Aku Masih Menjadi Tembok Penghalang-mu (Bagian 3)
“Tidak mungkin ada kekalahan lagi.” –ucap Jong Nigok
Raut wajah dingin terlihat jelas melalui mata Jong Nigok.
Murid Sekte Ujung Selatan mengangguk dengan wajah gugup.
“Aku tidak ingin kalian memenangkan apa pun. Tapi ada baiknya jika kalian bisa, dan sayang sekali sekali jika kalian tidak bisa. Tapi,ketika kalah dari Gunung Hua semuanya berbeda.” –ucap Jong Nigok
Ketika kata “kekalahan” dari gunung hua terdengar, Jong Seo-han di sudut tersentak dan menundukkan kepalanya.
Jong Nigok melirik ke arahJong Seo-han dengan dingin.
“Tidak masalah jika kalian kalah dari sekte lain. Tapi kita seharusnya tidak kalah dari Gunung Hua lagi. Orang-orang di Jungwon adalah orang-orang yang melebih-lebihkan kata-kata mereka hanya dengan melihat hasilnya. Jika kita kalah dari Gunung Hua lagi, Sekte Ujung Selatan akan dianggap sebagai “sekte” yang gagal dan dibawah Gunung Hua. Apa kalaian bisa menanggung penghinaan ini?” –ucap Jong Nigok
“Tentu saja tidak.” –balas Jin Geum Ryong
Ketika Jin Geum Ryong menjawab dengan wajah dingin, Jong Nigok mengangguk seolah-olah dia menyukainya.
“Jin Geum Ryong.” –panggil Jong Nigok
“Ya, Pemimpin Sekte.” –sahut Jin Geum Ryong
“Terutama kau, jangan sampai kalah.” –ucap Jong Nigok
“Aku akan mengingatnya.” –balas Jin Geum Ryong
Tatapan Jong Nigok menyapu Jin Geum Ryong dan Jin Cho-baek yang duduk di belakangnya.
“… dan jangan biarkan perasaan pribadimu membuatmu mendapat masalah.” –ucap Jong Nigok
“Itu tidak akan pernah terjadi. Aku akan mengalahkan mereka semua dan memulihkan kehormatan Sekte Ujung Selatan.” –ucap Jin Geum Ryong
“Bagus.” –ucap Jong Nigok
Jong Nigok masih mengangguk. Kemudian dia menoleh dan menatap Isong Baek.
“Isong Baek. Hal yang sama berlaku untukmu juga.” –ucap Jong Nigok
“Ya, Pemimpin Sekte.” –sahut Isong Baek
“Aku tidak berharap banyak darimu. Tapi pastikan kau tidak kalah.” –imbuh Jong Nigok
Harapannya berbeda.
Mungkin ada alasan lain, tapi Isong Baek tahu itu.
Dia tidak terlalu dibatasi karena apa yang dia pelajari adalah seni bela diri sekte ujung selatan di masa lalu.
Murid yang unik.
Itulah situasi Isong Baek yang dapat dideskripsikan dengan kata-kata.
“Aku tidak akan membiarkan apa pun mencemari kehormatan Sekte UjungSelatan.” –ucap Isong Baek
Namun, dia hanya menjawab dengan tenang.
Dengan kata-kata itu, Jong Nigok tidak lagi memperhatikan Isong Baek.
“Mereka yang meningkatkan kehormatan kita akan diberi hadiah yang layak, dan mereka yang mencemari kehormatan kita akan diberi hukuman yang layak. Buktikan dirimu bahwa kamu tidak malu dengan namamu dan Sekte Ujung Selatan.” –ucap Jong Nigok
“Kami akan mengingatnya, Pemimpin Sekte.” –balas para murid
Jong Nigok memandang semua orang dengan mata dingin lalu diadengan cepat keluar.
Kemudian, murid-murid Sekte Ujung Selatan lainnya menghembuskan nafas mereka yang telah mereka tahan.
Isong Baek, yang melihatnya dari belakang, menutup matanya dengan tenang.
‘Bagaimana semuanya bisa jadi seperti ini?’ –batin Isong Baek
Ini suram.
Dingin sekali.
Sekte Ujung Selatan di masa lalu tidak seperti ini.
Namun, setelah kekalahan telak di Konferensi Jonghwa, Sekte Ujung Selatan tampaknya telah menjadi sekte yang berbeda.
“Isong Baek.” –panggil Sama Seung
Isong Baek menatap suara memanggilnya.
“Tetua Sama.” –sahut Isong Baek
Sama Seung, yang memimpin Sekte Ujung Selatan di Cabang Jonghwa di masa lalu, menatapnya dengan mata kosong. Setelah kekalahan telak pada saat itu, Sama Seung tampak kuyu seolah-olah dia telah berusia satu abad.
Apakah ini yang dimaksud bahwa wajah mencerminkan hati?
Di masa lalu, Sama Seung adalah orang yang tegas dan dingin, tetapi dia masih punya waktu untuk berbuat baik pada para murid. Tapi sekarang hanya ada kegugupan dalam dirinya.
“Ikuti aku.” –ucap Sama Seung
“…… Iya.” –balas Isong Baek
Isong Baek mengangguk dalam diam dan mengikuti Sama Seung keluar.
Sama Seung, yang memasuki hutan lama setelah meninggalkan kuil Shaolin menatap Isong Baek,
“Kau tahu siapa lawanmu?” –tanya Sama Seung
“Ya, dia Naga Gunung Hua.” –balas Isong Baek
“Jangan mengucapkan nama panggilan terkutuk di depanku.” –ucap Sama Seung
“…… Iya.” –ucap Isong Baek
Kesuraman di wajah Sama Seung sangat jelas.
Julukan “Naga Gunung Hua ” diperoleh oleh Chung Myung dari Konferensi Jonghwa setelah dia dengan mengalahkan murid kelas dua dari Sekte Ujung Selatan.
Dengan kata lain, itu seperti daftar yang penuh dengan penderitaan terhadap mereka.
“Ya, pria bernama Chung Myung itu adalah lawanmu. Apa kau yakin bisa mengalahkannya?” –tanya Sama Seung
Isong Baek tidak menjawab.
Kalahkan Chung Myung?
“… Aku hanya akan mencoba yang terbaik.” –jawab Isong Baek
“Aku tidak perlu jawaban bimbang. Jawab. Apa kau yakin bisa mengalahkan Chung Myung?” –tanya Sama Seung lagi
Isong Baek menghela nafas pelan.
“……Tidak.” –balas Isong Baek
“Kurasa memang begitu.” –ucap Sama Seung
Seolah-olah dia memiliki jawaban yang dia inginkan, Sama Seung mendorongnya tanpa memberinya istirahat.
“Seperti yang kau tahu, tidak ada yang bisa menghentikannya sekarang di Sekte Ujung Selatan.” –ucap Sama Seung
“…….”
“Bukan hanya kau, bahkan Jin Geum Ryong tidak bisa mengalahkannya. Aku yakin kau tahu, kan?” –ucap Sama Seung
“…… Iya.” –ucap Isong Baek
Isong Baek menjawab dengan suara kecil.
“Tapi Sekte Ujung Selatan harus mengalahkannya. Tidak, menang itu penting, tapi dia harus dibunuh.” –ucap Sama Seung
“T-Tetua.” –ucap Isong Baek
“Dengarkan dulu!” –seru Sama Seung
“…… Iya.” –ucap Isong Baek
Rasa dingin melintas di mata Sama Seung.
“Gunung Hua dan Sekte Ujung Selatan lahir dengan nasib yang satu gagal ketika yang lain berkembang. Sekte Ujung Selatan jatuh ketika Gunung Hua mengamuk, dan ketika kita berada di puncak, Gunung Hua berada di ambang kehancuran. Apa kau tahu itu?” –ucap Sama Seung
“…… Bagaimana bisa …….” –ucap Isong Baek
“Tidak dapat disangkal kenyataannya. Jika Kau tidak mengakui kebenaran, Kau sama saja seprti tidak dapat melakukan apa-apa.” –ucap Sama Seung
Kata Sama Seung sambil menggertakkan giginya.
“Kau harus tahu. Sekarang Sekte Ujung Selatan kehilangan kekuatannya. Setelah Konferensi Jonghwa, Sekte Ujung Selatan kehilangan vitalitas dan cahaya. Gunung Hua, di sisi lain, bangkit kembali dari situasi yang tampaknya telah benar-benar runtuh. Inilah kenyataannya. ” –ucap Sama Seung
Isong Baek menundukkan kepalanya.
Bahkan jika itu benar, dia tidak bisa mengerti mengapa Sama Seung memanggilnya sejauh ini dan mengatakan ini.
Saat itu, Sama Seung memandang Isong Baek dengan mata penuh arti dan membuka mulutnya.
“Seberapa jauh kau bisa berjuang untuk Sekte ujung Selatan?” –tanya Sama Seung
“… Apa maksud anda?” –tanya Isong Baek
“Secara harfiah. Jika aku memintamu untuk memberikan hidupmu untuk Sekte UjungSelatan, maukah kau tinggal?” –ucap Sama Seung
Isong Baek mengangguk sambil menatap Sama Seung.
“Saya mau.” –balas Isong Baek
“Bagaimana jika aku memintamu untuk melepaskan kehormatanmu?” –tanya Sama Seung
“Saya mau.” –balas Isong Baek
“Kalau begitu, bisakah kau menyerahkan segalanya untuk Sekte Ujung Selatan? Bahkan jika sisa hidupmu akan berada di bawah aib?” –tanya Sama Seung
“Saya tidak akan ragu.” –balas Isong BAEK
Sama Seung memiliki senyum amis di bibirnya.
“Ya, jika kau adalah murid dari Sekte Ujung Selatan, Kau memang harus melakukannya.” –ucap Sama Seung
Sama Seung menyodokkan tangannya ke lengan baju dan mengeluarkan botol kecil.
“Ambillah.” –ucap Sama Seung
Isong Baek tidak bisa mengulurkan tangannya begitu saja dan dia menatap botol milik Sama Seung.
“Apa ini?” –tanya Isong Baek
“Tidak ada yang perlu dikatakan. Untuk saat ini, ambillah.” –balas Sama Seung
Isong Baek sedikit ragu-ragu dan akhirnya menerima botol kecil itu. Sama Seung menatapnya dengan mata kosong dan berkata,
“Taruh di pedangmu sebelum kau pergi ke pertandingan besok.” –ucap Sama Seung
“…Tetua?” –tanya Isong Baek
“Jangan tanya apapun.” –balas Sama Seung
Sama Seung berkata dengan tegas. Matanya tampak berkilauan dengan kecemerlangan yang aneh.
“Sebuah rahasia lebih baik diceritakan dengan lebih sedikit orang. Kau bahkan tidak perlu tahu apa itu. Jika ada masalah, kau harus menjawab bahwa kau tidak tahu apa-apa.”
“Tetua, ini …….” –ucap Isong Baek
“Apa kau tidak memberitahuku? Bahwa kau tidak untuk meninggalkan semua yang kau miliki?” –tanya Sama Seung
Isong Baek menggigit bibirnya.
Tentu saja, dia siap mengorbankan hidupnya demi Sekte Ujung Selatan.
Tapi bukankah itu dan ini masalah yang berbeda?
“Tertua, sepertimya racun ini tidak akan berefek untuk dia, lalu menggunakan hal seperti itu akan menurunkan reputasi Sekte Ujung Selatan…..”
“Itu bukan racun.” –ucap Sama Jeung
“… benarkah?” –icap Isong Baek
Sama Seung memasang senyum kemenangan di sekitar mulutnya.
‘Apakah semuanya menjadi seperti ini?’ –batin Isong Baek
Ini korupsi.
Kenapa Sekte Ujung Selatan, yang dulu menganjurkan kerja sama dan kebenaran, menggunakan trik murahan seperti itu?
“Tetua, saya … ….” –ucap Isong Baek
“Isong Baek.” –panggil Sama Seung
Sama Seung memotong kata-katanya dengan dingin.
“Apakah kau akan melanggar perintah sektemu?” –ucap Sama Jeung
“…….”
“Lagipula kau tidak bisa menjadi Jin Geum Ryong. kau tidak diharapkan oleh tetua, dan sekarang kau akan mundur. Jika kau benar-benar ingin membalas budi tetua, Kau harusnya tidak perlu ragu untuk menempatkan diri seperti sekarang.” –ucap Sama Seung
Barusan adalah suara yang tidak menyenangkan.
“Kau tidak akan mengkhianati misi yang diberikan oleh Tetua kita yang membesarkan dan mengajarimu, kan?” –ucap sama seung
Mata Isong Baek bergetar hebat.
“Lakukan apa yang diperintahkan oleh mereka. Maka semuanya akan baik-baik saja.” –ucap Sama Seung
Isong Baek hendak membuka mulutnya mendengar kata-kata tegas pada Sama Seung.
Lalu suara dingin datang dari belakang punggung mereka.
Wajah-wajah yang dikenalnya terlihat di mata keduanya, yang menoleh karena terkejut.
“Ji-Jin Geum Ryong.” –ucap Isong Baek Chun
“Sahyung?” –ucap Sama Seoung
Jin Geum Ryong mendekat dengan wajah dingin seolah-olah dia telah mengenakan sarung tangan besi buatan tangan. Dan mengulurkan tangan ke Isong Baek.
“Berikan padaku.” –ucap Jin Geum Ryong
“Sahyung?” –ucap Sama Seung
“Apa kau tidak mendengarkanku?” –ucap Jin Geum Ryong
Isong Baek diam-diam menyerahkan botol di tangannya. Kemudian begitu Jin Geum Ryong menerimanya, dia melemparkannya ke tanah dan menginjak-injaknya.
Kratak!
Botol itu pecah dan cairan di dalamnya berserakan di tanah.
“A-Apa yang kau lakukan?” –teriak Sama Seoung
Sama Seung berteriak. Tapi Jin Geum Ryong hanya menjawab dengan dingin.
“Tampaknya Pemimpin Sekte menjauh dari Tetua Sama Seung baru-baru ini. Anda mulai pikun sekarang. Jika anda ketahuan melakukan trik ini di depan semua orang, Sekte Ujung Edge akan menanggung aib selamanya.” –ucap Jin Geum Ryong
“Bukankah aku mengatakan bahwa kita tidak akan tertangkap?” –ucap Sama Seoung
“Tetua.” Ucap Jin Gum Ryong
Jin Geum Ryong menatap tajam ke arah Sama Seoung.
“Dia yang telah menjadi satu sama fakultas, ‘Kau harus membalas kebaikannya?'” –ucap Jin Geum Ryong
“Iya! Lalu kenapa kalian masih tidak mengerti juga!?” -teriak Sama Seoung
Dengan wajah mengeras, dia berkata dengan paksa seolah mengunyah.
“Jangan sentuh Saje-ku.” –seru Jin Geum Ryong
“…….”
Mata Sama Seung berkilat marah. Tapi Jin Geum Ryong tidak mundur satu inci pun. Dia hanya menatap Tetua di depannya dengan tatapan dingin.
“…… Dasar bodoh.” –ucap Sama Seung
Akhirnya, Sama Seung mengertakkan gigi dan berbalik.
Dan dia pergi tanpa melihat ke belakang.
Jin Geum Ryong, yang mengawasi punggungnya sampai dia menghilang, bergumam.
“Bodoh…….” –gumam Jin Geum Ryong
Tidak lama kemudian matanya beralih ke Isong Baek.
“Sahyung …….” –ucap Isong Baek
“Jangan berpikir untuk membicarakan dia lagi.” –ucap Jin Geum Ryong
“…….”
“Waktu luang seorang pria berasal dari gudang, dan waktu luang seorang seniman bela diri berasal dari seni bela diri. Berapa banyak orang yang dapat mempertahankan kewarasan mereka ketika sekte yang mereka percayai sepanjang hidup mereka terguncang?” –ucap Jin Geum Ryong
“… aku tidak tahu dan tidak menyalahkannya sedikitpun.” –ucap Isong Baek
“Cukup.” –ucap Jin Geum Ryong
Jin Geum Ryong membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi. Isong Baek buru-buru memanggilnya dan menghentikannya.
“Sa- Sahyung.” –panggil Isong Baek
“…….”
Jin Geum Ryong berhenti berjalan.
“Terima kasih telah membantuku …..” –ucap Isong Baek
“Jangan salah sangka.” –ucap Jin Geum Ryong
Dia melihat ke belakang dan menggeram.
“Aku hanya tidak bisa membiarkan Sekte Ujung Selatan menggunakan trik murahan seperti itu. Aku akan mematahkan Chung Myung dengan tanganku sendiri. Aku tidak butuh bantuanmu atau apa pun.” –ucap Jin Geum Ryong
“…… Iya.” –ucap Isong Baek
“Dan.” –ucap Jin Geum Ryong
Jin Geum Ryong ragu-ragu sedikit tidak seperti sebelumnya. Kemudian dia berbicara dengan suara rendah.
“Isong Baek.” –panggil Jin Geum Ryong
“Ya, Sahyung.” –sahut Isong Baek
“Aku tidak menyukaimu.” –ucap Jin Geum Ryong
“…….”
“Tetapi bahkan jika aku tidak menyukaimu, kau adalah Saje-ku dan aku adalah Daesahyung-mu. Sudah menjadi tugas alami ku untuk menjaga Saje agar tidak menempuh jalan yang salah. Aku akan melindungimu jika kau berada dalam krisis, suka atau tidak suka. Itulah pola pikir yang harus saya miliki sebagai orang yang akan menjadi Pemimpin Sekte.” –ucap Jin Geum Ryong
“Sahyung.” –panggil Isong baek
Jin Geum Ryong, yang melakukan kontak mata dengan Isong Baek, membuat suatu pernyataan.
“Chung Myung adalah tembok yang tidak bisa kau lampaui.” –ucap Jin Geum Ryong
“…… aku tahu.” –ucap Isong Baek
“Pukul dan hancurkan. Aku akan mengahancurkan mereka.” –ucap Jin Geum Ryong
“…….”
Dengan mengatakan itu, dia turun gunung tanpa melihat ke belakang.
Isong Baek menghela nafas rendah saat dia menatap bagian belakang Daesahyung-nya.
Sahyung.
Faktanya, orang yang paling banyak berubah sejak Konferensi Jonghwa adalah Jin Geum Ryong.
Obsesinya pada Chung Myung bahkan membuat ngeri mereka yang menonton.
Sekarang, bahkan ada orang yang meremehkannya di Sekte Ujung Selatan.
Hanya saja
‘Namun demikian, Sahyung tetaplah Sahyung.’ –batin Isong Baek
Isong Baek memejamkan mata.
‘Bisakah aku menariknya kembali?’ –batin Ison Baek
Bisakah sekte yang berubah ini dikembalikan ke masa lalu?
Dia belum tahu.