Join channel kami untuk informasi ter-update: Channel Telegram Tetua Sekte
Project utama: Return of Mount Hua Sect Bahasa Indonesia
MANHWA CHAPTER 77 lanjut baca di novel Chapter 124, gas kan!

Return of The Mount Hua – Chapter 262

Return of The Mount Hua – Chapter 262

Ada Apa dengan para bajingan ini? (bagian 2)

 

“Hnng.”

 

Tetua sekte menekan dahinya pusing karena masalah yang Chung Myung buat.

 

Kemudian dia membuka mata dan berteriak kepada Chung Myung.

 

“Angkat tanganmu dengan lurus !?” – kata pemimpin

 

Chung Myung mengangkat tangannya lagi.

 

Dia dihukum karena masalah yang dilakukan saat mereka berkunjung ke penginapan Zhongyue.

 

“Bisa bisanya kau tidak menahan diri untuk membuat kekacauan!” – teriak pemimpin sekte

 

Mereka duluan yang menghina sekte Gunung Hua!” -Ucap Chung Myung membela diri

 

“Orang ini masih berani membantah!” -ucap tetua marah

 

Ughh” -erang tetua sekte sempoyongan

 

Tetua sekte hampir terjatuh dan pingsan, saat itu Hyun Sang dengan cepat membantunya.

 

“Apakah Anda baik-baik saja, Pemimpin Sekte?” -tanya Hyun Sang

 

“Ugh……. Sepertinya rentang hidupku semakin berkurang.” -kata pemimpin sekte

 

Hyun Sang memandang pemimpin dengan ekspresi khawatir di wajahnya, tetapi tetua keuangan yang menonton adegan itu dari samping sangat kesal.

 

“Kau telah sedikit kelewatan tetua, Daripada itu, mengapa kau membuat anak kesayangku itu kelaparan? Bahkan jika kau menghukumnya, kau tetap harus memberinya makan. Chung Myung, bangunlah. dan Makanlah!” – ucap tetua keuangan

 

Kemudian tetua sekte mengangkat suaranya lagi.

 

“Aku sedang menghukumnya sekarang ….!”

 

Tapi pemimpin tersentak dan berhenti berbicara.

 

Itu karena tetua keuangan menatapnya dengan mata merah.

 

Tatapannya seperti dapat memakan tetua sekte

 

“Pemimpin Sekte.” -panggil tetua keuangan

 

“…… Y-ya?”

 

Tetua merespons dengan gemetar terhadap suara suram itu.

 

“Apakah Anda lupa momen saat Gunung Hua kehabisan makanan, kenangan berburu binatang liar dan menggali akar pohon bersama para murid?” -tanya tetua keuangan

 

“…… Tidak, aku tidak lupa.” -ucap pemimpin

 

“Tahukah Anda apa yang aku putuskan ketika sekte Gunung Hua yang sangat aku banggakan bersusah payah menggali akar umbi umbian karena tidak punya apa-apa untuk dimakan?” -tanya tetua keuangan

 

“Aku-aku tidak tahu?”

 

Hyun Young mengatupkan giginya dan berkata.

 

“Aku berjanji pada diriku bahwa jika aku dapat memperbaiki keuangan sekte ini, aku tidak akan membuat para murid kelaparan bahkan jika artinya aku harus mati. Tidak masalah jika Anda menghukum mereka, tetapi aku harap Anda tidak membuat mereka melewatkan waktu makan mereka. Apakah Anda mengerti yang aku katakan pemimpin?” -tanya tetua keuangan

 

“…… Iya.”

 

Baru saat itulah tetua keuangan, yang mengendurkan wajahnya, kembali menatap Chung Myung dengan senyum lebar.

 

“Chung Myung. Pergi dan makanlah dulu. Ayo.” -kata tetua keuangan

 

“Baik!”

 

Chung Myung melompat dan berlari ke meja yang penuh dengan daging. Melihat itu, tetua sekte memegang kepalanya seolah kesakitan.

 

‘Dosa apa yang aku lakukan dalam kehidupanku sebelumnya ….?’ -batin pemimpin sekte

 

Dengan nafas yang dalam, dia menoleh dan menatap tetua keuangan dan Chung Myung.

 

“Baiklah ……. Yah, kurasa aku tidak pernah mengalami kesulitan …….”

 

Saat itulah.

 

“Tetua, bisakah aku pesan alkohol?” -tanya Chung Myung

 

“Ya, ya! Pesan saja! Makan yang banyak” -Jawab tetua keuangan

 

“nyam nyam nyam!”

 

“Bagus bagus itulah Anakku.” -ucap tetua keuangan

 

tetua sekte menutup matanya dengan erat.

 

Lalu matanya beralih ke salah satu sudut ruangan.

 

Ketika dia melihat seseorang yang bibirnya robek dan matanya menjadi lebam, pemimpin sekte berkata.

 

“… Maafkan saya.”

 

“T-Tidak apa,,,.” – kata pria tikus

 

Jo Malsaeng, dihajar Chung Myung sebelumnya, melambaikan tangannya dengan wajah tidak nyaman.

 

Mun Pyeong, pria berwajah seperti kuda yang duduk di sebelahnya, membuka mulutnya dengan senyum pahit.

 

“Jangan khawatir, Pemimpin Sekte. Kangho adalah tempat di mana seseorang akan tetap diam bahkan jika leher mereka ditebas ketika mereka ketahuan menghina sebuah sekte? Terima kasih telah menyelesaikannya dengan cara ini.” -ucap pria kuda

 

“Ugh…… tapi tetap saja …” -ucap pemimpin

 

“Temanku ini juga harus belajar sesuatu dari kejadian ini. aku pikir suatu hari aku harus memberinya omelan yang baik karena dia biasanya berbicara dengan sangat ceroboh ….…” -kata pria kuda

 

Mun Pyeong mengintip kembali ke jo Malsaeng.

 

Pria tikus itu hanya bisa cemberut seolah-olah dia memiliki sesuatu untuk dikatakan tentang hal itu.

 

“Ck ck.”

 

Mun Pyeong mendecakkan lidahnya.

 

‘Baiklah, aku tahu ini akan terjadi sekali.’ -batin pria kuda

 

Di atas segalanya, di Kangho, seseorang harus berhati-hati dengan mulutnya sendiri. Mereka yang berbicara sembarangan pasti akan menyinggung perasaan orang atau kelompok lain.

 

Gunung Hua adalah bagian dari sekte Taois dan tempat yang mengaku sebagai faksi keadilan, Jika dia bertemu dengan pria yang jahat, pasti dia akan dipotong di tempat dan bahkan tidak bisa membuat alasan.

 

Tapi yang mengejutkan adalah ….…

 

Mata Mun Pyeong sedikit berubah. Dia bisa melihat Chung Myung duduk di atas meja dan minum dengan gembira.

 

‘Naga gunung Hua.’

 

Dia mendengar banyak rumor tentangnya, tetapi dia tidak berharap kebanyakan rumor itu ternyata benar.

 

Faktanya, Jo Malsaeng (pria tikus), yang duduk di sebelahnya, adalah orang yang lumayan kuat, tidak seperti mulutnya yang ringan. Tapi dia bisa dipukuli seperti itu tanpa bisa melawan.

 

Serangan mendadak?

 

‘Tidak mungkin.’

 

Tidak ada yang salah dengan serangan mendadak seniman bela diri. Ini adalah dasar bagi siapa saja yang tinggal di Kangho untuk selalu bersiap menghadapi serangan mendadak yang tersembunyi dalam kegelapan.

 

Jo Malsaeng bukanlah orang yang tidak memahami hal ini, jadi itu berarti dia kalah dengan adil.

 

‘Kekuatan sekte Gunung Hua lebih dari rumor aku dengar.’ -batin pria kuda

 

Mungkin Gunung Hua akan membawa badai ke Kompetisi Murim.

 

‘Bukan hanya Naga gunung hua.’

 

Matanya beralih ke murid-murid Gunung Hua, yang sedang makan daging di sebelah Chung Myung.

 

“Pelayan! Lebih banyak daging di sini!” -ucap murid

 

“Pangsit juga!” -ucap murid lainnya

 

“Alkohol! Alcohoool ….…” -ucap seorang murid kelas 2

 

Mata Baek Chun melotot, dan murid kelas dua, yang berteriak meminta alkohol, membungkuk bersembunyi dalam-dalam.

 

 

‘Ini sedikit berbeda dari Sekte Gunung Hua yang aku pikirkan …..’

 

Ketika membayangkan bagaimana sekte Gunung Hua, itu seperti …….

 

kelompok taoist yang sedikit lebih rendah dari aliran taoist sekte wudang, dan kelompok pendekar pedang kebajikan yang sangat bangga pada ilmu pedangnya. Tapi sekarang, di matanya, Gunung Hua tampak terlihat seperti …….

 

“Mereka seperti bandit.” -ucap pria tikus

 

“Ya, seperti band ……. tutup mulutmu!” -Ucap pria kuda

 

“…….”

 

“Pemimpin Sekte. kami sangat menyesal jika Anda sehingga menyebabkan Anda merasa bersalah seperti itu meskipun kami telah melakukan kejahatan. aku akan meminta maaf atas nama orang ini, jadi tolong maafkan kami.” -ucap pria kuda

 

“Baiklah.” -jawab pemimpin sekte

 

Pria kuda itu tersenyum cerah.

 

“Aku dan temanku yang banyak bicara ini sering disebut informan handal di Kangho. Kami bisa dengan mudah mendapatkan informasi tentang kompetisi bela diri ini, jadi kami akan memberi tahu Anda ketika kami mendengar cerita rahasia tentang Kompetisi Murim untuk membalas kesalahan kami.”

 

“Saya akan menghargainya jika kau bisa melakukan itu.” -ucap pemimpin sekte

 

Mun Pyeong tersenyum cerah dan mengakhiri percakapan.

 

“Jika Anda mengizinkan, kami akan segera berangkat sekarang.”

 

“Apakah kamu tidak tinggal di sekitar sini?” -tanya pemimpin sekte

 

“Tidak, kami hanya mampir.” -balas pria kuda, lalu pergi keluar penginapan

 

Beberapa hari setelah itu.

 

Murid Gunung Hua akhirnya tiba di kaki Gunung Seongsan.

 

“Wowww!” -kagum para murid

 

“Seongsan!”

 

Murid-murid Gunung Hua yang melihat Gunung Seongsan berseru kagum.

 

Meskipun mungkin bukan gunung paling terkenal di dunia, namun gunung ini paling terkenal di Kangho.

 

Alasannya sederhana.

 

Itu karena kuil shaolin berada pada gunung ini.

 

Thousand Years Shaolin.

 

Sekte Buddha ini, bernama Shaolin karena terletak di Puncak Sosil dari Gunung Seongsan, dan telah memimpin daerah Kangho selama bertahun-tahun.

 

Wajar jika hati setiap orang dipenuhi dengan kegembiraan, saat mereka datang mengunjungi kuil Shaolin, yang selalu mereka dengar.

 

“Bukankah gunung ini terlihat berbeda?” -tanya seorang murid

 

“Semua gunung itu sama. Apa yang kau maksud berbeda?” -tanya murid lainnya.

 

“Tidak, tapi rasanya sangat berbeda dengan Gunung Hua. Jika Gunung Hua megah dan tinggi, Gunung Seongsan lembut dan kokoh. rasanya cukup hangat dan merangkul semua orang yang melihatnya?”

 

Itu saja sudah cukup untuk memberi murid Gunung Hua perasaan yang berbeda.

 

Disamping itu…

 

“Mengapa ada begitu banyak orang?”

 

“Aku tidak berpikir mereka adalah seorang seniman bela diri.”

 

Jalan menuju Puncak Sosil dipenuhi banyak orang dan pedagang.

 

Bagi para murid, yang selalu terbiasa dengan Gunung Hua yang terpencil dan sunyi, perbedaan ini tampak seperti dunia yang berbeda.

 

Kemudian Yoon Jong bertanya seolah bingung.

 

“Tetua, apakah Seongsan selalu memiliki pengunjung sebanyak ini?”

 

“Um, baiklah. Sesungguhnya ini pertama kalinya juga aku sendiri ke Seongsan.” -jawab tetua

 

“Biasanya tidak seperti ini. Mungkin karena ada banyak orang yang datang untuk melihat kompetisi.” -Jawab Chung Myung

 

“Benarkah?”

 

Yoon Jong kembali menatap Chung Myung, yang telah memberinya jawaban.

 

“Tapi bagaimana kau tahu itu?”

 

“… Eh. Aku pernah ke sini sekali ketika aku hidup sebagai gelandangan.” -Ucap Chung Myun tergagap

 

“Aku kesini saat itu untuk makan makanan kuil shaolin.”

 

“…….”

 

Chung Myung memandang kerumunan dan berkata dengan acuh tak acuh.

 

Baek Chun berkata dengan suara tenang.

 

“Pemimpin Sekte.” -panggil baek chun

 

“Hm?” -deham tetua

 

“Setelah Kompetisi Murim ini, Gunung Hua akan ramai seperti ini, kan?”

 

Tetua sekte tersenyum cerah.

 

“Tentu saja seharusnya memang begitu.” -kata tetua

 

“Ya, maka dari itu …..…” – saut Chung Myung

 

Chung Myung meregangkan tubuhnya.

 

“Mari kita lihat seberapa hebat sekte elit ini.” -sambung Chung Myung

 

Para Tetua menganggukkan kepala mereka.

 

Pada saat yang sama, sebuah pikiran memasuki kepala mereka.

 

Tentu saja, ini adalah pertama kalinya mereka bertemu sekte bergengsi dengan cara yang benar.

 

Tapi.

 

‘Ini pertama kalinya juga bagi mereka (sekte elit) bertemu orang ini.’

 

Menjadi lawan dari orang seperti Chung Myung.

 

Berpikir seperti itu, para Tetua sedikit merasa kasihan pada sekte sekte lain nantinya.

 

“Ayo berangkat!” -kata tetua

 

“Siap!” – ucap murid

 

Murid-murid Gunung Hua mulai mendaki Gunung Seongsan dengan tatapan tegas di mata mereka.

 

‘Kuil Shaolin.’

 

Chung Myung, yang mengikuti mereka dari belakang, sedikit menggulung sudut mulutnya.

 

‘Kalian terlalu percaya diri sampai merasa, Kompetisi ini sudah berakhir dan dimenangkan oleh kalian.’

 

‘Kompetisi Murim ini akan menjadi panggung sekte Gunung Hua, lihat saja!.’

 

Karena Chung Myung ini akan membuatnya seperti itu.


** 20 Chapter terbaru KLIK TRAKTEER**


 
**JOIN GRUP TELEGRAM**
https://t.me/Tetuasektegununghua

Comment

Options

not work with dark mode
Reset