Join channel kami untuk informasi ter-update: Channel Telegram Tetua Sekte
Project utama: Return of Mount Hua Sect Bahasa Indonesia
MANHWA CHAPTER 77 lanjut baca di novel Chapter 124, gas kan!

Return of The Mount Hua – Chapter 826

Return of The Mount Hua - Chapter 826

Translatator: Chen
Return of The Mount Hua – Chapter 826 Dimana yang lain ? (1)

Kereta putih dan Myriad Man House yang mengikutinya menjauh.

Tang Gun-ak, yang datang bersama Keluarga Tang, menghela nafas pelan saat melihatnya.

“…Sepertinya aku datang terlambat.” -ucap Tang Gun-ak

“Tidak juga.” -ucap Chung Myung

Chung Myung menggelengkan kepalanya.

“kau datang tepat waktu.” -ucap Chung Myung

“Tubuhmu ?….” -ucap Tang Gun-ak

“Yah, ini tidak seberapa.” -ucap Chung Myung

Kata ‘sampah’ sangat tepat dengan kondisinya saat ini, tapi Chung Myung tersenyum acuh tak acuh.

Kenyataannya, cedera ini bukanlah masalah besar baginya di masa lalu. Jika kalian ingat dia kehilangan anggota tubuhnya dimasa lalu.

“……Aku membawa beberapa orang yang ahli dalam pengobatan, jadi kau harus dirawat terlebih dahulu.” -ucap Tang Gun-ak

“Tidak, tidak apa-apa. Masih ada hal yang lebih penting…” -ucap Chung Myung

Saat Chung Myung mencoba berbalik, Tang Gun-ak dengan kuat menggenggam bahunya.

“…….”

Chung Myung kembali menatapnya dengan bingung dan Tang Gun-ak mengulangi dengan tegas.

“Rawatlah tubuhmu dulu.” -ucap Tang Gun-ak

“…….”

“Apa yang kalian lakukan?” -ucap Tang Gun-ak

“Y-ya, Gaju-nim!” -ucap murid keluarga tang

Seorang tetua Keluarga Tang dengan kain putih menutupi bahunya bergegas mendekat. Chung Myung mendecakkan bibirnya dengan ekspresi sedikit kesal.

“Aku akan merawatnya. Aku benar-benar akan melakukannya. Tapi tidak sekarang. Mari kita selesaikan masalah ini terlebih dahulu.” -ucap Chung Myung
“Apa ini mendesak?” -ucap Tang Gun-ak

“Daripada mendesak… Itu adalah sesuatu yang harus aku lakukan.” -ucap Chung Myung

Tang Gun-ak, yang menatap mata Chung Myung, ragu-ragu seolah dia tidak senang, tapi akhirnya mengangguk dengan enggan.

“Baiklah. Ingatlah satu hal. Tubuhmu bukan hanya milikmu. Itulah artinya memimpin orang lain.” -ucap Tang Gun-ak

“…….”

“Kenapa kau menatapku seperti itu?” -ucap Tang Gun-ak

“Tidak, hanya saja…” -ucap Chung Myung

Chung Myung menggaruk bagian belakang kepalanya.

“Tidak ada apa-apa.” -ucap Chung Myung

Itu adalah kata yang sering dia dengar.

– Dasar brengsek! Apakah kau pikir tubuhmu hanya milikmu! (ucap Tang Bo)

‘Mengomel…’ -batin Chung Myung

Dia tidak menyangka akan mendengar omelan yang sama di sini. Ujung hidungnya terasa geli entah kenapa.

“Bagaimana dengan Jang Ilso?” -ucap Tang Gun-ak

“…Dia seekor ular.” -ucap Chung Myung

“Jika begitu, dia ular yang sangat besar. Dunia menyebut ular sebesar itu sebagai naga.” -ucap Tang Gun-ak

“Naga, astaga. Dia cuma ular.” -ucap Chung Myung

Chung Myung memelototi kereta Jang Ilso, yang sekarang hanya setitik di kejauhan.

‘Untuk saat ini, nikmati kegembiraanmu.’ -batin Chung Myung

Tapi saat mereka bertemu lagi, senyuman itu akan terhapus seluruhnya.

“Tsk.” -ucap Chung Myung

Chung Myung mendecakkan lidahnya karena kesal dan berbalik.

“Ayo. Pemimpin Sekte menunggu di atas sana.” -ucap Chung Myung

“Begitu, tapi apa yang terjadi? Kondisimu memberitahuku ada perkelahian besar, tapi kenapa Jang Ilso mundur begitu saja? Dia bahkan tampaknya tidak mengalami banyak kerusakan.” -ucap Tang Gun-ak

“Itu…” -ucap Chung Myung

Chung Myung, mencoba menemukan kata-kata yang tepat, menggaruk bagian belakang kepalanya dan menghela nafas.

“Agak rumit untuk dijelaskan.” -ucap Chung Myung

Mata Tang Gun-ak dipenuhi rasa ingin tahu.

* * * time skp * * *

“Chung Myung-ah!” -ucap Baek Chun

Lima Pedang, yang telah menunggu dengan cemas, terkejut melihat Chung Myung memanjat tebing dan bergegas mendekat.

Mereka ingin pergi bersamanya, tapi mereka tidak punya pilihan selain menunggu di sini ketika Chung Myung berkata jika beberapa orang pergi, akan terjadi perkelahian lagi. Bukannya dia tidak akan pergi meskipun mereka mencoba menghentikannya.

“Apakah kau baik-baik saja? Apakah si brengsek Jang Ilso itu mencoba melakukan triknya lagi? -ucap Baek Chun

” Kau pikir dia berani melakukannya? Dia harus menutup mulutnya jika dia tidak ingin mati!” -ucap Chung Myung

“…Aku benar-benar tidak mengerti.” -ucap Baek Chun

Setelah memeriksa kondisi fisik Chung Myung, mereka hanya menghela nafas lega ketika mereka memastikan bahwa dia tidak memiliki luka baru. .

“Apa yang kau lakukan tadi?” -ucap Baek Chun

“Tidak ada yang penting. Perutku akan mual jika membiarkannya pergi begitu saja, jadi aku membuatnya kesal sedikit.” -ucap Chung Myung

“…Dasar gila. Kumohon…” -ucap Baek Chun

Baek Chun memegangi kepalanya yang berdenyut-denyut. Saat itu, Hyun Jong berjalan dengan susah payah di antara Lima Pedang.

Chung Myung berkata dengan canggung saat melihat Hyun Jong mendekat tepat di depannya.

“Pemimpin Sekte…….” -ucap Chung Myung

Hyun Jong menggigit bibirnya erat-erat.

Melihat keadaan Chung Myung, dia merasa isi perutnya terbakar dan daging mentahnya dipotong.

Dia menyentuh bahu Chung Myung dengan tangan gemetar.

“…kau telah bekerja keras.” -ucap pemimpin sekte

Namun, dia sedikit menundukkan kepalanya. Seolah dia kesulitan menghadapi Chung Myung secara langsung.

“Sungguh… kau benar-benar telah bekerja keras… Aku malu pada diriku sendiri…….” -ucap pemimpin sekte

Dia tidak bisa berbuat apa-apa karena dia dihadang oleh Myriad Man House. Dia percaya bahwa itu adalah pilihan terbaik untuk mengurangi kerusakan pada murid-murid mereka, tetapi ketika dia melihat Chung Myung di depannya sekarang, kata-kata itu pun terasa sekilas.

Apakah benar dengan mengorbankan anak ini untuk melindungi yang lain?

“Aku…….” -ucap pemimpin sekte

Saat itu, Chung Myung dengan lembut menggenggam tangan Hyun Jong di bahunya.

“Pemimpin Sekte sudah melakukan yang terbaik.” -ucap Chung Myung

“…….”

“Jika Pemimpin Sekte bertindak gegabah, semua orang akan dalam bahaya. Berkat kehadiran Pemimpin Sekte, Aku bisa bertarung dengan pikiran yang tenang.” -ucap Chung Myung

Hyun Jong tidak sanggup berkata apa-apa lagi dan menutup matanya rapat-rapat.

‘Anak terkutuk ini.’ -ucap pemimpin sekte

Mengapa dia memikirkan orang lain bahkan dalam situasi seperti ini? Orang yang paling menderita di sini tidak lain adalah Chung Myung sendiri.

‘Anak ini selalu melewati neraka.’ -ucap pemimpin sekte

Pikiran ini tiba-tiba muncul di benaknya.

Fakta bahwa Gunung Hua sekarang mungkin dibangun dari darah yang ditumpahkan Chung Myung. Perut Hyun Jong terbakar habis saat dia menghadapi kenyataan yang tidak bisa dia hindari.

“Aku…… .” -ucap pemimpin sekte

“Pemimpin Sekte, Gaju-nim dari Keluarga Tang di sini.” -ucap Chung Myung

Desahan panjang keluar dari mulut Hyun Jong yang hendak mengatakan sesuatu.

Dia mendongak dan melihat Tang Gun-ak berdiri agak jauh. Saat Chung Myung menyingkir dan membuka jalan, Hyun Jong membungkuk pelan pada Tang Gaju.

“Lama tidak bertemu, Tang Gaju-nim.” -ucap pemimpin sekte

“Senang bertemu denganmu, Maengju-nim.” -ucap Tang Gun-ak

Tang Gun-ak membungkuk dengan sopan sebagai jawaban.

“Aku minta maaf karena datang terlambat…” -ucap Tang Gun-ak

“Tidak, fakta bahwa kau datang saja sudah cukup. Tapi bagaimana kau bisa tahu…” -ucap pemimpin sekte

“Aku menerima pesan dari Naga Gunung Hua.” -ucap Tang Gun-ak

Mendengar ini, Hyun Jong menoleh untuk melihat, dan Chung Myung menggaruk bagian belakang kepalanya dengan ekspresi canggung.

“Situasinya agak rumit. Aku mungkin saja sudah meminta mereka datang tanpa alasan yang jelas, tapi itu masih lebih baik daripada mengambil risiko yang berbahaya. Aku minta maaf karena tidak memberitahumu lebih awal.” -ucap Chung Myung

“Tidak tidak.” -ucap pemimpin sekte

Hyun Jong mengangguk.

Hyun Jong sendiri tidak pernah terpikir bahwa situasinya aneh sampai dia datang ke sini. Jadi akan sulit baginya untuk mengatakannya.

‘Kami terlalu menjadi beban dari bocah itu.’ -batin pemimpin sekte

Baik mereka maupun Gunung Hua saat ini masih belum memadai untuk Chung Myung.

“Aku sudah mendengar detailnya secara kasar dalam perjalananku ke sini, Maengju-nim.” -ucap Tang Gun-ak

Mendengar itu, Hyun Jong menghela nafas pelan. Itu karena dia merasa suara Tang Gun-ak lebih dingin dan kaku dari biasanya.

“…Di mana mereka?” -ucap Tang Gun-ak

Dengan bibir terkatup rapat, Tang Gun-ak bertanya lagi.

“Di mana mereka sekarang?” -ucap Tang Gun-ak

* * * ditempat lain * * *

“Uh…….” -ucap murid

“Apakah kau baik-baik saja, Saje?” -ucap murid

Mereka yang turun dari tebing kini merawat yang terluka. Setiap kali mereka melihat mayat berserakan, kesedihan yang tak terlukiskan menyelimuti wajah mereka.

“Sa- Sahyung….” -ucap murid

Murid Wudang, yang menggeliat kesakitan, dengan erat menggenggam lengan seseorang yang mencoba membantunya, berjuang untuk mengeluarkan suaranya.

“Para… para bajingan Fraksi Jahat itu…” -ucap murid

“…….”

Orang itu tidak sanggup menjawab. Dengan mata terpejam, dia menoleh dan menjawab singkat.

“Pertama, rawat tubuhmu dulu.” -ucap murid

“…Sa-Sahyung….” -ucap murid

“Pindahkan mereka ke kapal.” -ucap murid

“Ya.” -ucap murid

Mereka yang membawa korban luka segera bergerak menuju kapal yang berlabuh.

Jin Hyun yang sedang menonton adegan itu secara tidak sengaja menutup matanya.

Jalan Ksatria didasarkan pada pengorbanan. Mereka yang mengaku membawa nama Kebenaran harus tahu bagaimana mengorbankan nyawanya demi Kebenaran. Itulah yang mereka yakini.

Lalu..… Bagaimana dengan mereka yang meninggal di sini?

Mereka gagal menerapkan Jalan Ksatria, dan mereka gagal menjunjung Kebenaran.

Lalu apa yang menjadi kebanggaan kami yang selamat? sayangnya, yang berhasil mereka selamatkan hanyalah nyawa mereka sendiri.

“Ayo cepat!” -ucap Namgung Hwang

Suara dingin Namgung Hwang bergema.

Kita harus menyelesaikan ini sebelum matahari terbenam!

“Ya.” -ucap murid

Anggota Keluarga Namgung merespons. Tapi tidak seperti saat mereka datang ke sini, suara-suara itu kurang kuat.

Tentu saja Namgung Hwang juga tidak bisa menyalahkan mereka.

Grepp .

Mengepalkan tangannya dengan erat, dia melihat sekeliling. Orang-orang yang selamat dari Benteng Air Naga Hitam terlihat menatap ke sisi ini seolah-olah sedang menonton.

Giginya terkatup.

Orang-orang yang penuh kebencian itu mungkin mengejek mereka, tapi Namgung Hwang tidak bisa menyalahkan mereka. Mereka sudah cukup kehilangan. Dalam keadaan seperti itu, melampiaskan amarahnya kepada mereka hanya akan membuat mereka terlihat semakin menyedihkan.

‘Yangzte.’ -ucap Namgung Hwang

Mungkin tidak diperlukan perjanjian.

Karena dia tidak akan pernah menginjakkan kaki di Sungai Yangtze lagi. Hanya dengan melihat alirannya saja akan mengingatkannya akan penghinaan hari ini.

“Gaju-nim, kita sudah selesai mengurus semuanya.” -ucap Namgung Dowi

“Bagaimana dengan orang mati?” -ucap Namgung Hwang

“…Dengan hormat…” -ucap Namgung Dowi

Namgung Hwang mengangguk pelan.

Setelah dipikir-pikir, kerusakannya tidak sebesar yang dia khawatirkan. Mereka yang terjatuh dari tebing mengalami luka parah, namun jumlah korban meninggal tidak terlalu banyak.

Pandangan Namgung Hwang tertuju pada satu tempat.

Seorang biksu muda terlihat mendorong bebatuan yang jatuh dan sibuk menyelamatkan korban luka.

Jarang sekali dia mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada orang lain, namun saat ini, dia benar-benar berterima kasih. Jika orang ini tidak menahan Benteng Air Naga Hitam sendirian di bawah sana, mereka yang terluka akan kehilangan nyawa mereka di Benteng Air Naga Hitam.

“…Namanya Hye Yeon, kan?” -ucap Namgung Hwang

“Ya.Biksu itu biasa berpergian dengan Gunung Hua.….” -ucap Namgung Dowi

“Gunung Hua lagi…..” -ucap Namgung Hwang

Mengapa berakhir seperti ini?

Ketika mereka pertama kali tiba di sini, semua orang dipenuhi rasa percaya diri. Tapi sekarang, mereka tampak seperti anjing yang kalah, ekornya layu, bersiap untuk mundur kembali ke rumah. Tiba-tiba, Namgung Hwang

melotot dengan mata penuh racun pada orang yang bertanggung jawab atas semua ini.

“Heo Dojin.” -ucap Namgung Hwang

Dia dengan jelas melihatnya, mengumpulkan murid-murid Wudang dan menyuruh mereka naik ke kapal.

Eudeuduk .

Setelah mengertakkan gigi, Namgung Hwang meludah dengan getir.

“Sekarang seluruh dunia akan menghina kita.” -ucap Namgung Hwang

“Gaju-nim…” -ucap Namgung Dowi

“Bagaimana kita bisa menanggung penghinaan ini?” -ucap Namgung Hwang

“Akan ada waktu untuk menebusnya. Mereka mengatakan balas dendam seorang pria belum terlambat bahkan setelah satu dekade. Suatu hari nanti, kita akan membasmi Ryeonju yang licik itu dan membayar hutang hari ini.” -ucap Namgung Dowi

“…Sialan.” -ucap Namgung Hwang

Saat itulah.

“Hm?” -ucap Namgung Hwang

Namgung Hwang menoleh pada kehadiran asing yang dia rasakan sejenak. Beberapa orang sedang turun dari tebing di atas.

‘Gunung Hua?’ -ucap Namgung Hwang

Distorsi halus terbentuk di wajah Namgung Hwang.

Namgung Hwang tidak ingin melihat Gunung Hua saat ini.

Sebagai manusia, dia secara alami merasa bersyukur, tapi itu terpisah dari perasaan ini. Malah, karena rasa malu, dia menemukannya sulit menghadapi Gunung Hua sekarang.

Tapi… Kenyataan yang Namgung Hwang hadapi bahkan lebih brutal.

Hal pertama yang dia lihat adalah wajah familiar Naga Gunung Hua Chung Myung. Dan selanjutnya…….

Wajah Namgung Hwang menjadi pucat saat dia mengenali orang lain.

Mungkin orang terakhir yang ingin dia temui di dunia saat ini ada di sana.

Begitu dia turun ke dasar tebing dan perlahan berjalan ke depan.

Wajah yang dingin dan tanpa ekspresi seolah-olah dibalut baju besi.

Sarung tangan kulit rusa terlihat di balik lengan jubah hijau yang lebar.

“Tang… Gun-ak….” -ucap Namgung Hwang

Dari bibir Namgung Hwang keluar sebuah suara yang hampir terdengar seperti erangan.

Tang Gun-ak, Gaju dari Keluarga Tang Sichuan, berjalan lurus ke arahnya.

Tap. Tap. Tap

Berhenti beberapa langkah, Tang Gun-ak perlahan mengamati sekeliling sebelum mengarahkan pandangannya pada Namgung Hwang.

Mulutnya perlahan terbuka.

“…Apakah ini…” -ucap Tang Gun-ak

“…….”

“Pilihan dari Lima Keluarga Besar yang terhormat itu?” -ucap Tang Gun-ak

Wajah Tang Gun-ak berubah seperti setan.

Namgung Hwang akhirnya menutup matanya rapat-rapat karena kemarahan Tang Gun-ak yang tak terbendung.


** 20 Chapter terbaru KLIK TRAKTEER**


 
**JOIN GRUP TELEGRAM**
https://t.me/Tetuasektegununghua

Comment

Options

not work with dark mode
Reset