Join channel kami untuk informasi ter-update: Channel Telegram Tetua Sekte
Project utama: Return of Mount Hua Sect Bahasa Indonesia
MANHWA CHAPTER 77 lanjut baca di novel Chapter 124, gas kan!

Return of The Mount Hua – Chapter 264

Return of The Mount Hua – Chapter 264

Ada Apa dengan para bajingan ini? (bagian 4)

 

“Ini dia.” -ucap seorang anggota kuil shaolin

 

“Terima kasih.” -ucap pemimpin sekte

 

“Tidak perlu berterima kasih. Lalu, Anggap seperti rumah sendiri. Untuk rincian jadwal acara kali ini akan aku beritahu Anda pada malam hari, pertemuan antar pemimpin sekte akan dilaksanakan besok. Dan jika Anda memiliki ketidaknyamanan, Anda dapat memberi tahu orang yang bertanggung jawab disini.” -jelas biksu itu

 

“Baiklah.” -Balas pemimpin sekte

 

“Aku permisi dahulu.” -ucap biksu itu

 

Biksu Shaolin, yang bertanggung jawab untuk memandu, menundukkan kepalanya dan pergi keluar.

 

Ketika biksu itu pergi, murid-murid Gunung Hua melihat sekeliling.

 

“Mereka memberikan ruangan tamu secara terpisah.” -ucap Un Gum

 

 

 

“Aku rasa mereka memberikan kita sebuah ruangan tamu seperti ini karena kita memiliki plakat emas. Karena para pemegang undangan silver, mereka sepertinya ditempatkan menjadi satu di tempat yang besar.”

 

Un Gum mengangguk pada kata-kata tetua keuangan.

 

Ini semua karena Chung Myung yang protes sebelumnya sehingga mereka mendapatkan plakat emas, jika mereka tetap mendapatkan undangan silver, kita tidak bisa menghindari banyak perhatian dan keramaian.

 

“Namun, Shaolin tetaplah Shaolin.”

 

“Benar. Tidak akan mudah untuk menampung begitu banyak orang, tetapi saya tidak percaya mereka memberi kita sebuah ruangan. Sulit membayangkan berapa banyak aula dan kuil Buddha yang ada.”

 

Hari ini saja, mereka dikejutkan oleh kekayaan yang dimiliki kuil Shaolin.

 

“Aku mendengar bahwa akan ada pertemuan Pemimpin Sekte besok, dan tampaknya kompetisi akan diadakan mulai lusa.”

 

“Benar, pusat sebenarnya adalah kompetisi bela diri, tetapi karena memiliki bentuk kompetisi kelas dunia, maka harus disiapkan dengan baik.”

 

Pemimpin sekte tersenyum pahit.

 

Dia sedikit kawatir ketika melihat para muridnya terlihat seperti seorang bandit gunung yang akan mencuri patung budha.

 

“Tetua keuangan.”

 

“Ya, Pemimpin Sekte.”

 

“Biarkan anak-anak membongkar barang bawaannya dan beristirahat. Aku punya sedikit urusan untuk dilihat-lihat.” -ucap pemimpin sekte

 

“Ya, Pemimpin Sekte. Jangan khawatir.” -ucap tetua keuangan

 

Selanjutnya tetua keuangan menginstruksikan para murid untuk membongkar barang bawaan mereka.

 

Tetua keuangan mendekati Baek Chun dan Yoon Jong

 

Aku punya tugas penting untuk kalian…”

 

Baik tetua!” -balas keduanya

 

“Sebagai senior tertua dari setiap kelas….!”

 

“Jangan biarkan Chung Myung menjauh darimu bahkan untuk sedetik pun!” – Ucap tetua keuangan

 

“….…”

 

Keduanya terdiam

 

Selanjunya tetua keuangan mendekati Chung Myung sambil tersenyum.

 

“Aku tidak meragukanmu, tetapi ini bukan tempat untuk mendapatkan pujian, kita harus menjaga wajah kita disini. Ingatlah hal ini dan jangan pernah menimbulkan masalah.” -ucap tetua keuangan

 

“Ei, Penatua. Aku bukan anak kecil.” -kata Chung Myung

 

“……”

 

Itu masalah karena dia bukan anak kecil. Berapa banyak yang akan ditimbulkan jika Chung Myung adalah anak kecil?

 

“Ngomong-ngomong, semua Pemimpin Sekte dari setiap sekte berkumpul di sini, dan para murid dari setiap sekte berkerumun di sekitar sini. Jadi berhati-hatilah untuk tidak membuat masalah. Apakah kalian mengerti?” – Sambung tetua keuangan

 

“Siap, Tetua”

 

Selanjutnya para murid dan tetua mulai melanjutkan aktifitas membongkar barang bawaan mereka sebentar.

 

Ketika para tetua sudah meninggalkan ruangan istirahat….

 

“Kedua Tetua dan instruktur Un Gum tampaknya telah pergi.” -kata Baek Sang

 

Seperti yang dikatakan Baek Sang, Baek Chun, bertanya-tanya

 

“Kemana mereka pergi?”

 

“Entahlah….…” -jawab baeksang

 

Kemudian Chung Myung tiba tiba muncul layaknya hantu ditengah tengah mereka.

 

“Ayo pergi.” -kata Chung Myung

 

“hah?” -Baek Chun kaget

 

“Ayo pergi!” – Ucap Chung Myung lagi

 

Baek Chun mendistorsi wajahnya.

 

“Apa yang kau katakan? Apakah kau tidak mendengar apa yang dikatakan tetua barusan?” -tanya Baek Chun

 

“Memangnya apa kata mereka?” -ucap Chung Myung

 

“Dia menyuruhmu untuk tidak membuat masalah!” -tegas Baek Chun

 

“Ck ck. Inilah alasan kenapa kau harus mendengarkan perkataan orang dengan baik. Sekarang aku akan bertanya kepada mu, apa yang tetua perintahkan?” -tanya Chung Myung

 

“Hah?”

 

Baek Chun memiringkan kepalanya.

 

“Mereka menyuruhmu untuk tetap berada di sisiku dan tidak menimbulkan masalah.” -Kata Chung Myung

 

“Ya, itulah yang tetua katakan!” -kata Baek Chun

 

“Apakah tetua mengatakan bahwa kita tidak boleh keluar dari ruangan ini?” -tanya Chung Myung

 

“…… ehh?” -kata Baek Chun

 

‘Hah?’

 

Setelah perdebatan singkat akhirnya Baek Chung setuju untuk sedikit berkeliling bersama sama murid yang lainnya.

 

“Sebaiknya, kita semua bergerak bersama.” -Ucap Baek Chun kepada seluruh murid

 

“Apa? Kenapa tiba-tiba……” -tanya para murid

 

Baek Chun menoleh dan menatap Chung Myung.

 

“Aku tidak bisa menghentikan bajingan itu seorang diri.”

 

“….…”

 

Semua orang memandang Chung Myung dan mengangguk.

 

“Baiklah mari kita pergi!”

 

Ini adalah keputusan yang masuk akal pada pandangan pertama.

 

Namun, saat ini, Baek Chun tidak tahu sama sekali.

 

Betapa salahnya keputusan ini.

 

“Oh, ini adalah barang antik.” -kata seorang murid

 

“Bahkan jika aku tidak mengerti seni, aku pikir itu berumur beberapa ratus tahun”

 

Murid-murid Gunung Hua mulai berkerumun dari satu tempat ke tempat lain. Untungnya, interiornya tidak terlalu rumit, tidak seperti gerbang, di mana banyak sekali pengunjung.

 

Para biksu Shaolin yang sibuk terlihat di sana-sini, dan hanya ada beberapa murid dari sekte yang diundang yang melihat ke dalam Shaolin seperti murid Gunung Hua.

 

“Senior! Lihat itu patung Buddha!” -ucap seorang murid

 

“Dasar bodoh! Itu cuma budha yang terbuat dari batu!” -balas murid lainnya

 

“Buddha Batu itu adalah patung Buddha! Apa bedanya?”

 

“Berbeda!”

 

Baek Chun tersenyum ketika dia melihat murid-murid Gunung Hua mengobrol dengan penuh semangat.

 

‘Kampungan.’

 

Sungguh melegakan bahwa tidak ada orang lain di sekitar sini. Dia tidak ingin menunjukkan perilaku ini kepada siapa pun.

 

Baek Chun adalah orang yang sangat bangga dengan Gunung Hua daripada siapa pun di dunia …. Pasti ada cacat pada batu giok, dan sifat manusialah yang tidak ingin menunjukkannya kepada orang lain.

 

“Mengapa kuil ini begitu luas? Butuh waktu lama untuk sampai ke ujungnya.”

 

‘Gunung Hua juga besar, teman-teman.’

 

‘Mengapa kalian terlalu melebih lebihkan?’

 

“Hei, apakah mungkin seratus orang bisa muat di kuil ini?”

 

Saat mereka berjalan jalan disekitar aula kuil budha, entah mengapa mereka bertemu dengan kelompok lain.

 

“Siapa mereka?” -kata seseorang dari kelompok lain

 

“Apakah mereka dari kampung?”

 

Para murid Gunug Hua segera menoleh serempak mendengar suara yang menusuk itu.

 

“Nani..??!!!”

 

Mungkin mereka tidak tahu bahwa semua orang dapat mendengar bisikan kecil itu.

 

Baek Chun mengangkat tuduhan itu.

 

‘Kalian memang pantas disebut seperti itu.’ -batin baek chun

 

Bagaimanapun, ini adalah saat ketika dia mencoba membalikkan keadaan tanpa harus meningkatkan situasi.

 

“…… Gunung Hua?” -Kata seseorang

 

Mereka membuat wajah aneh ketika mereka melihat pola bunga plum yang disulam di dada muridnya. Dan ekspresi itu dengan cepat berubah menjadi cibiran yang mencolok.

 

“Aku bertanya-tanya siapa mereka itu, ternyata mereka dari Sekte Gunung Hua. Jangan bilang Gunung Hua juga diundang? Shaolin bilang mereka siap untuk apa saja, jadi mereka sama sekali tidak salah.”

 

Baek Sang memandang keduanya seolah-olah dia tercengang.

 

“Siapa mereka?” -tanya Baek Sang

 

“Hah? Sa-Sahyung. Mereka …….”

 

“Hmm?”

 

Baek Sang menyipitkan matanya.

 

‘Apa?’

 

Matanya menangkap pola bergelombang di dada kanan mereka.

 

Tiga pola gelombang disulam dengan warna biru.

 

Hanya ada satu sekte di dunia yang menggunakan tanda itu sebagai simbol sekte tersebut.

 

“Tiga gelombang biru! Sekte Hainan !” -ucap Baek Sang

 

Wajah murid-murid Gunung Hua mengeras saat menyebutkan Sekte Hainan.

 

Yang paling dibenci murid Gunung Hua di dunia ini adalah Sekte ujung selatan, tidak peduli apa yang dikatakan orang lain.

 

Ada sekte lain yang paling ingin dikalahkan oleh para murid Gunung Hua.

 

Itu adalah Sekte Hainan.

 

“Hah? Kenapa semua orang terlihat seperti itu?” -Tanya Chung Myung

 

“itu karena orang orang dari Hainan.” -ucap Baek Chun

 

“Kenapa memangnya?” -tanya Chung Myung

 

‘Hainan itu salah satu dari Sepuluh Sekte Besar.’

 

“Sepuluh Sekte Besar …. Sekte Hainan berasal dari Sepuluh Sekte Besar?” -Ucap Chung Myung memastikan

 

Baek Chun menganggukkan kepalanya.

 

“Sekte Hainan-lah yang menempati peringkat Sepuluh Sekte Besar setelah sekte Gunung Hua disingkirkan.” – kata Baek Chun

 

“Apaa!?” -Kata Chung Myung

 

‘Jika diingat ingat, aku merasa pernah mendengar sesuatu seperti Sekte Hainan. Karena aku tidak tertarik padanya jadi aku tidak terlalu mengingatnya.’ -batin Chung Myung

 

Mempertimbangkan hal ini, dia memahami reaksi para murid. Hainan adalah tempat yang mengingatkan mereka pada realitas Gunung Hua.

 

Gelar itu dapat diperoleh kembali kapan saja jika mereka sudah memulihkan kekuatan mereka sendiri, jadi tidak perlu menunjukkan permusuhan …

 

Saat itulah.

 

“Apa! Apa yang terjadi disini?” -Kata murid hainan

 

“Hei! kumpulkan semua murid!” -teriak salah satu murid hainan

 

Murid-murid Hainan mulai berbondong-bondong ketika mereka melihat puluhan orang berkumpul di depan rekan mereka.

 

“Hah?”

 

Dan dalam sekejap, konfrontasi tercipta.

 

Wajah Baek Chun sedikit bingung.

 

‘Oh, aku seharusnya tolak ajakan Chung Myung tadi ….?’

 

Tetua memberi tahu mereka untuk tidak membuat masalah. Pemimpin Sekte juga.

 

Segalanya menjadi sedikit lebih besar dari yang dia kira, tetapi dia harus menyelesaikannya dengan baik entah bagaimana.

 

Namun, murid dari Sekte Hainan mulai bergumam di antara mereka sendiri.

 

“Apa yang terjadi?” -tanya seorang murid senior sekte hainan

 

“Senior besar, itu adalah murid Gunung Hua.”

 

“Apa?”

 

Seorang pria yang dipanggil senior besar membuka matanya dan melihat ke arah murid Gunung Huua.

 

Baek Chun menghela nafas rendah.

 

‘Mengapa kalian melihat kami seperti itu?’

 

Jika seseorang harus marah, itu adalah Sekte Gunung Hua. Mereka tidak harus menunjukkan permusuhan kepada seseorang yang telah mereka posisikan.

 

Omong omong.

 

“Senang bertemu denganmu. Aku murid kelas dua Gunung Hua ….…” -ucap Baek Chun terputus

 

“Apakah sekte yang sudah hancur merangkak sampai ke sini untuk mengambil sesuatu untuk dimakan?” -tanya orang yang dipanggil senior besar

 

“……Namaku……. hah?!, Bajingan, Hei. Kemarilah, coba sedikit mendekat kesini.” -tantang Baek Chun

 

Ketika Baek Chun menjadi marah, Yoon Jong dan Jo-Gol buru-buru meletakkan tangan mereka di pundaknya.

 

“Sasuk.”

 

“Tenang.”

 

“Iya.”

 

Baek Chun yang marah menghela nafas pada hal yang menghalangi.

 

Tetapi pihak yang berlawanan tampaknya tidak memiliki niat untuk berhenti.

 

“Jika aku adalah orang yang disingkirkan dari Sepuluh Sekte Besar, aku akan meletakkan papan nama sekte ku karena malu, tetapi Kalian merangkak jauh-jauh ke sini tanpa rasa malu. Bagaimana bisa sekte Gunung Hua yang paling terkenal di dunia sampai ke titik ini?” -ledek Senior besar

 

“Hahahahaha!” -tawa murid sekte hainan

 

“Jangan lakukan itu. Sahyung. Kudengar mereka kelaparan. Bukankah liar mereka akan keluar setelah hanya mendengar suara nasi?”

 

“Dapurnya ada di sana. Cepat pergi. Seharusnya ada nasi dingin yang tersisa!”

 

Tubuh Baek Chun bergetar.

 

Ini bukan gemetar karena marah, tapi lebih mengarah ke rasa kawatir.

 

Memang benar bahwa kata-kata mereka tidak salah, tetapi Baek Chun tidak begitu dangkal sehingga bisa marah karena hal ini … Tidak, dia hanya sedikit kesal, tapi dia tahan dengan ini.

 

Masalahnya adalah …

 

“Hmm? Siapa para bajingan ini?” -Kata pahlawan kita Chung Myung

 

Ada seorang pria di sini yang tidak memiliki kesabaran untuk menanggung itu.

 

Dia juga yang paling berbahaya.

 

Baek Chun menoleh perlahan. Tidak mengherankan, mata Chung Myung bergerak-gerak.

 

“… Chu-Chung Myung.” -ucap Baek Chun terbata bata

 

Chung Myung tersenyum dan menjilat bibirnya dengan lidah terjulur.

 

“Jangan khawatir, Sasuk. Aku tidak akan pernah menyebabkan masalah.”

 

“Ya, kamu harus tahan dengan itu.”

 

“Tetapi.”

 

“…… ya?”

 

“Sekte kita telah dihina, apakah aku bisa diam ketika mereka melakukan itu?” -tanya Chung Myung

 

“…….”

 

“Apakah para bajingan ini menghina sekte Gunung Hua?” -Murid murid Gunung Hua lainnya mulai emosi

 

“…….”

 

Baek Chun perlahan menoleh ke depan.

 

Tapi entah bagaimana kepalanya bengkok, sama seperti Chung Myung.

 

“Hei bajingan.” -panggil Baek Chun

 

“Hm?” -respon murid hainan

 

Kata-kata Baek Chun menarik perhatian murid-murid Sekte Hainan secara serempak.

 

“Beraninya kalian orang hainan mengatakan hal seperti itu?” -tambah baek chun

 

“Hahaha, Apakah dia gila?” -kata murid hainan

 

“Cukup.”

 

Baek Chun melambaikan tangannya.

 

“Jangan membodohi diri kita sendiri. Segalanya tidak akan menjadi baik jika kita terus berbicara disini.”

 

Yoon Jong dan Jo-Gol menghela nafas lega.

 

‘Ya, seperti yang diharapkan dari senior Baek Chun… .’

 

Saat itulah.

 

Puuk!

 

Baek Chun mencabut pedang yang dikenakannya di pinggangnya dan menancapkannya di lantai.

 

“Jadi Majulah, aku tidak akan terlalu kasar dengan kalian, paling tidak kalian akan masih bisa merangkak sampai ke Hainan.” -Ledek Baek Chun

 

“…….”

 

Yoon Jong dan Jo-Gol saling memandang kembali.

 

‘…… Ya, itu benar, pria itu juga tidak waras.’

 

‘Saya terus lupa karena citra lamanya …..’

 

Mereka adalah dua orang yang sangat menyadari fakta mengejutkan itu.

 

BERSAMBUNG 😛


** 20 Chapter terbaru KLIK TRAKTEER**


 
**JOIN GRUP TELEGRAM**
https://t.me/Tetuasektegununghua

Comment

Options

not work with dark mode
Reset