Join channel kami untuk informasi ter-update: Channel Telegram Tetua Sekte
Project utama: Return of Mount Hua Sect Bahasa Indonesia
MANHWA CHAPTER 77 lanjut baca di novel Chapter 124, gas kan!

Return of The Mount Hua – Chapter 654

Return of The Mount Hua - Chapter 654

Mati! (Bagian 3)

Murid-murid Gunung Hua, yang berkumpul setelah menyelesaikan semua persiapan, menelan ludah mereka yang kering saat melihat Chung Myung berdiri di depan mereka dengan wajah yang sangat tidak puas.

“Apa lagi yang ingin dilakukan oleh iblis itu.” –bisik seorang murid

“Lihat itu Lihatlah matanya.” -bisik seorang murid

“Tolong, mari kita hidup dengan baik, Chung Myung.” –ucap seorang murid

Namun, yang keluar dari mulut Chung Myung adalah ucapan tak terduga yang tidak pernah diduga oleh para murid.

“Meskipun aku tidak menyukainya… memang benar bahwa kalian telah melalui banyak hal. Aku akan memberi kalian sepuluh hari libur. Kalian bebas melakukan apa pun yang kalian inginkan. Aku tidak akan mengganggu selama sepuluh hari.” –ucap Chung Myung

“…….”

Pupil mata mereka melebar tak percaya saat melihat Chung Myung menganggukkan kepalanya perlahan.

Tidak semua suara yang keluar dari mulut seseorang itu masuk akal Itu hanya menjadi sebuah kata yang nyata ketika masuk ke telinga orang lain dan dapat dimengerti.

Tapi saat ini, tidak ada yang benar-benar mengerti apa yang dikatakan Chung Myung

“Apa yang baru saja dia katakan?” –tanya seorang murid

“Aku rasa dia hanya berbicara omong kosong seperti biasanya?” –ucap seorang murid

“Dia tidak menyuruh kita untuk beristirahat, kan?” –ucap seorang murid

“Apakah dia menyuruh kita beristirahat selamanya? Seperti, berbaring di dalam peti mati?” –tanya seorang murid

Kedalaman ketidakpercayaan di antara para murid Gunung Hua terlihat jelas dalam pemandangan ini

Saat para murid mulai berbisik dan saling melirik dengan tatapan aneh, Chung Myung mengernyitkan alis dan mengatupkan giginya.

“Aku sudah menyuruhmu untuk beristirahat Aku tidak akan mengganggumu.” –ucap Chung Myung

“…… Kau tidak akan mengganggu kami?” –tanya seorang murid

Para murid memiringkan kepala mereka dan kemudian berkerumun bersama.

“Apakah dia berencana untuk meledakkan kita dengan tenaga dalamnya tanpa menyentuh kita?” –bisik seorang murid

“Atau mungkin dia hanya akan memarahi kita dengan kata-katanya itu.” –bisik seorang murid

“Ah, itu bahkan lebih menakutkan…” –bisik seorang murid

“Aku lebih percaya hantu daripada percaya bajingan itu.” –bisik seorang murid

Urat-urat mulai muncul perlahan di dahi Chung Myung.

‘Ya, tidak apa-apa. Reaksi seperti itu bisa saja terjadi.’ –batin Chung Myung

Tapi dari mana keberanian itu datang, mengatakan hal seperti itu tepat di depan orang yang bersangkutan?

“…… Kali ini nyata! Aku benar-benar memberikanmu kesempatan ……” –ucap Chung Myung

“Hei! Pukul saja kami, bajingan! Itu lebih baik daripada omong kosong ini.” –seru seorang murid

“Ya! Bunuh kami, bunuh kami!” –seru oara murid

“Ha???, tapi sungguh, para bajingan ini!” –seru Chung Myung

Saat Chung Myung mencoba menyerang dengan marah, Yoon Jong dan Jo-Gol dengan santai memegang salah satu lengannya

“Ini adalah karmamu.” –ucap Yoon Jong

“Jujur saja, aku juga tidak bisa mempercayainya.” –ucap Jo-Gol

“Ugh.” –erang Chung Myung

Chung Myung, yang mengertakkan gigi, berteriak.

“Pokoknya, kalian semua punya waktu istirahat mulai sekarang, jadi istirahatlah atau lakukan apapun yang kalian mau!” –seru Chung Myung

Kemudian dia membalikkan badannya dan berjalan pergi. Baek Chun, yang memperhatikannya pergi, melangkah maju dengan senyum yang sedikit pahit.

“Dia itu hanya merasa canggung karena mengatakan hal-hal yang tidak biasa dia lakukan.” –ucap Baek Chun

“…… tentu saja dia canggung.” –ucap Baek Sang

Sebaliknya, tidak akan terlalu canggung jika seorang Asura yang bangkit dari neraka tiba-tiba mengatakan ‘aku benar-benar percaya pada Buddha’

Baek Chun melihat ke sekeliling pada semua orang dan berkata

“Seekor kuda yang terus berlari pada akhirnya akan lelah dan jatuh Cara tercepat bukanlah berlari tanpa istirahat. Cara tercepat adalah mengetahui kapan harus beristirahat dan berkonsentrasi.” –ucap Baek Chun

“Lalu kenapa seseorang yang tahu fakta itu bertindak seperti itu?” –ucap seorang murid

“Hah?” –sontak Baek Chun

“Kau tidak pernah mengatakan hal seperti itu dalam perjalanan ke Gunung Hua!” –seru seorang murid

Mendengar kritikan tajam itu, Baek Chun diam-diam mengalihkan pandangannya ke langit

‘Mereka semakin kasar.’ –batin Baek Chun

‘Dulu tidak seperti itu!’ –batin Baek Chun

“Ahem. Sudahlah!” –seru Baek Chun

Sambil menutup mulutnya dan berdeham pelan, dia melanjutkan

“Karena kalian pasti sangat lelah, istirahatlah. Setelah itu, semuanya akan kembali sibuk.” –ucap Baek Chun

“…….”

Ketika Baek Chun berbalik dengan Lima Pedang, semua murid yang tersisa melihat ke belakang dengan bingung.

“Jadi…….” –ucap seorang murid

Gumaman mulai terdengar dari berbagai tempat

“Apakah kita harus beristirahat?” –tanya seorang murid

“… Aku pikir begitu?” –balas seorang murid

Ada orang yang secara alami melihat ke arah barat

“Apakah matahari terbit di barat hari ini?” –tanya seorang murid

Tentu saja, tidak mungkin demikian.

********

Gwak Hee melihat sekeliling dengan tatapan bingung. Para Sahyung tersebar di sana-sini dengan ekspresi setengah linglung dan mata yang tidak fokus.

Belum lama ini mereka terbakar dengan tekad untuk melawan Wudang, tapi tekad itu tidak bisa ditemukan sekarang.

Setelah ragu-ragu untuk beberapa saat, Gwak Hee dengan canggung membuka mulutnya

“Aku tidak berpikir arti ‘istirahat’ adalah berbaring seperti ini, bukan?” –ucap Gwak Hee

Mendengar ini, semua orang yang sudah setengah mati menoleh ke arahnnya

“Lalu apa?” –tanya Baek Sang

“…… Nah, kau tahu. Seperti mencoba sesuatu yang belum pernah kau lakukan sebelumnya, atau menikmati sesuatu yang tidak bisa kau nikmati saat berlatih……” –ucap Gwak Hee

“Hmm, ya. Itu benar.” –ucap Baek Sang

Baek Sang menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat

Meskipun mereka tidak tahu tentang Chung Myung, tapi “istirahat” Baek Chun pasti berarti seperti itu.

“Aku tahu, aku tahu itu, tapi …… ada masalah.” –ucap Sang

“…Apa?” –tanya Gwak Hee

Bukannya menjawab, Baek Sang malah menggerakkan dagunya ke arah Saje yang tergeletak di belakangnya Suara putus asa baru saja keluar dari mulut murid kelas dua.

“…… Apa yang harus kita lakukan untuk beristirahat dengan baik?” –tanya Baek Sang

“Maksudnya?” –tanya Gwak Hee

“Tidak, apa arti beristirahat yang sebenarnya?” –tanya Baek Sang

Mata Gwak Hee bergetar.

Bahkan murid kelas tiga pun setuju dengan pendapat mereka.

“Bukankah ‘istirahat’ biasanya berarti membersihkan diri dan tidur setelah selesai latihan?” –ucap Gwak Hee

“Bagaimana kita bisa beristirahat jika kita tidak bisa tidur? Aku tidak mengerti.” –ucap Baek Sang

Gwak Hee, yang memandang dalam diam, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya

‘Sudah berakhir’ –batin Gwak Hee

Manusia-manusia ini sudah sangat ternoda oleh pengaruh Chung Myung.

Mereka bahkan tidak tahu bagaimana cara beristirahat ketika diberi waktu, apakah ini mungkin dalam arti yang masuk akal?

“…… Kalau dipikir-pikir, aku rasa aku tidak pernah libur dari latihan dalam beberapa tahun terakhir?” –ucap Baek Sang

“Um, Sahyung. Sejujurnya, aku mungkin bisa gila karena aku sangat cemas sejak tadi. Tidak bisakah kita pergi keluar dan melakukan latihan?” –tanya seorang murid

Baek Sang mengerutkan kening mendengar suara dari belakang.

“Apa kau tidak dengar kalau Baek Chun Sahyung menyuruhmu untuk tidak berlatih dan beristirahat?” –ucap Baek Sang

“Aku-tahu, tapi… Aku merasa sangat gelisah hanya dengan tidak melakukan apapun seperti ini.” –ucap seorang murid

“Ah…… Jika kita tidak berlatih, otot kita akan layu.” –ucap murid

“Hari ini adalah hari di mana aku biasanya melakukan latihan tubuh bagian bawah …….” –ucap seorang murid

Saat satu orang memulai topik tersebut, mereka yang tadinya berbaring di sekitar Asrama Plum Putih mulai bangkit dan bergabung satu Tentu saja, ada yang berpendapat bahwa mereka harus mengikuti kata-kata Chung Myung dan Baek Chun.

Gwak Hee menyeringai sambil melihat ke arah aula yang mulai riuh.

Murid-murid Gunung Hua sudah sampai pada titik di mana kepala mereka tidak bisa beristirahat saat tubuh mereka beristirahat, dan tubuh mereka tidak bisa beristirahat saat kepala mereka beristirahat

“Ah, sial! Aku hanya akan melakukan latihan fisik dan kembali, sebentar saja!” –seru seorang murid

“Aku akan memanjat tebing dua kali saja dan kembali!” –seru seirang murid

“Aku hanya akan berlatih dengan pedangku…” –ucap seorang murid

Baek Sang berteriak kaget untuk menghentikan mereka

“Tidak! Aku menyuruh kalian untuk beristirahat, bajingan!” –teriak Baek Sang

“Kita harus berlatih untuk beristirahat!” –seru seorang murid

“Hah?” –sontak Baek Sang

Pada saat itu, Baek Sang, yang tidak bisa berkata-kata, mengedipkan matanya

“Istirahat bukan berarti berbaring! Bukankah beristirahat itu ketika pikiranmu tenang?!” –seru seorang murid

“Itu- Itu benar.” –ucap Baek Sang

“Jika aku berada di sini seperti ini, aku merasa tidak nyaman! Aku lebih suka berkeringat dan kembali beristirahat dengan nyaman!” –seru seorang murid

“…….”

“Ayo pergi!” –seru seorang murid

“Aku juga! Aku juga ikut!” –seru seorang murid

“Ah! Sekarang aku merasa hidup!” –seru seorang murid

Murid-murid kelas dua dan tiga bergegas keluar dari Asrama Plum Putih seolah-olah mereka telah menunggu Mereka tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan. Tertinggal di belakang, Baek Sang dan Gwak Hee mengerjap dalam diam.

Tak lama kemudian, sorak-sorai riuh dari luar terdengar. Tawa getir keluar dari mulut Baek Sang.

“… Sungguh, aku tak bisa berkata-kata.” –ucap Baek Sang

“Aku tahu.” –ucap Gwak Hee

“Apa yang akan kau lakukan?” –tanya Baek Sang

“Aku? Yah, aku…” –ucap Gwak Hee

Gwak Hee tersenyum canggung sambil melihat sekeliling

“Ada bagian yang harus kukerjakan, jadi kurasa aku harus mengayunkan pedangku sebentar…” –ucap Gwak Hee

Baek Sang menatap langit-langit Asrama Plum Putih dengan mata sedih.

‘Semua orang sudah gila.’ –batin Baek Sang

Mata Chung Myung menatap lapangan latihan dengan tatapan kosong dan buram.

“Uraaahhhh!”

“Wow! Aku merasa seperti hidup dengan beban di tubuhku! Manusia seharusnya berkeringat!” –seru seorang murid

“Ah, pindahlah kalau sudah selesai! Apa kamu menyewa seluruh tempat ini?!” –seru seorang murid

“Aku harus melakukannya sepuluh kali lagi, bajingan! Kemari dan hitunglah!” –seru seorang murid

Mata besar Chung Myung perlahan melihat mereka. Semakin banyak pertanyaan yang menumpuk, kepalanya semakin miring ke samping.

Energi pedang berkelebat terus menerus di tempat latihan.

“… Apa-apaan ini…” –ucap Chung Myung

Mereka yang melatih kekuatan fisik mereka atau melakukan ilmu pedang dengan peralatan mereka relatif lebih baik.

Tapi apa yang ada di kepala mereka yang berlarian di sekitar tempat latihan? Bahkan Chung Myung yang terkenal di dunia pun tidak tahu.

“Tubuh bagian bawah!” –seru seorang murid

“Energi pedang yang kuat berasal dari tubuh bagian bawah yang kokoh!” –seur seorang murid

“Sepuluh putaran lagi!” –seru seorang murid

Chung Myung melihat sekelilingnya Lima Pedang dan Hye Yeon, yang duduk di sebelahnya juga heran, sepertinya tidak dapat memahami situasi yang mereka lihat.

“… Bukankah aku sudah menyuruh mereka untuk beristirahat?” –tanya Baek Chun

“… Aku yakin sasuk sudah menyuruh mereka.” –balas Yoon Jong

“Apakah arti istirahat telah berubah sementara aku tidak menyadarinya?” –ucap Baek Chun

“Aku rasa tidak…” –ucap Yoon Jong

Chung Myung bergumam setelah melihat murid-muridnya berlatih beberapa saat.

“Tidak, apa mereka semua makan katak hijau rebus? Saat aku menyuruh mereka berlatih, mereka mengeluh dan minta istirahat. Ketika aku menyuruh mereka untuk beristirahat, mereka bersikeras untuk keluar dan mengayunkan pedang mereka. Jadi yang benar yang mana?” –ucap Chung Myung

Mendengar gerutuannya, semua orang di dalam pikiran Lima Pedang memiliki pemikiran yang sama.

‘Chung Myung. Tidakkah kau berpikir bahwa mungkin itu terjadi karena ‘latihan’ dan ‘istirahat’ dalam pikiranmu terlalu ekstrim?’

Tapi tidak ada yang berani mengatakan itu

“Tidak, memikirkan hal itu membuatku marah! Apa mereka mulai memberontak kepadaku?” –ucap Chung Myung

“Itu Sasuk dan Sahyung-mu, dasar bajingan busuk!” –seru Baek Chun

“Tidak ada seorang pun di Gunung Hua yang tidak diizinkan untuk memberontak melawanmu, dasar bajingan!” –seru Yoon Jong

“Ada So-so!” –seru Jo-Gol

“Soso adalah pengecualian!” –seru Yoon Jong

Tidak ada yang meminta penjelasan mengapa So-so adalah pengecualian. Seperti halnya langit yang biru dan laut yang luas. Itu adalah prinsip yang sama bahwa So-so adalah pengecualian.

Kemudian Baek Chun, yang sedang melihat ke arah para murid membuka mulutnya.

“Aku rasa aku mengerti.” –ucap Baek Chun

Chung Myung menatapnya dengan ekspresi bertanya. Namun jawaban justru keluar dari mulut Yoon Jong.

“Begitu mereka menyadari betapa luasnya dunia ini dan betapa mereka seperti katak dalam tempurung, bahkan berbaring dengan punggung di tempat tidur pun membuat mereka merasa bersalah.” –ucap Yoon Jong

Jo-Gol mengernyitkan wajahnya.

“Ah, itu benar-benar terasa mengerikan.” –ucap Jo-Gol

“Mereka pasti merasakan banyak hal dalam perjalanan ini Mereka pasti merasakan kebutuhan akan pelatihan dan pertumbuhan lebih dari sebelumnya. Jadi mereka tidak bisa hanya duduk diam.” –ucap Yoon Jong

Baek Chun mengangguk mendengar kata-kata Yoon Jong

Namun Tang So-so terlihat sangat tidak senang.

“Tapi istirahat juga penting Jika kau tak memberi mereka istirahat, mereka akan rusak.” –ucap Yoon Jong

“Biarkan saja untuk sementara waktu.” –ucap Baek Chun

“Sasuk!” –panggil Tang So-so yang menghampiri mereka

Baek Chun menyeringai dan berkata pada Tang So-so

“Kau juga seorang seniman bela diri, jadi kau tahu, orang akan berkembang pesat jika mereka memiliki motivasi sendiri. Orang-orang itu pasti ingin menginternalisasi apa yang mereka lihat dan rasakan dalam perang ini dan pertandingan tanding itu.” –ucap Baek Chun

“Baiklah…..” –ucap Tang So-so

Tang Soso mengangguk seolah-olah dia tidak bisa menyanggahnya.

“Hanya untuk sementara waktu.” –ucap Tang So-so

“Ya.” –ucap Baek Chun

Baek Chun, yang telah tersenyum puas, memandang para murid lagi dan berseru.

“Dengan semua orang yang begitu bersemangat untuk berlatih, Gunung Hua akan menjadi lebih kuat.” –ucap Baek Chun

“Kita juga tidak boleh kalah.” –ucap Yoo Iseol

“Benar. Kita harus segera mulai juga.” –ucap Yoon Jong

“Ah, ngomong-ngomong, ayo kita bertanding, Sahyung. Aku merasa seperti telah belajar sesuatu kali ini, tapi aku tidak bisa memahaminya.” –ucap Jo-Gol

“Kurasa aku akan mengalahkanmu dengan mudah.” –ucap Baek Chun

“Oh? Ayo kita lakukan!” –seru Jo-Gol

“Baiklah!” –seru Baek Chun

Lima Pedang juga mulai terbakar dengan antusias.

Semua murid berkonsentrasi pada latihan mereka sendiri, situasi yang hanya bisa diimpikan oleh guru mana pun.

Tapi Chung Myung, yang melihat adegan itu dari jarak satu langkah, tersentak seolah-olah ada sesuatu yang salah.

‘Apakah mereka semua sudah gila?’ –batin Chung Myung


** 20 Chapter terbaru KLIK TRAKTEER**


 
**JOIN GRUP TELEGRAM**
https://t.me/Tetuasektegununghua

Comment

Options

not work with dark mode
Reset