Join channel kami untuk informasi ter-update: Channel Telegram Tetua Sekte
Project utama: Return of Mount Hua Sect Bahasa Indonesia
MANHWA CHAPTER 77 lanjut baca di novel Chapter 124, gas kan!

Return of The Mount Hua – Chapter 326

Return of The Mount Hua – Chapter 326

Gunung Hua dengan Jalan Miliknya Sendiri (bagian 1)

Suasana mulai mendingin.

Apa yang diharapkan orang-orang di sini?

Mereka ingin melihat bintang yang sedang naik daun yang akan bertanggung jawab atas masa depan Kangho bersaing dengan semua yang mereka miliki.

Di hadapan pemuda yang bersinar, pasti ada kepolosan yang bisa dilihat dalam seni bela diri Kangho.

Namun, semua yang mereka harapkan terlihat berbeda dari yang ada di arena

Apa yang terjadi di sini?

Semua orang tidak bisa menyembunyikan kebingungan mereka.

Bahwa Chung Myung secara sepihak menyudutkan Hye Yeon bahkan tanpa menggunakan pedang.

Dan salah satu dari Tujuh Puluh Dua Seni Bela Diri Unik, salah satu yang mewakili Shaolin, Tangan Illahi Seratus Langkah, dihancurkan dengan tangan kosong?

Tentu saja, fakta-fakta ini juga membingungkan.

Namun, hal yang paling mengejutkan bagi mereka yang berkumpul di sini sekarang adalah suasana berat yang turun di panggung itu.

Suasana yang berat dan suram itu secara halus membebani para penonton.

Tapi itu tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang dirasakan para Pemimpin Sekte di podium.

“Hm.”

Heo Do-jin akhirnya tidak bisa menahan diri dan mengerang pelan.

– Ini tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang telah diderita Gunung Hua.

Kata-kata itu menusuk paru-paru Heo Do-jin dengan tajam.

Tanpa sadar, dia melihat sekelilingnya.

Orang yang melihat ke panggung dengan wajah yang tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dan, seperti Heo Do-jin, orang yang tidak bisa menyembunyikan ketidaknyamanan mereka dengan wajah yang serasa ditusuk.

Kedua jenis orang ini bercampur menciptakan suasana yang sangat halus.

Tapi yang benar-benar mengejutkan Heo Do-jin adalah sebagian besar Pemimpin Sekte yang tampaknya tidak tahu apa-apa tentang yang terjadi saat ini.

“Apa mereka lupa?” –ucap Heo Do-jin

Apa sudah banyak yang lupa? –ucap Heo Do-jin

“Hoho.”

Heo Do Jin tersenyum.

Ini baru seratus tahun.

Bagi Heo Do-jin, Gunung Hua adalah sekte yang dia hormati dari lubuk hatinya. Itu tidak terlihat di luar, tetapi menyengat setiap kali dia melihatnya.

Tetapi…….

‘Apakah mereka benar-benar lupa alih-alih menyembunyikannya?’ –batin Heo Do-jin

Nah, itu kemungkinan.

Karena ‘kata itu’ tidak akan tersampaikan. Karena ‘kata itu’ mereka tidak akan diberitahu.

Tidak mudah untuk menyampaikan perbuatan kotor mereka sepenuhnya kepada generasi mendatang. Apalagi, Gunung Hua sedang dalam kondisi runtuh. Jika mereka hanya menutup mulut dan menghilang, mereka pikir perbuatan kotor sekte akan terkubur tanpa jejak sama sekali.

Tapi Gunung Hua merangkak kembali dalam keputusasaan itu.

Dan sekarang pemuda ini bertanya.

Apakah kami benar-benar bangga dengan semua itu?

Betulkah?

Heo Do-jin menggelengkan kepalanya perlahan. Matanya tertuju pada Chung Myung, yang tidak tahan dengan amarahnya.

kemarahan itu.

Kebencian itu.

Bagaimana dia bisa tidak mengerti?

Bagaimana jika Heo Do-jin berada di posisi yang sama dengan Chung Myung?

Bagaimana jika Wudang telah mengorbankan segalanya untuk menyelamatkan dunia, dan dunia yang diselamatkan itu menutup mata dan mengabaikan mereka? Bagaimana jika mereka yang dalam bahaya kehancuran?

Tidak ada lagi yang perlu dipikirkan.

‘Aku mungkin akan menjadi Ashura.’ –batin Heo Do-jin

Dia akan menjual jiwanya kepada iblis untuk mengutuk dan menghancurkan Sepuluh Sekte Besar.

Dia bisa melihat betapa bertekadnya Gunung Hua untuk berjalan di jalannya. Sungguh sulit bagi seseorang yang terasing dan dijauhi untuk berjalan di jalan yang benar tanpa mengutuk orang lain.

Dan…….

‘Kemarahan yang telah ditekan harus meledak melalui Hye Yeon sekarang.’ –batin Heo Do-jin

“Hmmm ……. Hmmm.” –lantun Tang Gun-ak

Suara dingin menembus ke telinga kiri Heo Do-jin.

Dia memutar kepalanya sedikit.

Tang Gun-ak, kepala Keluarga Tang, membuka mulutnya lagi, menatap panggung dengan wajah dingin.

Tentu saja, dalam posisi Pemimpin Sekte, ada kalanya kau harus menoleh untuk mengetahui apa yang telah terjadi. Tetapi jika hati mu tidak tergelitik ketika kau menoleh, Kau tidak pantas menjadi bagian dari Sekte Keadilan.” –ucap Tang Gun-ak

Kata-kata tajam itu membuat suasana di podium menjadi lebih mencekam.

Yang mengetahui keadaan diam karena mereka tahu, dan yang tidak mengetahui keadaan tidak membuka mulut karena tidak tahu.

Mereka hanya menatap Chung Myung dengan perasaan hancur.

“Kubilang Bangun!!!!.” –ucap Chung Myung

Hye Yeon secara naluriah tersentak mendengar suara bernada rendah itu dan mengangkat tubuhnya.

Keringat dingin terbentuk di dahinya.

Tinju Ilahi Seratus Langkah tidak berefek. ‘ –batin Hye Yeon

Itu adalah sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan.

Tinju Ilahi.

Secara harfiah, seni bela diri yang mengandung kekuatan dewa.

Menghancurkan gunung dan membelah laut.

Namun, kekuatan untuk menghancurkan gunung, tebasan yang membelah laut, terkoyak tak berdaya di depan energi merah tak dikenal itu.

Matanya mulai bergetar karena kebingungan.

“Kembalilah ke posisi semulamu.” –ucap Chung Myung

“…….”

Suara yang menembus telinganya seolah membekukan hatinya.

Kedinginan yang jelas dalam suara itu memunculkan emosi yang belum pernah dirasakan Hye Yeon sebelumnya.

‘Ini…’ –batin Hye Yeon

Takut.

Perasaan yang tidak pernah dia rasakan sejak dia besar di pelukan Shaolin. Ketakutan yang mengerikan membuat seluruh tubuhnya kaku.

“Bahumu kaku.” –ucap Chung Myung

“…….”

“Woi.” –ucap Chung Myung

Chung Myung memperlihatkan giginya.

“Kau bisa mendengarku? Bahumu kaku.” –ucap Chung Myung

“Ah…….” –sontak Hye Yeon

Baru saat itulah Hye Yeon tersentak dan sadar dan melihat kondisinya.

‘I- Ini … … .’ –batin Hye Yeon

Ada banyak kekuatan di seluruh tubuhnya. Sampai-sampai otot miliknya menyusut dan mengeras seperti batu.

Ttok.

Keringat menetes dari dagunya ke atas panggung.

“Aku tidak ingin mendengar alasan seperti aku tidak bisa menunjukkan keahlianku karena aku gugup.” –ucap Chung Myung

Hye Yeon menatap kosong ke arah Chung Myung.

“Tenangkan dirimu. dan Tunjukkan semua yang kau bisa. Aku pikir begitulah cara kemarahanku akan hilang.” –ucap Chung Myung

Kepala Hye Yeon porak-poranda.

“Apa yang kamu bicarakan?” –ucap Hye Yeon

Dia tidak mengerti.

Mengapa dia begitu marah?

Dan bagaimana seseorang bisa memancarkan rasa dingin sebanyak itu dari seluruh dirinya?

Tidak, lebih dari apapun……

Bam!

Pada saat itu, Chung Myung maju sebentar. Hye Yeon secara refleks berlari ke arah Chung Myung tanpa mengatur pikirannya.

“Taaaat!”

Wajahnya sekarang sedikit terdistorsi setelah menegang.

Dia berdiri dengan kebanggaan Shaolin di pundaknya. Tidak ada seorang pun di Shaolin yang meragukan bahwa dia akan menjatuhkan lawan dan menang.

Harapan Shaolin ada di pundaknya.

Sekte yang memimpin dunia adalah Shaolin tidak peduli apa kata orang. Mereka yang membawa dunia di punggung mereka tidak bisa menjadi seperti orang lain.

Jadi dia tidak bisa kalah.

Dia tidak bisa!

Paaang!

Tinjunya, yang terlempar ke udara, meledak di udara dan menciptakan suara ombak yang tajam.

Pukulan yang sangat cepat.

Sebuah tinju penuh energi yang kuat terbang ke arah wajah Chung Myung seolah-olah akan menghancurkan semua yang menyentuhnya.

Tapi Chung Myung hanya menatap Hye Yeon dengan tatapan dingin hingga tinjunya hampir menyentuh wajahnya.

Tak.

Telapak tangan Chung Myung menyentuh tinju yang terbang tepat di depan wajahnya.

Tinju Hye Yeon segera kehilangan momentum dan meledak ke udara.

Tapi kali ini, Hye Yeon juga tidak terkejut.

Dia sudah mengerti pasti bahwa keterampilan lawan telah mencapai titik di mana dia tidak pernah bisa diremehkan.

Hye Yeon membalikkan tubuhnya dengan sumbu tinju yang meledak di udara dan langsung menendang sisi Chung Myung. Di antara Arhat Fist, itu adalah metode yang disebut Prostate Tiger Leg.

Tapi tinju Chung Myung mengenai dada Hye Yeon tepat sebelum kakinya bisa berbalik. Kaki terlipat yang tidak bisa meregang lurus terlempar ke belakang dengan sia-sia tanpa bisa mengumpulkan kekuatan.

Tiga serangan berturut-turut diikuti.

Kaki Chung Myung menendang paha, samping, dan bahu Hye Yeon satu demi satu, yang belum mengambil posisi.

Di tengah pertandingan itu, Hye Yeon entah bagaimana Hye Yeon berhasil memblokir kaki yang terbang ke paha dan sampingnya, tetapi dia tidak punya pilihan selain membiarkan pukulan ke bahunya.

Ppaak!

Rasa sakit seperti dipukul oleh tongkat besi besar menghantam bahunya dan membuat seluruh tubuhnya mati rasa.

“Keuk!”

Hye Yeon menggigit bibirnya erat-erat. Kemudian dia mencoba melakukan serangan balik.

Tapi kaki Chung Myung sekali lagi terbang lebih cepat ke arah wajahnya.

Sweeek!

Kaki Chung Myung menyentuh tepat di atas kepala Hye Yeon, yang membungkuk dengan putus asa.

Rasanya seperti kepalanya terbakar.

Tapi Hye Yeon adalah Hye Yeon. Tidak mungkin dia hanya dipukuli.

Hye Yeon, yang dengan cepat menyentuh tanah dengan tangannya, menyebarkan energinya untuk melakukan Arhat Fist dan mengangkat tangannya ke dagu Chung Myung seolah-olah dia sedang berputar.

Paaang!

Tinju Hye Yeon meluncur melewati dagu Chung Myung.

Hye Yeon menggigit bibirnya erat-erat.

Menghindar. Dia pasti bisa menghindarinya. Namun, dia tidak akan mampu menangani serangan berturut-turut yang mengikutinya dengan punggung tertekuk.

Hye Yeon melemparkan dirinya ke depan dan menghancurkan dada Chung Myung yang terbuka.

kuung!

Chung Myung yang menyilangkan tangannya, menahan bahu Hye Yeon tetapi didorong ke belakang seolah tidak bisa sepenuhnya melepaskan kekuatan yang terkandung di dalamnya.

“Haaap!”

Kuuung!

Tanah pecah dan Hye Yeon melangkah maju, dan cahaya api yang luar biasa mulai memancar dari jari kakinya.

Segera setelah itu, tubuhnya bangkit dari tanah dan terbang menuju Chung Myung dengan kecepatan yang luar biasa.

“Tendangan Tertinggi!”

Heo Do-jin berteriak dan membuka matanya lebar-lebar.

Tendangan yang tampaknya tidak penting itu adalah salah satu dari Tujuh Puluh Dua Seni Bela Diri Unik Shaolin, Jurus Tertinggi.

Seni bela diri Shaolin, mengejar Dharma dalam kesederhanaannya, mungkin terlihat biasa di luar, tetapi mengandung kekuatan yang kuat di dalamnya.

Hye Yeon, yang terbang seperti elang yang meluncur ke arah mangsanya, menendang kepala Chung Myung dengan kakinya yang berapi-api.

Kwaa!

Energi kuat yang tercurah menyapu tubuh bagian atas Chung Myung dengan suara seperti air terjun yang mengalir.

Itu tidak berakhir di sana. Hye Yeon segera melayangkan dirinya ke udara dan mundur.

Uuuung!

Tubuh Hye Yeon yang mengambil sikap setengah telapak tangan dan diwarnai dengan aura emas cerah.

“Ya Tuhan!” –lantun Heo Do-jin

Seluruh energi didorong ke depan seperti fantasi oleh Hye Yeon, yang melantunkan dengan keras.

Semua orang yang mengenali seni bela diri melompat dari tempat duduk mereka.

“Tidak mungkin!” –seru penonton

“Ya ampun…!” –seru penonton

Heo Do-jin memelototi Hye Yeon dengan mata merah.

Suara seperti erangan keluar dari mulutnya.

“Tapak Tangan Buddha?” (Mirip kaya Kungfu Hustle)

Bahkan di Shaolin, tidak ada seorang pun yang menguasai seni bela diri itu dalam waktu 100 tahun. Ini adalah seni tertinggi di antara Tujuh Puluh Dua Seni Bela Diri Unik.

Apakah dia bahkan menguasai itu?

Terlihat jelas bahwa tangan emas dari kecemerlangan Hye Yeon berkembang jauh lebih besar dari manusia dalam sekejap.

Seolah-olah Sang Buddha, yang telah turun ke dunia ini, sedang mengajar langsung dengan tangannya sendiri. Sosok telapak tangan raksasa menutupi tubuh Chung Myung yang telah terdorong keluar.

Kwaaang!

Seluruh panggung meledak.

Batu biru padat itu benar-benar pecah berkeping-keping dan tersebar ke segala arah.

Para penonton yang menonton disambar petir di langit yang kering. Pecahan batu biru dicurahkan ke penonton.

“Argh!” –eragh Tetua Sekte

Para master yang sedang menonton pertandingan di antara kerumunan terpental dan menendang puing-puing yang melayang ke udara.

Beberapa puing benar-benar tak terbendung dan terkunci di kursi penonton, tapi untungnya, tidak ada yang terluka parah.

Meskipun gempar, lingkungan tidak menjadi berisik.

Jauh dari membuat keributan, penonton malah menahan napas dan tidak bisa mengalihkan pandangan dari panggung.

Ini hanya alami.

Beraninya ada orang yang melihat pemandangan yang terbentang di atas panggung?

Sebuah panggung yang cukup besar untuk beberapa ratus orang berdiri. Di panggung raksasa yang terbuat dari batu biru, yang sangat keras, cetakan tangan besar terukir seolah-olah Dewa Surgawi telah memukulnya.

‘Apakah itu seni bela diri shaolin?’

‘… … Ini adalah kekuatan Shaolin.’ i

Di depan kekuatan Telapak Tangan Buddha yang diciptakan kembali menggunakan tubuh Hye Yeon, semua orang yang menyaksikan kehilangan kata-kata.

Mereka tidak punya pilihan selain menyadari bagaimana Shaolin telah mempertahankan posisinya selama ratusan tahun sebagai kepala utara Kangho.

Bahkan murid Gunung Hua tercengang. Mereka bergantian menyaksikan panggung yang hancur dan Hye Yeon dengan mata kosong.

Kemudian seseorang bergumam pelan.

“…Bagaimana dengan Chung Myung?”

Mendengar kata-kata itu, semua murid Gunung Hua tersentak dan melihat ke belakang.

Yoon Jong berteriak di atas panggung dengan mata gemetar.

“Chu- Chung Myung ……!”

“Diam.”

Namun, kata dingin menghentikan Yoon Jong.

Itu adalah Baek Chun.

Dia duduk dengan wajah kaku menatap panggung.

“Sasukkk!”

“Diam.”

Baek Chun mengunyah.

“Lihatlah wajah Hye Yeon.”

Setelah hanya melihat jejak tangan dan debu di atas panggung, mereka menoleh ke arah Hye Yeon.

Dan kemudian mereka menyadari.

‘Apakah dia sakit?’

Biru?

Jika itu adalah orang yang memancarkan kekuatan dan ketegangan seperti itu, wajar saja jika berdiri dengan wajah gembira. Bahkan jika dia bertindak arogan, tidak ada yang bisa menudingnya.

Namun wajah Hye Yeon membiru seolah sedang dikejar sesuatu.

Dengan kata lain.

Puing-puing batu biru yang pecah tampak bergetar, dan Chung Myung perlahan bangkit dari bawahnya.

“Cuhhh!”

Kemudian dia meludahkan air liur bernoda darah dan menyisir rambutnya yang terurai. Rambut acak-acakan jatuh ke belakang dan mata mengerikan terungkap.

Berkedut.

Setelah menerima tatapan itu, Hye Yeon menyusut dan mundur.

“Huuk……”

Tubuhnya basah oleh keringat, dan sekarang dia bahkan tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya.

Tapak Buddha.

Tidak mungkin bagi manusia biasa dapat menahan kekuatannya. Tidak, itu seharusnya tidak mungkin.

Tetapi…….

Tapi bagaimana dia bisa berdiri tegak seperti itu?

Gruduk Gruduk.

Chung Myung perlahan berjalan keluar dari reruntuhan. Batu-batu yang hancur diinjak-injak di kakinya, menciptakan suara mengerikan seolah-olah ada tulang yang patah.

“Aku menikmatinya.”

Chung Myung tersenyum dengan gigi terbuka.

Darah menetes ke kepalanya dan membasahi wajahnya. Tidak ada cara lain untuk mengungkapkan pemandangan wajah berlumuran darah dan gigi putih kecuali kata menyeramkan.

“Jadi…….”

Chung Myung mengulurkan tangannya ke samping.

Pecahan batu bergetar, dan Pedang Plum Chung Myung, yang telah terkubur di dalamnya, tertarik ke tangan Chung Myung seolah-olah terbang.

“Mari kita selesaikan ini dengan sesuatu yang menarik juga.” –ucap Chung Myung

Seureuruk.

Pedang Plum ditarik perlahan, sangat lambat.

Tong!

Chung Myung, yang melemparkan sarungnya ke tanah, menggantung Pedang Plum di tangannya dan melihat ke langit.

Cheon Mun Sahyung.

“Jangan bilang aku kekanak-kanakan.” –ucap Chung Myung

“Aku juga tidak berpikir apa yang aku lakukan sekarang sangat dewasa.” –ucap Chung Myung

Chung Myung menutup matanya sedikit.

Keheningan singkat.

Saat dia membuka matanya lagi.

Pedang di tangannya mulai menggambar aura lembut seperti ilusi.


** 20 Chapter terbaru KLIK TRAKTEER**


 
**JOIN GRUP TELEGRAM**
https://t.me/Tetuasektegununghua

Comment

Options

not work with dark mode
Reset