakit keluar dari mulut Cheon Mun.

“Rakyat jelata itu sudah kelelahan karena teror bandit! Alih-alih memberikan uang dan tidak menerimanya kembali, Kau malah mengambil uang dan tidak mengembalikannya?” -ucap Cheon Mun

“Jadi, maksudmu Kau tidak akan menerima uang yang ditawarkan? Ei. Mengabaikan niat baik itu tidak sopan, kan? Hahaha.” -ucap Chung Myung

“Kkeuk.” -ucap Cheon Mun

Cheon Mun mencengkeram bagian belakang kepalanya yang terasa seperti disetrum.

“J-Jangmun Sahyung!” -ucap Chung Jin

“Bukannya hal seperti ini jarang terjadi, kenapa Kau jadi kesal?” -ucap Chung Myung

Chung Myung memutar matanya ke arah para Saje. Tidak dapat mengendalikan amarahnya, Cheon Mun mengulurkan tangan tetapi kemudian menyadari bahwa dia telah membuang mejanya beberapa saat yang lalu dan berteriak pada Chung Myung.

“Air! Bawakan Air dingin!” -ucap Cheon Mun

“Iya!” -ucap Chung Myung

Chung Myung dengan cepat menjawab dan menoleh.

“Apa yang sedang Kau lakukan? Lari, anak binatang!” -ucap Chung Myung

“Aku menyuruhmu brengsek! Kau… Ugh…” -ucap Cheon Mun

“Aigoo, tenanglah, baiklah baiklah.” -ucap Chung Myung

“Sekarang, sekarang. Bernafas dalam-dalam. Pelan pelan. Hahhh.” -ucap Cheon Mun

Ketika Cheon Mun mulai terjatuh ke belakang dengan suara tersedak, Chung Myung segera berlari keluar.

Dalam sekejap, dia membawakan kembali air dan menawarkan gelas kepada Cheon Mun, yang ragu-ragu sebelum mencoba meneguknya.

“… ….”

Melihat ke bawah dengan wajah kosong, dia bisa melihat uap mengepul dari cangkir.

“……Chung Myung-ah.” -ucap Cheon Mun

“Ya?” -ucap Chung Myung

“…Kenapa air panas?” -ucap Cheon Mun

“Uh…. Aku pikir Anda mungkin mengalami gangguan pencernaan karena minum air dingin secara terburu-buru. Aku melakukannya dengan baik, kan?” -ucap Chung Myung

“…….”

“…….”

Mata Cheon Mun penuh dengan kehampaan.

Dia tidak bisa membunuh makhluk ini.

‘Oh, Yuanshi Tianzun. Kenapa Kau melakukan ini padaku…?’ -ucap Cheon Mun

Dia tampak seperti hendak mengatakan sesuatu tetapi segera menyerah, menundukkan kepalanya karena kalah.

“Chung Myung-ah.” -ucap Cheon Mun

“Ya, Sahyung.” -ucap Chung Myung

“Mengapa Kau menerima uang itu?” -ucap Cheon Mun

“Tidak,… Mereka memberikannya kepadaku.” -ucap Chung Myung

“Jujur!” -ucap Cheon Mun

“Hng.”

Chung Myung menjulurkan mulutnya karena tidak setuju dan menggerutu.

“Sejujurnya aku tidak mengerti.” -ucap Chung Myung

“Apa?” -ucap Cheon Mun

“Sejujurnya, hal itu seharusnya dilakukan oleh para pejabat. Tapi malah kita yang meluangkan waktu berharga untuk pergi ke sana dan membantu.” -ucap Chung Myung

“Itu benar.” -ucap Cheon Mun

“Kalau begitu, bukankah kita harus mendapat hadiah?” -ucap Chung Myung

“…….”

“Akan menjadi masalah jika Kau selalu mengharapkan orang lain menyelesaikan masalah untukmu. Dalam hidup, ketika Kau memberi, Kau menerima balasannya. Tapi bukan berarti kita menerima sesuatu yang besar. Itu hanya beberapa koin.” -ucap Chung Myung

Sebuah desahan tanpa sadar keluar dari mulut Cheon Mun.

“Apakah itu masalah besar bagimu untuk menghajar beberapa bandit iblis?” -ucap Cheon Mun

“……Tidak terlalu.” -ucap Chung Myung

“Benar, itu akan berakhir hanya dengan satu gerakan, kan?” -ucap Cheon Mun

Cheon Mun, yang menatap ke arah Chung Myung, yang sepertinya tidak mengerti sama sekali, Cheon Mun bertanya sekali lagi

“Apakah Kau akan menyelamatkanku dan meminta hadiah meskipun aku berada dalam situasi di mana aku akan dikalahkan oleh bandit iblis?” -ucap Cheon Mun

“Ei. Bagaimana bisa Sahyung dibandingkan dengan mereka? Jangan khawatir. Jika Sahyung diserang oleh bandit Iblis itu, aku akan memotong mereka menjadi beberapa bagian. Tidak mungkin mereka bisa menyentuh Sahyung!” -ucap Chung Myung

Chung Myung membuat keputusan serius. Cheon Mun menghela nafas dan hanya menatapnya.

‘Apa yang harus aku lakukan….’

Tidak sulit untuk menegakkan tindakan Chung Myung. Dia mungkin menggerutu, tapi Chung Myung biasanya menurut.

Tapi itu bukan solusinya.

Ini adalah Sekte Tao. Ini adalah tempat di mana seseorang harus melakukan apa yang diinginkan hati mereka. Jadi apa yang Cheon Mun yang perlu lakukan bukanlah mengendalikan perilaku Chung Myung, tapi mengubah pikirannya.

‘Aku secara khusus mengirim dia untuk merasakan hati orang-orang yang tidak berdaya.’ -ucap Cheon Mun

Jika bakat besar itu disertai dengan jalan Ksatria, tidak akan ada lagi yang bisa diminta. Namun Surga tidak memberikan segalanya kepada satu orang.

“Chung Myung-ah.” -ucap Cheon Mun

“Ya?” -ucap Chung Myung

“Tahukah Anda mengapa Gunung Hua menekankan Jalan Ksatria? ” -ucap Cheon Mun

“Karena kita dari Fraksi Adil.” -ucap Chung Myung

“Lalu tahukah Kau kenapa Fraksi Adil menekankan Jalan Ksatria?” -ucap Cheon Mun

“…Aku tidak tahu. Karena kelihatannya bagus?” -ucap Chung Myung

Cheon Mun menggelengkan kepalanya.

“Itu karena kita adalah orang-orang yang membawa pedang.” -ucap Cheon Mun

“…….”

“Kita adalah orang-orang yang berusaha menjadi kuat melalui latihan. Tentu saja, pelatihan itu juga merupakan cara untuk mewujudkan Tao, tetapi esensi dari mereka yang mengembangkan kekuatannya tidak berubah.” -ucap Cheon Mun

“Ya, tentu saja.”

“Dan… ketika seseorang memegang pedang, mereka ingin mengayunkannya, dan ketika mereka memiliki kekuatan, mereka ingin menggunakannya. Artinya siapa pun yang memutuskan untuk mengikatkan pedang di pinggangnya pasti akan mencabutnya suatu hari nanti.” -ucap Cheon Mun

Chung Myung mengangguk pelan.

Apa yang dikatakan Cheon Mun memang benar. Hanya sedikit orang yang mengakhiri hidup mereka dengan mengulangi pelatihan dalam sekte mereka sepanjang hidup mereka. Satu dengan cara apa pun, akumulasi kekuatan pasti akan diungkapkan.

“Dan siapa yang menanggung beban terbesar dari kekuatan itu?” -ucap Cheon Mun

“…….”

“Kita juga manusia, Chung Myung-ah.” -ucap Cheon Mun

Mata Cheon Mun tenggelam dengan serius.

“Kekuasaan tanpa arah akan berubah menjadi penindasan dan kekerasan. Alasan dari Jalan Ksatria bukanlah karena rasa kasihan. Itu adalah untuk mengatur jalan yang dipilih agar benar. Kekuatan yang melupakan kebenaran pada akhirnya akan menghancurkan diri sendiri.” -ucap Cheon Mun

“Jadi… maksudmu…” -ucap Chung Myung

Chung Myung mengangkat bahu.

“Aku hanya perlu menghajar orang jahat.” -ucap Chung Myung

“…….”

“Baiklah baiklah. Tidak apa-apa jika mereka tidak membayar-ku. Itu hanya beberapa koin. Aku akan berhati-hati mulai sekarang.” -ucap Chung Myung

Cheon Mun menghela nafas dalam-dalam mendengar jawaban Chung Myung.

Benar saja, Chung Myung melakukan apa yang diperintahkan. Tapi itu bukan karena dia mengerti. Itu hanya karena Cheon Mun menginginkannya.

Bukan itu yang Cheon Mun inginkan. Jika Chung Myung hanya ingin hidup dengan pedang Gunung Hua, itu saja sudah cukup, namun apa yang sebenarnya diinginkan Cheong Mun adalah agar Chung Myung berdiri tegak sebagai seorang Tao.

Sekalipun itu sangat sulit.

“Chung Myung-ah.” -ucap Cheon Mun

“Apa?”

“Ya, Kau mungkin melupakan segalanya. Tapi ingatlah satu hal ini.” -ucap Cheon Mun

“Ya.”

“Kau tidak bisa melakukan semuanya sendirian.” -ucap Cheon Mun

“…….”

“Tidak peduli seberapa kuatnya Kau, tidak peduli seberapa besar ketinggian yang Kau capai, ada hal-hal yang tidak dapat Kau lakukan sendiri. Jika suatu hari Kau berada dalam situasi seperti itu, Kau mungkin juga ingin sekali meminta bantuan seseorang.” -ucap Cheon Mun

“Aku?” -ucap Chung Myung

Chung Myung memiringkan kepalanya seolah dia tidak mengerti.

Akan sulit bagi Chung Myung saat ini untuk memahaminya. Untuk sekarang.

Yang tak pernah kalah, tak pernah merasa putus asa karena kekurangan, tak mampu memahami hangatnya uluran tangan tanpa pamrih.

“Ketika saatnya tiba ketika Kau merasa tidak berdaya, Kau putus asa di hadapan sesuatu yang tidak dapat Kau lakukan, maka Kau akan mengerti. Kau akan memahami bagaimana perasaan rakyat jelata yang tadi kau bantu.” -ucap Cheon Mun

“…….”

“Bisakah Kau berjanji padaku bahwa Kau akan mengacungkan pedangmu dalam Jalan Ksatria ketika saatnya tiba?” -ucap Cheon Mun

“Hng.”

Chung Myung menggaruk kepalanya dengan ekspresi wajah yang masih tidak yakin.

“Sejujurnya, aku tidak tahu, Sahyung.” -ucap Chung Myung

“Aku tahu. Ini bukan konsep yang mudah bagi Anda.” -ucap Cheon Mun

“Tapi tetap saja……” -ucap Chung Myung

Segera setelah itu, dia mengangguk setuju.

“Benar. Jika aku merasa seperti itu… jika aku benar-benar mengalaminya, aku akan melakukan apa yang Sahyung katakan. Tapi Aku tidak bisa menjaminnya.” -ucap Chung Myung

“Tidak apa-apa. itu Cukup.” -ucap Cheon Mun

Cheon Mun tersenyum dan membalasnya dengan mengangguk.

“Sekarang pergilah dan kembalikan uang yang Kau terima.” -ucap Cheon Mun

“…Uh, tentang itu…” -ucap Chung Myung

“Aku tahu Kau menghabiskannya untuk minuman. Ambil uang yang Kau sembunyikan dan kembalikan setiap sennya..”-ucap Cheon Mun

“…….”

“Mana jawabanmu?” -ucap Cheon Mun

“Ya.”

Chung Myung cemberut, tapi Cheon Mun hanya tertawa.

“Bagus.” -ucap Cheon Mun

“Kalau begitu, aku berangkat.” -ucap Chung Myung

Chung Myung berbalik. Lalu Cheon Mun menambahkan dengan lembut ke punggungnya.

“Oh, dan…….” -ucap Cheon Mun

“Ya?” -ucap Chung Myung

“Kembalikan semua kekayaan yang Kau gelapkan dari para bandit kepada rakyat jelata.” -ucap Cheon Mun

“…….”

Tubuh Chung Myung langsung mengeras seperti patung batu.

Setelah beberapa saat, dia berbalik dengan ekspresi putus asa.

“Bagaimana, bagaimana kau tahu…….” -ucap Chung Myung

“Chung Jin-ah.” -ucap Cheon Mun

“…Ya.”

“Ikuti dia dan awasi dia untuk memastikan tidak ada satu sen pun yang dicuri. Chung Myung, jika Kau mencuri lagi kali ini, aku akan menggantungmu terbalik, jadi bersikaplah baik demi dirimu sendiri!” -ucap Cheon Mun

“…….”

“Jangan berpikir apakah lebih baik digantung atau menyimpan uang. Aku akan mengambil uangnya dan menggantungmu juga jika diperlukan.” -ucap Cheon Mun

“…Dasar jahat.” -ucap Chung Myung

“Tsk.”

Ketika Chung Myung yang cemberut meninggalkan ruangan terlebih dahulu dengan bahu merosot, Chung Jin menghela nafas dan bertanya dengan hati-hati.

“Jangmun Sahyung. Apakah Kau tidak berharap terlalu banyak dari Chung Myung Sahyung? Sahyung tidak seperti kita, kan?” -ucap Chung Jin

“Aku tahu. Itu tidak akan mudah. Tapi…” -ucap Cheon Mun

Cheon Mun diam-diam menatap pintu yang ditutup Chung Myung.

‘Tapi suatu hari…….’

Akan tiba saatnya Chung Myung memahami maksud di balik kata-katanya.

Karena bagaimanapun dia adalah Chung Myung.

Senyuman hangat tersungging di mulut Cheon Mun.


** 20 Chapter terbaru KLIK TRAKTEER**


 
**JOIN GRUP TELEGRAM**
https://t.me/Tetuasektegununghua

Comment

Options

not work with dark mode
Reset