Join channel kami untuk informasi ter-update: Channel Telegram Tetua Sekte
Project utama: Return of Mount Hua Sect Bahasa Indonesia
MANHWA CHAPTER 77 lanjut baca di novel Chapter 124, gas kan!

Return of The Mount Hua – Chapter 358

Return of The Mount Hua – Chapter 358

Terjadi Sesuatu (Bagian 3)

Naksaengru, salah satu distrik terbesar di Xian, ramai hari ini.

Mereka yang datang ke tempat itu untuk minum di siang bolong biasa membicarakan banyak gosip disini

Namun, ada cerita yang paling banyak di ocehkan di mulut orang-orang ini, dan itu pasti tentang Gunung Hua dan Sekte Huayin.

“Jujur, tidakkah Kau ingin bergabung ke sana?” -tanya Jwa Dong

“Hm?” -sahut Jeon Yuk

Jeon Yuk, pemilik toko kain, melihat sekeliling dan berkata dengan suara rendah.

“Tapi mereka itukan Gunung Hua.” -ucap Jeon Yuk

“Ya itu betul.” -ucap Jwadong

Mendengar kata-kata Jeon Yuk, Jwadong, yang duduk di seberangnya, mengangguk terus menerus.

Jika dia pernah mendengar ini di masa lalu, dia akan mendengus.

Karena hanya satu atau dua tahun yang lalu, Gunung Hua bukanlah jenis sekte yang berani datang ke Xian, yang didominasi oleh Sekte Ujung Selatan.

Tapi banyak hal telah berubah sekarang.

Bukankah itu cerita yang sudah diketahui oleh siapa pun di dunia sekarang bahwa Gunung Hua menghasilkan hasil terbaik dalam Kompetisi Beladiri itu?” -tanya Jeon Yuk

“itu dia, artinya mereka sama saja dengan menang, bukan?” -ucap Jwadong

“Ya. Selain itu, Apa hebatnya satu orang memenangkan kompetisi? Mereka punya Tiga murid di perempat final, dua murid di semifinal. Itu tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa mereka mendominasi kompetisi.” -ucap Jeon Yuk

Jwadong menganggukan kepalanya seolah dia sangat setuju kali ini.

“Terlebih lagi, ini adalah kontes bintang yang sedang naik daun. Bukankah itu berarti bahwa bintang yang sedang naik daun mereka adalah yang terbaik di dunia dan bahwa keterampilan para murid yang ada disana adalah yang terbaik di dunia?” -ucap Jwadong

“Betul sekali.” -ucap Jeon Yuk

Jeon Yuk mendecakkan lidahnya.

“Bagaimanapun, memasuki sekte cabang berarti belajar seni bela diri gunung hua sejak saat itu juga. Jadi, lebih baik untuk pergi ke sekte yang melatih dengan baik, daripada ke sekte yang kuat saja!” -ucap Jwadong

Jeon Yuk, yang membasahi tenggorokannya dengan alkohol sebentar, mendecakkan bibirnya seolah menyesalinya.

“Saat ini, sekte yang memiliki momentum terbaik di dunia telah membuka sekte cabang di Xian, tetapi Aku bahkan tidak dapat melihatnya. Aku ingin menjulurkan kepala jika bisa, tapi… Aku mendengar bahwa Naga Gunung Hua juga ada di sini.” -ucap Jeon Yuk

“Jangan bermimpi tentang itu. Saat Kau masuk dan keluar dari sana, urusanmu di Xian sudah selesai.” -ucap Jwadong (diskriminasi oleh sekte cabang ujung selatan)

Jeon Yuk melihat sekeliling dan menggelengkan kepalanya dengan kuat seolah dia takut memikirkannya.

“Jangan terlalu ragu. Xian adalah tempat di mana Kau tidak bisa lepas dari pengaruh Sekte Ujung Selatan. Putra bungsu dari pemimpin Xian, Xian Ju juga murid dari Sekte Ujung Selatan. Tapi Kau akan pergi ke Gunung Hua. sekte cabang di wilayah pengaruh Sekte Ujung Selatan ini? Apa yang bisa kau lakukan selain menghancurkan dirimu sendiri?” -ucap Jwadong

“Tapi, bukankah Sekte Ujung Selatan masuk ke masa Pengasingan?” -tanya Jeon Yuk

“Ugh, Kau seharusnya tidak tertipu oleh itu. Bagaimana jika masa Pengasingan berakhir?” -ucap Jwadong

“Hng, itu ….” -ucap Jeon Yuk

Jeon Yuk mendecakkan lidahnya.

“Dan itu bukan masalah yang menghubungkan semua jalan ke Sekte Ujung Selatan. Apakah menurutmu sekte cabang Sekte Ujung Selatan di Xian akan tetap diam? Sekte Ujung Selatan mungkin tidak menyingkir karena wajah mereka sudah ternodai, tetapi orang-orang itu tidak dalam posisi untuk mempertanyakan wajah mereka, bukan?”

Jeon Yuk tidak tahan lagi dan hanya menikmati hidangannya.

Sayang sekali. Sangat disayangkan. Ada yang mengatakan bahwa ilmu pedang Gunung Hua adalah yang terbaik, dan anak bungsuku berada pada usia yang tepat untuk masuk.” -ucap Jeon Yuk

“Berhenti bicara omong kosong dan minum saja.” -ucap Jwadong

Bukan hanya mereka berdua yang berbagi cerita ini. Cerita serupa dipertukarkan di setiap kursi di mana orang duduk berdua dan bertiga.

“Aku ingin melihat-lihat…..” -ucap Jwadong

Kudengar ilmu pedang Gunung Hua sangat tajam…. Jika mereka melakukannya dengan baik, dapatkah anak kita berakhir seperti Naga Gunung Hua, yang merupakan bintang baru terbaik di dunia?” -ucap Jeon Yuk

Naga Gunung Hua, dia yang terbaik di dunia!” -ucap Jeon Duk

Sayang sekali. Sangat menyedihkan. Sungguh.” -ucap Jwadong

Dan setiap kata dipenuhi dengan penyesalan.

Terlalu sulit untuk dilawan oleh Sekte Huayin karena sekte cabang dari Sekte Ujung Selatan, termasuk Sekte Bulan Barat, waspada terhadap mereka. Tapi bagaimana mungkin mereka tidak tertarik?

Pada akhirnya, semua orang tidak punya pilihan selain meredakan kekecewaan mereka dengan alkohol.

“Ada apa berisik sekali?” -tanya Jwadong

“Tidak, bukan disini yang berisik… …sepertinya aku mendengarnya dari luar.” -balas Jeon Yuk

“Di luar? Ada apa di luar?” -tanya Jwadong

Mata Jeon Yuk dan Jwadong secara bersamaan mengarah ke pintu masuk.

Salah satu orang hendak keluar membuka pintu.

“Hah?” -sontak Jeon Yuk

Jeon Yuk mengedipkan matanya.

‘Kurasa aku melihat kerumunan di luar.. …?’ -batin Jeon Yuk

“Apa yang terjadi di luar sana?” -tanya Jwadong

“Kurasa aku bisa mendengar suara ketukan drum. -balas Jeon Yuk

Mungkin mereka bukan satu-satunya yang memperhatikan keramaian itu, mata orang-orang yang memenuhi tempat itu beralih ke jendela dan pintu.

Jwedong perlahan bangkit dari tempat duduknya. Karena dia adalah orang yang tidak sabar, dia mencoba memastikannya dengan matanya daripada hanya menebak.

Dia berjalan melewati orang-orang yang mulai bangkit satu per satu dan pergi ke pintu masuk dan membuka pintu.

“Hmm?” -sontak Jwedong

Ketika dia pergi ke luar, ada lebih banyak orang daripada yang dia lihat di dalam.

‘Apa yang terjadi, kenapa orang-orang berkumpul di sini?’ -batin Jwedong

Naksaengru terletak di jalan terbesar di Xian. Namun, fakta bahwa jalan itu penuh dengan orang berarti banyak orang telah berkumpul untuk melakukan sesuatu.

Karena ini adalah pertama kalinya dia melihat pemandangan seperti itu dalam beberapa tahun terakhir, rasa ingin tahu Jeon Yuk semakin besar. Dia akhirnya mulai menerobos kerumunan dan mendekat.

“Minggir sebentar. Ada apa?” -ucap Jeon Yuk

“Eh, jangan dorong aku!” -teriak seseorang

“Jika Kau terlambat, Kau harus melihat dari belakang!” teriak seseorang

“Maafkan aku, aku minta maaf.” -ucap Jeon Yuk

Jeon Yuk mendorong ke kerumunan, merangkak ke depan, dan menjulurkan kepalanya.

“Hmm?” -sontak Jeon Yuk

Dan dia membuka matanya lebar-lebar pada pemandangan yang tak terduga.

Bagian dalam kerumunan itu kosong seolah-olah panggung telah dibuka, dan orang-orang yang mengenakan seragam hitam berkerumun bersama.

Ketika dia melihat pola bunga plum di dada mereka, dia berteriak keras tanpa menyadarinya.

“Sekte Gunung Hua?” -ucap Jeon Yuk

‘Mengapa Sekte Gunung Hua ada di sini?’ batin Jeon Yuk

‘T-Tidak mungkin.’ -batin Jeon Yuk

Dia telah mendengar bahwa orang-orang Gunung Hua tinggal di Sekte Huayin, jadi tidak aneh jika mereka ada di sini.

Tapi apa yang akan mereka lakukan?

Mata Jeon Yuk, menatap murid-murid Gunung Hua, penuh dengan pertanyaan.

“……Chung Myung-ah.” -ucap Yoon Jong

“Apa?” -sahut Chung Myung

“Apakah aku benar-benar harus melakukannya?” -tanya Yoon Jong

“Lalu apakah kau akan memalsukannya?” -ucap Chung Myung

Yoon Jong dan Jo-Gol melihat pertanyaan Chung Myung dengan mata putus asa.

Tapi Chung Myung hanya membalas dengan tatapan cemberut.

“Kenapa? Kau tidak mau melakukannya?” -tanya Chung Myung

“T- Tidak. Aku tidak bilang aku tidak mau……” -ucap Yoon Jong

Yoon Jong mengeluarkan tatapan yang sedikit putus asa.

“Ini pertama kalinya aku membuka pedangku di depan begitu banyak orang …” -ucap Yoon Jong

“Pria yang sudah mengayunkan pedang pada orang-orang di Shaolin mengatakan itu?” -ucap Chung Myung

“I-Itu pertandingan. Jelas berbeda karena sekarang adalah demonstrasi.” -ucap Yoon Jong

Yoon Jong menelan ludah kering.

Dalam waktu singkat, kerumunan berkumpul seperti awan.

‘Ah, jantungku berdebar-debar.’ -batin Yoon Jong

Tentu saja, seperti yang dikatakan Chung Myung, dia sudah tampil di depan banyak orang. Tapi pertandingan benar-benar berfokus pada lawan. Itu tidak dimaksudkan untuk dilihat seperti ini.

Tapi bukankah Chung Myung meminta mereka untuk mendemonstrasikan ilmu pedang di depan semua orang ini?

A-Apakah ini akan berhasil? Orang-orang di Xian pasti telah melihat ilmu pedang Sekte Ujung Selatan berkali-kali.” -ucap Yoon Jong

“Ck ck ck.” -tawa Chung Myung

Chung Myung secara terbuka mendecakkan lidahnya pada pernyataan Jo-Gol.

“Sahyung ini mengatakan hal-hal bodoh lagi. Sahyung, apa hal terbaik tentang ilmu pedang Gunung Hua?” -tanya Chung Myung

“…Kekuatan?” -balas Yoon Jong

Jo-Gol memiringkan kepalanya.

‘Kuat? Cepat? Atau…….’ -batin Jo-Gol

“Ah….” -sontak Jo-Gol

Jo-Gol mengangguk seolah dia mengerti.

Keindahan.” -ucap Jo-Gol

“Betul sekali.” -ucap Chung Myung

Chung Myung menggulung sudut mulutnya.

“Bukan hal yang aneh bagi orang-orang yang dulu hanya melihat ilmu pedang Sekte Ujung Selatan, yang hanya tahu cara memukul, memotong, dan memblokir pedang, untuk mengalihkan pandangan mereka ketika mereka melihat ilmu pedang Gunung Hua.” -ucap Chung Myung

” ……. teknik Snowflower-apalah itu milik mereka cukup indah juga menurutku.” -ucap Yoon Jong

“Aku sudah mengeceknya. dan Aku tidak berpikir mereka pernah menunjukkannya pada umum. Itu seperti senjata rahasia bagi mereka.” -ucap Chung Myung

“Kau benar-benar pria yang cerdas.” -ucap Yoon Jong

“Jadi!” -seru Chung Myung

Chung Myung menepuk tangannya.

“Ini kesempatan yang bagus untuk dilihat. Pedang Gunung Hua sangat mewah melebihi apa yang mereka dengar hari demi hari, jadi yang terbaik adalah menunjukkannya langsung ke mata mereka!” -ucap Chung Myung

Chung Myung menunjuk ke depan dengan dagunya.

“Karena itu, jangan katakan sesuatu yang jelas dan aneh seperti itu, tunjukkan pada mereka.” -ucap Chung Myung

“…….”

Wajah Yoon Jong dan Jo-Gol menjadi suram.

‘Siapa yang tidak tahu itu?’ -batin Yoon Jong

“Itu karena ini terasa memalukan.” -ucap Jo-Gol

Tinggal di puncak gunung di mana bahkan burung pun sulit dilihat selama lebih dari separuh hidup mereka, mereka tidak terbiasa berdiri di depan begitu banyak orang. Selain itu, mereka tidak hanya berdiri di sana. Mereka harus menunjukkan apa yang mereka bisa.

Tapi tidak ada tempat bagi mereka untuk melarikan diri.

“Chung Myung benar.” -ucap Baek Chun

“Sasuk?” -sontak Yoon Jong

Baek Chun berkata, mengangguk pelan dengan wajah kaku.

“kedepannya sekte huayin akan sangat bergantung pada hasil kali ini, apakah kita dapat berakar di Xian atau tidak. Gunung Hua tetaplah Gunung Hua, tetapi bukankah kita seharusnya membantu Sekte Huayin, yang pindah ke Xian dengan tekad yang besar?” -ucap Baek Chun

“Sasuk……” -ucap Yoon Jong

“Kau benar tentang itu.” -ucap Chung Myung

‘Tapi kenapa Kau terlihat panik?’ -batin Chung Myung

“Keheum. Jadi, tolong lakukan pekerjaannya dengan baik dan…….” -ucap Baek Chun

Ujung pedang Chung Myung menusuk punggung Baek Chun, yang perlahan melangkah mundur.

“…….”

“Sasuk, kau di depan.” -ucap Chung Myung

“……Apa?” -ucap Baek Chun panik

“Orang-orang paling berbakat harus berdiri di depan untuk menarik perhatian orang banyak. Mengapa Kau menanyakan sesuatu yang jelas?” -ucap Chung Myung

‘……Chung Myung-ah.’ -batin Baek Chun

Kemudian Tetua Keuangan mendekati mereka dengan senyum lebar.

“Kurasa semuanya sudah berkumpul, jadi mari kita mulai. Jika kita mengambil terlalu banyak waktu, itu akan menjadi bumerang.” -ucap Tetua Keuangan

“Ya kita harus bergegas.” -ucap Chung Myung

Chung Myung mengangguk dan menunjuk ke depan.

“Cepat dan ambil posisi.” -ucap Chung Myung

Murid-murid Gunung Hua, yang pada akhirnya tidak bisa melarikan diri, menghela nafas serempak. Sangat jelas bahwa mereka tidak ingin melakukannya.

Lalu seseorang berkata.

“Maafkan aku, Dojang-nim. Sepertinya aku telah membuatmu terlibat dalam banyak masalah…” -ucap Wei So-haeng

Mata para murid Gunung Hua beralih ke pria yang membuka mulutnya itu.

Wei So-haeng, dan di belakangnya, Wei Lishan menundukkan kepala dengan wajah yang meminta maaf.

Wajah murid-murid Gunung Hua berubah total saat melihat pemandangan seperti itu.

“Apa yang kalian bicarakan? Itu wajar saja bagi kami saat ini!” -ucap para murid

Kalian bisa duduk dan menunggu kami kembali.” -ucap Baek Chun

Wajah Baek Chun, yang telah kusut selama ini, telah menjadi wajah seorang seniman bela diri. Dia menganggukkan kepalanya perlahan dengan wajah percaya diri yang juga Nampak penuh kesialan.

“Tidak buruk memberi Xian sekilas tentang ilmu pedang Gunung Hua. Jangan khawatir.” -ucap Baek Chun

“…Dojang.” -ucap Wei So-haeng

“Ayo pergi!” -seru Baek Chun

“Ya, Sahyung!” -sahut para murid

“Ya, Sasuk!” -sahut para murid

Murid Gunung Hua, yang dipimpin oleh Baek Chun, mulai mengikutinya sekaligus.

Chung Myung tersenyum melihat pemandangan itu.

Inilah mengapa murid-murid Gunung Hua menarik.

Melangkah. Melangkah.

Baek Chun, yang melangkah maju dengan langkah percaya diri, menarik napas dalam-dalam dan melihat sekeliling. Terasa tenang di sekitar.

Orang-orang Xian menatap mereka dengan antisipasi dan rasa ingin tahu.

“Namaku Baek Chun, murid kelas dua Gunung Hua.” -ucap Baek Chun

“Oh! Itu Pedang Keadilan!” -seru para warga Xian

Dalam hal hasil, Baek Chun tidak hanya di bawah Chung Myung, tetapi juga Yoon Jong atau Yoo Iseol. Tapi di sini di Xian, dia bisa menerima evaluasi yang lebih tinggi dari mereka.

Karena…

“Pria itu adalah Pedang Keadilan! Dia mengalahkan Jin Geum Ryong!” -seru para warga

Ini karena ada rekor mengalahkan bintang naik terbaik dari Sekte Ujung Selatan.

Semakin banyak orang mulai maju. Julukan Pedang Keadilan mulai mengerahkan kekuatannya. Inilah mengapa orang Kangho berusaha keras untuk mendapatkan reputasi.

“Hari ini kita akan mendemonstrasikan seni bela diri Gunung Hua di sini. Aku ingin menyapa penduduk Xian yang belum pernah melihat pedang Gunung Hua, jadi silakan dinikmati.” -ucap Baek Chun

Chung Myung dan Tetua Keuangan menjulurkan lidah mereka dari belakang seolah-olah lidah mereka telah dilumasi dengan minyak.

“Dia bilang dia tidak akan melakukan itu beberapa waktu lalu yang lalu.” -ucap Chung Myung

“Selalu ada seseorang yang melakukannya sendiri.” -ucap Tetua Keuangan

Bukankah Baek Chun yang bahkan berkata “Berdedikasi” tidak cukup untuk menggambarkannya? Ketika orang seperti itu menemani para murid dan membuka mulutnya di garis depan, sebuah gambar yang tidak bisa tidak diperhatikan oleh siapa pun.

La-Lalu ……..” -ucap Baek Chun tergagap

Tepat saat Baek Chun memulai.

“Minggir! -teriak Nam Jamyoung

Minggirlah sebentar!” -teriak Nam Jamyoung

“Ah! Siapa yang terus mendorong…. Ma– Maafkan aku!” -teriak Nam Jamyoung

Untuk sesaat, ada keributan di antara kerumunan, dan beberapa kelompok mendorong ke depan.

“Hmmm?” -sontak Chung Myung

Mata Chung Myung.

Mereka adalah cabang Sekte Pemimpin Sekte Ujung Selatan yang meninggalkan peringatan di Sekte Huayin kemarin.

“Apa yang Kau lakukan di sini!?” -teriak Nam Jamyoung

Nam Jamyong, pemimpin Sekte Bulan Barat, berteriak.

Namun, sebelum dia sempat berbicara lagi, Tetua Keuangan membuka mulutnya.

“Munju Sekte Bulan Barat.” -ucap Tetua Keuangan

“…….”

“Aku Tetua Keuangan, tetua dari Sekte Gunung Hua. Aku tidak banyak bicara tentang acara kemarin di Sekte Huayin, tapi ini adalah acara Gunung Hua. Bolehkah Aku melanjutkannya sekarang?” -ucap Tetua Keuangan sedikit mengancam

Nam Jamyong diam.

Kalau dipikir-pikir, semua orang yang keluar dengan pedang adalah murid dari Sekte Gunung Hua.

“I-Itu….” -ucap Nam Jamyong tergagap

Dia bisa melawan Sekte Huayin.

Tapi dia tidak bisa melawan Sekte Gunung Hua.

Bukan berarti mereka tidak tahu seberapa kuat Gunung Hua sekarang.

Kata Tetua Keuangan sambil menyeringai.

“Yah, aku senang Kau ada di sini. Selagi Kau di sini, mari kita lihat sekilas pedang Gunung Hua. Baek Chun-ah tolong dimulai.” -ucap Tetua Keuangan

Baik.” -sahut Baek Chun

Baek Chun menatap Munju yang terdiam dengan mata yang sedikit tenang. Dan berkata.

“Memalukan untuk menunjukkan pedangku di depan banyak Pemimpin Sekte, tapi …….” -ucap Baek Chun

Sudut mulutnya, yang terentang dengan baik, sedikit melengkung.

“Aku akan menunjukkan kepadamu pedang yang tidak mengecewakan kaiian.” -ucap Baek Chun

Baek Chun, dengan bahu terentang, menghunuskan pedangnya.

Mengenakan ikat kepala dan memegang pedang, sosoknya seperti lukisan yang indah.

“Ooh!” -seru para warga

“Itu keren sekali.” -seru para warga

Mereka yang menyaksikan Baek Chun memandangnya dengan mata penuh kekaguman.

Dan.

Chung Myung yang memandangnya dari belakang hanya menggelengkan kepalanya

“Ini dia.” -ucap Chung Myung

‘dasar tukang pamer.’ -batin Chung Myung


** 20 Chapter terbaru KLIK TRAKTEER**


 
**JOIN GRUP TELEGRAM**
https://t.me/Tetuasektegununghua

Comment

Options

not work with dark mode
Reset