Join channel kami untuk informasi ter-update: Channel Telegram Tetua Sekte
Project utama: Return of Mount Hua Sect Bahasa Indonesia
MANHWA CHAPTER 77 lanjut baca di novel Chapter 124, gas kan!

Return of The Mount Hua – Chapter 510

Return of The Mount Hua – Chapter 510

Kau Bilang Lehernya Sudah Ditebas, kan? (Bagian 5)

 

Akhir dari perang selalu sia-sia.

 

Dan menghadapi pascaperang tidak mudah,  jika minoritas menaklukkan mayoritas, mereka tidak punya pilihan selain diganggu oleh masalah pasca perang.

 

Yosa Hon menyita senjata prajurit Klan Es.

 

Tentu saja, tidak dapat dikatakan bahwa mereka mengalahkan mereka semua sampai sejauh itu.

 

Ini tidak seperti ketika seseorang tidak dapat bertarung hanya karena dia tidak memiliki senjata, dan itu tidak terlalu berguna bagi mereka yang mempelajari seni Telapak Tangan atau Tinju.

 

Tapi dari sudut pandang Yosa Hon, mereka adalah orang-orang yang nantinya akan menjadi sebuah keluarga. Oleh karena itu, akan lebih baik bagi Klan Es di masa depan untuk merawat mereka dengan baik daripada mendorong mereka terlalu keras.

 

Prajurit Klan Es saat ini juga mematuhi perintah tanpa melawan, entah karena mereka mengetahui pikiran Yosa Hon, atau mereka mengira pemberontakan tidak lagi berarti saat Seol Chonsang telah meninggal.

 

“Kedengarannya seperti kebohongan.” –ucap Yoon Jong

 

Baek Chun mengangguk pelan mendengar kata-kata Yoon Jong.

 

Segera setelah perang berakhir, badai salju yang melanda kembali menutupi semua jejak pertempuran sengit dengan warna putih. Seakan Laut Utara juga tidak ingin melihat akibat perang ini berlangsung lama.

 

“Bukankah mereka awalnya anggota dari satu keluarga?” –tanya Yoon Jong

 

“Itu benar.” –jawab Baek Chun

 

“Tetua Yo juga bukan seorang penurut, dia akan mengurusnya sendiri. Ini bukan urusan kita.” –ucap Yoon Jong

 

“Benar.” –balas Baek Chun

 

Mereka berbicara tentang perang, tetapi suara mereka tidak mengandung banyak kekuatan. Mereka sedang bercakap-cakap, tetapi pikiran mereka sepertinya berada di tempat lain.

 

Mata mereka tertuju pada pintu di depan mereka.

 

“… Apakah dia akan baik-baik saja?” –tanya Yoon Jong

 

“Kenapa?” –tanya Baek Chun

 

“Cederanya terlihat cukup serius.” –ucap Yoon Jong

 

“Tidak perlu khawatir. Kenapa kau mengkhawatirkan Chung Myung?” –ucap Baek Chun

 

“Itu benar, tapi …….” –ucap Yoon Jong

 

Yoon Jong menatap Baek Chun,  mengaburkan akhir kata-katanya.

 

Dia berbicara dengan tenang, tapi wajah Baek Chun juga penuh kegugupan. Berbeda dengan mereka yang tidak terlalu terluka, Chung Myung terluka parah saat melawan Seol Chonsang.

 

Baek Chun menutup mulutnya dengan tangannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

 

‘Bajingan sialan itu.’ –batin Baek Chun

 

Dia tahu mengapa dia harus melakukan itu. Dia mengerti dengan kepalanya.

 

Jika Chung Myung tidak memotong tenggorokan Seol Chonsang sekaligus, perang akan berlangsung lebih lama. Kemudian, jumlah darah yang tak terhitung akan membasahi daratan Laut Utara.

 

Itu adalah perang di mana tidak ada ruang untuk kompromi antara satu sama lain, dan tidak akan pernah berakhir sampai satu pihak benar-benar dikalahkan.

 

Pada akhirnya, Chung Myung secara signifikan mengurangi jumlah orang yang mungkin dikorbankan dalam perang ini. Itu sebabnya…. Meskipun itu terlalu berlebihan.

 

Itu adalah sesuatu yang patut dipuji baik sebagai seorang Taois maupun sebagai seorang pejuang, tapi anehnya, Baek Chun tidak menyukainya.

 

Baek Chun sedikit mengepalkan tangannya dan. Kemudian Yoon Jong membuka mulutnya lagi.

 

“Apakah dia akan baik-baik saja?” –tanya Yoon Jong

 

“Kenapa kau terus menanyakan hal yang sama padaku?” –balas Baek Chun

 

“Tidak, tidak seperti itu.….” –ucap Yoon Jong

 

Yoon Jong ragu-ragu sedikit dan melirik ke arah pintu dan berkata.

 

“… … Selain tubuhnya, bukankah Chung Myung sangat berbeda dari biasanya?” –ucap Yoon Jong

 

“…….”

 

Baek Chun menatap pintu yang tertutup rapat tanpa menjawab.

 

‘Berbeda…’ –batin Baek Chun

 

Dia tahu apa yang Yoon Jong bicarakan. Tapi hanya ada satu jawaban.

 

“Tapi dia tetap Chung Myung.” –ucap Baek Chun

 

“…….”

 

“Apakah itu tidak cukup?” –tanya Baek Chun

 

Yoon Jong akhirnya mengangguk dalam diam. Saat itu, suara rendah datang dari sudut.

 

Keduanya yang sedang berbicara menoleh ke satu sisi.

 

Yoo Iseol, berdiri dengan punggung menempel ke dinding, melihat ke sisi mereka dengan wajah tanpa ekspresi.

 

“Tidak ada yang berbeda.” –ucap Yoo Iseol

 

Baek Chun mengangguk setuju. Tentu saja, dia tahu Yoon Jong mengungkitnya karena dia mengkhawatirkan Chung Myung. Itu sebabnya Baek Chun tidak menyalahkannya.

 

“Namun… sikap Chung Myung mungkin sedikit berbeda dari biasanya, jadi mohon pengertiannya. Mungkin akan ada akibatnya setelah pertempuran seperti itu.” –ucap Baek Chun

 

“Ya, Sasuk.” –ucap Yoon Jong

 

Saat itulah Baek Chun mencoba melanjutkan kata-katanya dengan tatapan serius.

 

Tiba-tiba jeritan putus asa datang dari pintu.

 

Terkejut, murid-murid Gunung Hua melompat berdiri ketakutan. Suara dari dalam menghalangi Baek Chun, yang hendak menendang pintu sekaligus.

 

“Argh! Argh! Sakit! Bagaimana bisa kau membalut perban seperti itu? Lukanya mau meledak!” –teriak Chung Myung

 

“Berisik sekali! Diamlah!” –teriak Tang So-so

 

“Akh! Akh! Lengan! Lengan. Lenganku! Tidak, sakit di sana! Sakit!” –teriak Chung Myung

 

“Beraninya kau mengubah tubuhmu menjadi kain dan mengeluh! Aku akan memutar kepalamu!” –teriak Tang So-so

 

“…….”

 

Baek Chun menghela nafas saat mendengarkan suara-suara kasar itu.

 

“…..Ayo masuk sekarang.” –ucap Baek Chun

 

Dengan kata-kata itu sebagai sinyal, semua orang bergegas membuka pintu dan masuk ke dalam.

 

“Tidak! Hei! Pengobatan macam apa ini!?” –teriak Chung Myung

 

“Diam, jangan berani-berani melawanku di sini! Apakah kau ingin ada jarum di atas kepalamu?” –teriak Tang So-so

 

Tang So-so naik ke punggung Chung Myung, yang berbaring telungkup dengan perban dan menikamnya tanpa ampun.

 

Baek Chun tersenyum senang sambil menatap Chung Myung.

 

“Dia tidak berubah sama sekali.” –ucap Baek Chun

 

Tapi Chung Myung tetap berteriak sepanjang waktu.

 

“Tidak, jarumnya! Jarum apa yang seukuran telapak tangan seseorang? Itu bukan pengobatan, tidak peduli bagaimana kau melihatnya ini adalah penyiksaannn!” –teriak Chung Myung

 

“Apa hubungannya!? Jarum adalah jarum!” –teriak Tang So-so

 

“Mereka jelas berbeda!” –teriak Chung Myung

 

Baek Chun yang bisa melihat Chung Myung menggoyangkan seluruh tubuhnya, berdecak.

 

“Teman-teman.” –panggil Baek Chun

 

“Ya, Sasuk!” –sahut para murid

 

“Tahan dan tekan dia!” –seru Baek Chun

 

“Ya!” –sahut para murid

 

Jo-Gol, Yoon Jong, dan Yoo Iseol bergegas masuk dan menekan Chung Myung. Perlawanan Chung Myung semakin kuat, tetapi ketiganya juga tidak melepaskannya.

 

“Kalian pengkhianat! Apakah kalian pikir aku akan melupakan semua ini ?!” –teriak Chung Myung

 

“Hei, kau berisik.” –ucap Baek Chun

 

Baek Chun mendecakkan lidahnya dengan sedikit cemberut.

 

“Tidak, mengapa seorang pria yang bahkan tidak mengedipkan mata ketika pedang ditusuk di tubuhnya menjadi gila setelah melihat jarum?” –ucap Baek Chun

 

“Kenapa?! Kenapa? Apa kau mau merasakan sensasi jarumnya, hah?” –teriak Chung Myung

 

Kemudian Tang So-so mengatupkan giginya dan menampar punggung Chung Myung.

 

“Diam! Diam! Jangan bergerak!” –teriak Tang So-so

 

“Argh! Sakit! Sakit!” –teriak Chung Myung

 

Chung Myung yang sudah mengamuk sekian lama akhirnya berhasil tenang setelah Yoo Iseol mencengkeram kepalanya dengan erat dan membantingnya dengan keras.

 

Baek Chun, yang menghela nafas dalam-dalam, bertanya pada Tang So-so.

 

“Lalu bagaimana?” –tanya Baek Chun

 

Kemudian dia menjawab dengan suara yang sedikit kesal.

 

“Bagaimana katamu? Ini mirip dengan yang terakhir kali. Tidak, aku tidak tahu mengapa yangban ini selalu membuat tubuhnya seperti ini setiap kali dia bertarung. Apakah dia masokis?!” –ucap Tang So-so

 

Tang So-so menatap Chung Myung dengan mata galak, seolah dia marah lagi.

 

Itu sangat kuat bahkan Chung Myung yang terkenal di dunia pun tersentak.

 

Hye Yeon, yang menonton adegan itu, membantu dengan senyuman lembut.

 

“Amitabha, tapi berkat kerja keras Chung Myung Siju, semuanya baik-baik saja… ….” –ucap Hye Yeon

 

“Biksu Hye Yeon.” –panggil Baek Chun

 

“Ya?” –sahut Hye Yeon

 

“Diam.” –ucap Baek Chun

 

“…Ya.” –balas Hye Yeon

 

Hye Yeon beridam diri di sudut ruangan, diam-diam  melantunkan nama buddha di luar pendengaran siapa pun.

 

Meremas.

 

Akhirnya, Tang So-so, yang mengumpulkan semua jarum dan mengikat perban, mengerutkan kening dan turun dari punggung Chung Myung.

 

“Untuk saat ini, aku sudah membersihkan semua luka fisiknya, jadi dia akan baik-baik saja jika dia beristirahat sebentar. Chung Myung Sahyung cenderung sembuh dengan cepat.” –ucap Tang So-so

 

Sedikit bingung, Baek Chun membujuk Tang So-so dengan wajah canggung.

 

“D-dan dia adalah pasien, jangan terlalu keras padanya.” –ucap Baek Chun

 

“Pernahkah Sasuk berpikir bahwa mungkin aku membiarkan dia mempertahankan hidupnya hanya karena dia seorang pasien?” –ucap Tang So-so

 

“…….”

 

Baek Chun tersenyum.

 

Dokter apa yang lebih menakutkan dari musuh?

 

Kemudian Chung Myung, yang berbaring telungkup, bangkit berdiri.

 

“Mungkin karena aku semakin tua, tapi tubuh ini…….” –ucap Chung Myung

 

“Tidak, bajingan gila! Berapa umurmu!” –teriak Baek Chun

 

Chung Myung menggerakan tangannya dan duduk bersila di tempat.

 

Melihat Chung Myung memakai perban di sekujur tubuhnya, membuat para murid Gunung Hua merasa memikul beban yang berat.

 

“Apakah kau baik-baik saja?” –tanya Yoon Jong

 

“Ini bukan apa-apa.” –jawab Chung Myung

 

“…… Apa pria yang kuat akan takut dengan jarum?” –ucap Baek Chun

 

kata Chung Myung sambil memelototi Baek Chun.

 

“T-tang So-so, beri aku jarum.” –ucap Chung Myung

 

“Kenapa? Apa tidak cukup? Kau mau aku taruh satu di atas kepala Sahyung? –tanya Tang So-so

 

“……TIDAK.” –teriak Chung Myung

 

Chung Myung yang cemberut menatap Baek Chun dan bertanya.

 

“Jadi seperti apa situasinya?” –tanya Chung Myung

 

Baek Chun menghela nafas dan membuka mulutnya.

 

“Pembersihan menjadi lebih rapi dari yang aku kira. Bahkan orang-orang yang mengikuti Pemimpin Klan Seol Chonsang mendengarkan Tetua Yosa Hon tanpa banyak perlawanan. Sepertinya agak aneh.” –ucap Baek Chun

 

“Karena tempat ini lebih mirip kerajaan daripada keluarga besar.” –sambung Baek Chun

 

Bagaimana jika ada pemberontakan di Sekte Gunung Hua dan seseorang mengalahkan Tetua Sekte dan mengklaim dirinya sebagai Tetua Sekte?

 

Sudah pasti Yoon Jong, Yoo Iseol, dan Baek Chun tiba-tiba berubah menjadi asura dan menggila tanpa Chung Myung.

 

“Tetua Yo sedang terburu-buru agar Seol So-baek Sogungju naik ke tahta Pemimpin Klan. Klan Es Laut Utara adalah tempat di mana mereka tidak bisa hidup tanpa Pemimpin Klan.” –ucap Baek Chun

 

Chung Myung mendecakkan lidahnya.

 

Ada beberapa aspek yang sulit dipahami dengan pola pikir Jungwon mereka, tetapi setiap orang memiliki alasan hidup masing-masing. Dia tidak punya niat untuk memperdebatkan apakah itu benar atau salah.

 

Metode Gunung Hua Sekte juga penuh dengan hal-hal yang orang lain tidak akan mengerti.

 

Berbicara dengan suara rendah, Chung Myung melompat berdiri.

 

“Kenapa kau tiba-tiba bangun?” –tanya Baek Chun

 

“Aku akan pergi menemui Yosa Hon.” –jawab Chung Myung

 

“Hei! Seorang pasien harus istirahat…….”-seru  Tang So-so

 

“Siapa yang peduli dengan pasien.” –ucap Chung Myung

 

Mata Chung Myung bersinar sedikit dingin.

 

“Aku tidak dalam posisi untuk memperdebatkan itu. Kita harus menyelesaikan pembersihan secepat mungkin dan mengurus bajingan Iblis itu. –ucap Chung Myung”

 

“…..Aku tahu itu, tapi kau tidak harus pergi. Kami akan pergi dan menyampaikan pesannya. Penatua Yo sepertinya juga sibuk mengerjakannya.” –ucap Baek Chun

 

Chung Myung menyeringai mendengar ucapan cemas Baek Chun.

 

Chung Myung melanjutkan, mengabaikan Baek Chun yang marah.

 

Seringai aneh menggantung di bibirnya.

 

“Mereka yang tidak memiliki apa-apa tidak tahu bagaimana caranya melihat ke belakang, tetapi mereka yang memiliki sesuatu cenderung melihat ke belakang dan ragu-ragu.” –ucap Chung Myung

 

Dia mengatakannya sambil tersenyum, tapi ada rasa dingin yang aneh.

 

Tidak, bahkan ada sedikit kepahitan.

 

Lalu Chung Myung yang tadinya berhenti lalu mulai berjalan. Lalu dia berkata tanpa melihat ke belakang.

 

Chung Myung berdiri diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

 

Saat Jo-Gol, lelah menunggu, hendak mengatakan sepatah kata pun, sebuah suara aneh keluar dari mulut Chung Myung.

 

“Semua orang melakukannya dengan baik kali ini.” –ucap Chung Myung

 

“…….”

 

Murid Gunung Hua memandang Chung Myung dengan mata terbelalak.

 

Tetapi seolah-olah dia telah mengatakan semua yang dia katakan, dia menghilang tanpa penyesalan.

 

“…….”

 

Jo-Gol melompat dari kursinya dan menuju ke jendela.

 

“Apa yang sedang kau lakukan?” –tanya Baek Chun

 

“Tidak, aku ingin memeriksa apakah matahari telah terbit dari barat.” –ucap Jo-Gol

 

“…….”

 

“Kalau tidak, Tang So-so. Apa dia salah minum obat?” –tanya Jo-Gol

 

“Dia tidak minum obat apa pun. Jika ada yang salah, aku pasti salah menusuk jarum… … .” –ucap Tang So-so

 

Yoo Iseol, yang membuka mulutnya seolah tidak bisa berkata apa-apa, bergumam dengan kepala tertunduk.

 

“…..Malam yang menyenangkan.” –ucap Yoo Iseol

 

Itu tidak bisa dipercaya.

 

Astaga.

 

Memikirkan pujian itu keluar dari mulut Chung Myung.

 

Bukankah Chung Myung yang mengomeli mereka bahkan ketika mereka mengalahkan murid-muridnya yang terkenal di Kompetisi Bela Diri dan ketika mereka merobohkan pemimpin unit Myriad Man House?

 

“… … Selama aku hidup, hari-hari seperti ini tidak akan datang.” –ucap Baek Chun

 

“Benar, Sahyung.” –seru para murid

 

Baek Chun, berpikir sejenak, berdiri dan berbalik.

 

“Jangan bicara omong kosong dan ikuti aku.” –ucap Baek Chun

 

“Ya, Sasuk.” –sahut para murid

 

Senyum kecil merayap di bibirnya saat dia berjalan di depan.


** 20 Chapter terbaru KLIK TRAKTEER**


 
**JOIN GRUP TELEGRAM**
https://t.me/Tetuasektegununghua

Comment

Options

not work with dark mode
Reset