Translatator: Chen
Return of The Mount Hua – Chapter 906 Rasakan Racun Ini (1)
Seolah keputusan sudah diambil, Im Sobyong akhirnya angkat bicara.
“kau tidak perlu berpikir pusing pusing.” -ucap Im Sobyong
“Hah?”-ucap Chung Myung
Saat Chung Myung bertanya balik, Im Sobyong tersenyum jahat.
“Orang-orang secara alami bersyukur ketika kau membantu mereka sekali, tetapi jika kau membantu mereka sepuluh kali, mereka mulai menerima begitu saja. Dan ketika kau tidak membantu mereka untuk kesebelas kalinya, mereka akan mengkritik dan mengutukmu.” -ucap Im Sobyong
“Seriusan? Sebenarnya kau melihat warga sipil itu seperti apa hah?” -ucap Chung Myung
“Tidak tidak, aku hanya menyebutkan sifat alami manusia. Bukankah kalian semua setuju?” -ucap Im Sobyong
Im Sobyong melihat sekeliling seolah mencari konfirmasi. Namun, yang dia temui hanyalah tatapan dingin dan penuh kebencian.
“Hahh, Bagaimanapun manusia tidak bisa menghilangkan sifat tamak itu.” -ucap Im Sobyong
“Dasar bandit bajingan.” -ucap Chung Myung
“…Kejahatan tetaplah jahat.” -ucap Jo-Gol
Mata Im Sobyong bergetar.
“Kenapa cuma aku? Apa aku satu-satunya yang berpikir begitu? Serius, hanya aku?” -ucap Im Sobyong
“Ya.” -ucap Chung Myung
“Hah?”
“Sepertinya begitu.” -ucap Chung Myung
Kepala Im Sobyong terkulai ke bawah.
Meski suara samar Im Sobyong bergumam,
“Bajingan Tao terkutuk, kenapa mereka tidak mengerti. Padahal Mereka selalu bertingkah seperti bandit, kecuali pada saat seperti ini…” -ucap Im Sobyong
terdengar, para murid Gunung Hua dengan rapi mengabaikannya. seolah-olah mereka tuli.
“Omong-omong, jadi apa maksudmu?” -ucap pemimpin sekte
“Ehem.”-ucap Im Sobyong
Im Sobyong berdeham dan melanjutkan.
“Maksudku adalah, Yang penting adalah metodenya! Ini bukan hanya tentang pengunduran diri secara tiba tiba, kita perlu membuat deklarasi yang tepat baru setelah itu mengundurkan diri dari yangtze.” -ucap Im Sobyong
“Deklarasi?” -ucap Chung Myung
“Ya. kau ingat apa yang terjadi jika kau tidak memberikan bantuan untuk yang kesebelas kalinya, kan?”-ucap Im Sobyong
“kau dikritik.”-ucap Chung Myung
Im Sobyong mengangguk, matanya bersinar karena tekad.
“Ya! Jika kau tidak membantu mereka, kau akan menerima hinaan. Tapi bagaimana jika kau dengan berani menyatakan mulai sekarang bahwa kau tidak akan membantu lagi dan mundur?” -ucap Im Sobyong
“…Bukankah kau akan tetap dihina dengan cara yang sama?” -ucap Chung Myung
“Hehehe. Pemikiranmu kecil sekali. kau salah!”-ucap Im Sobyong
“Kemudian?”-ucap Chung Myung
Sambil tersenyum lebar, Im Sobyong menjawab.
“kau akan dihina lebih parah lagi. Seolah-olah mereka ingin membunuhmu…” -ucap Im Sobyong
“Hei, dasar bajingan…!” -ucap Chung Myung
Suara mendesing!
Chung Myung yang terbang melintasi udara langsung menginjak dada Im Sobyong. Im Sobyong berteriak dan terjatuh ke belakang. Karena terkejut, Lima Pedang dan Tang Gun-ak dengan cepat menundukkan Chung Myung dan menyeretnya pergi.
Chung Myung, dengan mata berputar, mengaum seperti anjing penjaga yang melihat pencuri.
“Tidak, aku hanya terbawa amarah! Kenapa kau memprovokasi orang untuk marah?? Sini biar aku coba seberapa keras kepala pemimpin bandit ini!” -ucap Chung Myung
“T-tenanglah, Chung Myung!” -ucap Baek Chun
“Dia adalah Raja Nokrim! kau tidak bisa menendangnya!” -ucap Yoon Jong
“Baiklah, Chung Myung. Dia mungkin dari Sekte Jahat, tapi dia adalah orang yang memiliki posisi. Kita harus memperlakukannya dengan baik.” -ucap Tang Gun-ak
Meskipun demikian, Raja Nokrim tetaplah Raja Nokrim. Im Sobyong yang ditendang memantul seperti pegas dan bangkit kembali.
“Wow?” -ucap murid
Saat adegan itu terjadi, para murid Sekte Gunung Hua juga mengangguk setuju, berkata,
“Dia memang Raja Nokrim.” -ucap murid
“Biarkan aku menyelesaikannya… Uhuk! Uhuk! Kenapa aku tiba-tiba Uhuk… Uhuk!” -ucap Im Sobyong
Im Sobyong tiba-tiba teruhuk keras, dan darah segar muncrat dari mulutnya.
“Oh Ibu!” -ucap Im Sobyong
“Hah?”
Setelah guncangannya mereda, keheningan menyelimuti ruangan itu. Im Sobyong menatap darah yang menggenang di lantai. Kemudian, dia dengan lemah mengalihkan pandangannya ke arah Chung Myung, yang mendecakkan lidahnya.
“Kenapa dia bisa batuk darah hanya dengan satu tendangan? Bahkan ikan pun tidak bisa melakukan itu!” -ucap Chung Myung
‘Apakah dia manusia?’ -ucap murid
‘Iblis.’ -ucap murid
‘Mengapa makhluk seperti itu ada di dunia ini? Aku lebih suka berurusan dengan Jang Ilso, setidaknya Jang Ilso lebih baik!’ -ucap Im Sobyong
“Apakah kau baik-baik saja, Raja Nokrim?” -ucap Tang Gun-ak
Tang Gun-ak bertanya, dan Im Sobyong mengangguk lemah.
“Jangan khawatir, tolong jangan khawatir… Uhuk! Uhuk!” -ucap Im Sobyong
“…”
“Yang lebih penting…biarkan aku menyelesaikan apa yang akan ku katakan” -ucap Im Sobyong
Chung Myung mengangguk dengan berat hati.
“Cepat, katakan.” -ucap Chung Myung
“Seberapa jauh… yang akan kita dapat?… Uhuk. Bagaimanapun juga, orang-orang akan merasa kesal. Tapi… Uhuk! kita hanya perlu memberitahu mereka bahwa bukan kita yang harus disalahkan.” -ucap Im Sobyong
“Haruskah kita mengarahkan panah ke arah Sepuluh Sekte Besar?” -ucap Chung Myung
“Oh, itu aneh. Kenapa kau… Uhuk! Uhuk! Ahem! bertanya? Itu sudah pasti.” -ucap Im Sobyong
Im Sobyong terkekeh.
Daripada terlihat penuh kemenangan, pemandangan wajahnya tersenyum cerah dengan darah mengalir di wajahnya membuat semua orang merinding, tapi tidak ada yang tega menunjukkan fakta itu.
“Yah, ini akan berhasil. Berkat Sekte Gunung Hua yang menjaga wilayah Shaanxi dan selesai melakukan bongmun, kita punya alasan yang bagus sekarang.” -ucap Im Sobyong
“Alasan yang bagus?” -ucap Chung Myung
“Ya. Apakah ada alasan yang lebih baik untuk kembali mempertahankan tanah airmu selain mempertahankan wilayahmu sendiri? Jika Sekte Jahat merentangkan tangannya dari Hobuk ke Hanam, dan dari Shaanxi ke Sichuan, maka yang perlu kau katakan hanyalah kau kembali untuk melindungi wilayah asalmu.” -ucap Im Sobyong
“…”
Chung Myung memandang Im Sobyong dengan ekspresi penasaran.
“Kau yakin?” -ucap Chung Myung
“Dengan melakukan itu, arah kebencian akan berubah. Daripada pergi karena alesan yang tidak jelas, kita akan pergi untuk melindungi sesuatu. Lalu, bukankah seharusnya orang orang akan berpikir, siapa yang perlu menjaga wilayah itu?” -ucap Im Sobyong
“Lalu?” -ucap Chung Myung
“Ck, ck. Dasar taoist yang cuma tau bersenang senang dibalik gunung! eh.. Tidak, turunkan tinjumu. Tinju itu. uhuk! uhuk! Ini, darah, darah!” -ucap Im Sobyong
Saat Im Sobyong buru-buru mendorong kipas berdarah itu ke arahnya, Chung Myung dengan enggan menurunkan tinjunya yang sedikit terkepal. Meski begitu, tatapannya masih menunjukkan sedikit rasa jengkel.
Srakk!
Im Sobyong membuka kipas yang berlumuran darah.
“Kita harus mengingatkan para penduduk bahwa, secara umum, daerah-daerah telah dipertahankan oleh sekte mereka masing-masing. Keluarga Tang menjaga Sichuan, Gunung Hua menjaga Shaanxi, dan Wudang menjaga Hobuk. Jika kita mengingatkan mereka akan fakta-fakta ini, mereka dengan sendirinya akan mengingat bahwa Keluarga Tang telah meninggalkan wilayahnya untuk melakukan tugas tambahan.” -ucap Im Sobyong
Hyun Young mengangguk, sepertinya menyetujui saran Im Sobyong.
“Memang benar, itu sepertinya pendekatan yang lebih baik daripada sekadar menarik diri.” -ucap tetua keuangan
Namun, Baek Chun memiliki sudut pandang yang sedikit berbeda.
“Tetapi jika Sekte Jahat belum benar-benar mengincar Sichuan, bukankah terlalu berlebihan untuk berpura-pura bahwa mereka sedang diserang?” -ucap Baek Chun
“Haha. Apa yang kau bicarakan, Baek Chun dojang? Faktanya adalah, Sekte Jahat telah menyusup ke Sichuan.” -ucap Im Sobyong
“Apa katamu?” -ucap Baek Chun
Baek Chun terkejut, matanya melebar. Yang lebih kaget darinya, Tang Gun-ak segera bertanya pada Im Sobyong.
“Apakah itu benar?” -ucap Tang Gun-ak
“Ya. Aku tidak memiliki rincian pasti tentang identitas mereka, tetapi anggota Sekte Jahat telah bersembunyi di berbagai pegunungan di Sichuan, dan mengancam kehidupan orang-orang di sana.” -ucap Im Sobyong
Jika anggota Sekte Jahat bersembunyi di pegunungan, mengancam kehidupan orang-orang di seluruh Sichuan…
“Um… Anu, kau biasanya menyebut orang seperti itu apa?” -ucap Im Sobyong
“…Bandit?” -ucap Tang Gun-ak
“Hoi!” -ucap Im Sobyong
Im Sobyong melambaikan kipasnya dengan penuh semangat.
“Jangan sebutkan kalau itu bandit! Bagaimanapun, orang-orang Sekte Jahat itu akan segera menimbulkan masalah. Untungnya, sampai saat ini mereka tidak membunuh orang” -ucap Im Sobyong
Mulut Baek Chun ternganga.
Jadi, bukankah Nokrim berencana menyamar sebagai anggota Sekte Jahat dan membuat keributan di Sichuan hanya untuk memberikan alasan bagi Keluarga Tang untuk pergi?
“Tidak, apakah mereka akan tertipu dengan itu?…” -ucap Baek Chun
“Tentu saja.” -ucap Im Sobyong
“Kau yakin?.” -ucap Baek Chun
“…Ya, itu pasti” -ucap Im Sobyong
Jika Sekte Jahat ada di pegunungan, mereka adalah bandit. Jika mereka berada di dekat sungai, mereka adalah bajak laut. Dan di ladang, mereka adalah bandit kuda.
Ini tidak seperti mereka memiliki tulisan “bandit” di wajah mereka, jadi bagaimana seseorang bisa tahu dari mana anggota Sekte Jahat itu berasal jika mereka hanya mengganti pakaiannya?
“Baiklah…” -ucap Tang Gun-ak
Tang Gun-ak mengangguk seolah dia ada benarnya.
Baik skalanya besar atau kecil, jika rumor menyebar bahwa Sekte Jahat telah menimbulkan masalah di Sichuan, tidak ada yang bisa menyalahkan Keluarga Tang karena kembali ke Sichuan. Lagi pula, bukankah Sichuan adalah tanggung jawab Keluarga Tang? Siapa yang bisa menuntut agar mereka meninggalkan Sichuan dan terus melindungi tanah orang lain?
Semua orang mengerti dan mengangguk setuju, dan Im Sobyong dengan riang melanjutkan berbicara.
“Hehehe, sepertinya kau sudah paham. Tahukah kau apa sebutan rencana ini?” -ucap Im Sobyong
“Konspirasi.” -ucap Baek Chun
“Kelicikan.” -ucap Yoon Jong
“Trik Kotor.” -ucap Chung Myung
“Strategi! Strategi yang cerdik! Itu tidak kotor, dasar bajingan Taoist!” -ucap Im Sobyong
Seperti biasa, tangisan putus asa bandit yang ditinggalkan itu tidak didengarkan.
Hanya Chung Myung yang memandang Im Sobyong seolah dia terkesan.
“Aku tidak menyangkan jika menyelamatkan seseorang yang hampir mati. Ternyata akan berguna seperti ini.” -ucap Chung Myung
“Punggungku hampir patah untuk menghasilkan uang bagi Pulau Bunga Plum!” -ucap Im Sobyong
“Jarimu mungkin patah karena mengambil semua kantong uangku!.” -ucap Chung Myung
“…Jika aku tahu akan seperti ini, aku akan mengambil semuanya.” -ucap Im Sobyong
“Jika kau melakukan itu, Aku tidak hanya akan mematahkan jarimu.” -ucap Chung Myung
Chung Myung mempertimbangkan untuk menggunakan Serikat Pengemis dan Nokrim untuk menyebarkan rumor dan meringankan tanggung jawab mereka sampai batas tertentu. Namun, gagasan untuk menyamarkan mereka sebagai Sekte Jahat dan secara langsung menyebabkan masalah di Sichuan tidak pernah terlintas dalam pikirannya.
“Memang benar, Sekte Jahat adalah Sekte Jahat. Tingkat kelicikan mereka berbeda. Apakah karena mereka sudah melakukannya begitu lama?” -ucap Chung Myung
“…Kami menyebutnya strategi.” -ucap Im Sobyong
“Ck ck. Air yang berasal dari sapi, adalah susu, dan jika berasal dari ular, maka itu racun. Rencana juga sama, jika berasal dari ketua fraksi benar, maka itu adalah strategi, dan jika berasal dari dari faksi jahat, itu akan menjadi sebuah konspirasi.” -ucap Chung Myung
“Oh, tidak, maksudku…” -ucap Im Sobyong
“Jika kau merasa ini tidak adil, kau dapat bergabung dengan Sekte Benar.” -ucap Chung Myung
“Aigo, Kenapa aku menjadi bandit?” -ucap Im Sobyong
“…”
Im Sobyong terdiam, merasa pandangannya kabur.
Baek Chun berbisik pelan kepada Chung Myung,
“Bukankah itu agak kasar?” -ucap Baek Chun
“Kasar? Kasar? Apakah masih ada satu koin pun yang tersisa ketika sekte-sekte benar mati kedinginan? Kita harus mengurus hal-hal ini.” -ucap Chung Myung
Yah, kedengarannya benar, tapi…
Saat itu, Tang Gun-ak yang mengira jika keadaan terus seperti ini, Chung Myung hanya akan terus memukuli Im Sobyong secara verbal, dengan cepat menyelesaikan situasi tersebut.
“Jadi, dengan melakukan ini, kita bisa mendapatkan alasan bagi Keluarga Tang untuk mundur dari Sungai Yangtze. Tapi Aku masih khawatir dengan rakyat jelata yang akan menderita di sana.” -ucap Tang Gun0ak
Menanggapi hal ini, Chung Myung menjawab,
“Jangan khawatir. Ada cara untuk itu juga.” -ucap Chung Myung
“Oh? Bagaimana?” -ucap Tang Gun-ak
“Yah, meskipun terbatas, kita tidak bisa membantu semua orang. Tapi di antara orang-orang yang tinggal di daerah aliran Sungai Yangtze, harus ada orang yang bisa dipindahkan ke Sichuan dengan dukungan yang tepat.” -ucap Chung Myung
Tang Gun-ak memandang Chung Myung dengan heran.
“Ke Sichuan?” -ucap Tang Gun-ak
“Ya.” -ucap Chung Myung
Chung Myung mengangguk ringan.
“Kita harus memberi mereka kesempatan. Jika mereka pindah ke Sichuan, tidak hanya Klan Tang tetapi juga Gunung Hua juga bisa memberikan dukungan. Uang yang kita kumpulkan selama tiga tahun terakhir melimpah.” -ucap Chung Myung
Kali ini, Im Sobyong menepuk telapak tangannya dengan kipas dengan percaya diri.
“Dari pada itu. Kalaupun kita tawarkan kesempatan kepada rakyat sipil, tidak akan banyak yang benar-benar mau pindah, jadi kita tidak perlu mengeluarkan banyak biaya. Hahaha…” -ucap Chung Myung
“Bajingan ini terus melakukannya!” -ucap Im Sobyong
“Tunggu, aaaa!” -ucap Im Sobyong
“Jika kau memukulku lagi, aku akan mati!” -ucap Im Sobyong
Setelah perjuangan singkat, Chung Myung akhirnya tenang dan berbicara.
“Bagaimana, apakah kau setuju?” -ucap Chung Myung
“Hmm.” -ucap Tang Gun-ak
Tang Gun-ak memandang ke arah Hyun Jong seolah sedang meminta izin. Sebagai tanggapan, Hyun Jong menawarkan senyum lembut dan mengangguk.
“Jika Gaju memikirkan rakyatnya, bagaimana mungkin seseorang yang menempuh jalan Tao terobsesi dengan kekayaan belaka?” -ucap pemimpin sekte
“Apakah ada yang tidak setuju?” -ucap pemimpin sekte
“Kami setuju.” -ucap murid
“Kami cuma pengemis, Pemimpin Sekte.” -ucap pengemis
“Diam, kalian semua! Tidak bisakah kalian melihat ada orang luar di sini!” -ucap pemimpin sekte
Hyun Jong, dengan wajah memerah karena ledakannya, berdeham dan berbicara lebih tenang.
“Jadi, lakukan sesuka Gaju.” -ucap pemimpin sekte
“Terima kasih, Maenju.” -ucap Tang Gun-ak
Saat Tang Gun-ak mengangguk, Im Sobyong menyeringai.
“Kalau begitu, bersama Keluarga Tang, kita akan mundur dari Pulau Bunga Plum.” -ucap Im Sobyong
“Hah? Kenapa Pulau Bunga Plum juga?” -ucap Chung Myung
“Yah… Pulau Bunga Plum terletak jauh dari Keluarga Tang. Jika terjadi perang, kitalah yang akan menjadi korban pertama, bukan?” -ucap Im Sobyong
“Yah, itu benar, tapi…” -ucap Chung Myung
Chung Myung menggaruk telinganya sambil berpikir.
“Agak sia-sia untuk pergi tanpa mengumpulkan semua uang yang kita peroleh… Tidak bisakah kita menunggu lebih lama lagi?” -ucap Chung Myung
“Tetapi nyawa manusia adalah yang terpenting,” -ucap Tang Gun-ak.
“Benar, tapi…” -ucap Chung Myung
Chung Myung menjentikkan daun telinganya dengan jarinya.
“Apakah bandit sekarang bisa diperlakukan seperti manusia saat ini? padahal, zamanku dulu tidak seperti itu.” -ucap Chung Myung
Im Sobyong sejenak kehilangan kata-katanya dan menatap Chung Myung dengan wajah bertanya,
‘Apakah orang ini benar-benar manusia?’-ucap Im Sobyong
Tapi Chung Myung tetap tidak terpengaruh.
“Bagaimanapun, apa gunanya bertahan hidup di dunia ini jika tidak ada gunanya? Mengapa tidak mendapatkan lebih banyak uang?” -ucap Chung Myung
“Aku akan pergi!” -ucap Im Sobyong
“Jangan terburu-buru.” -ucap Chung Myung
“Uang adalah uang, tapi kita harus bertahan hidup, bukan?” -ucap Im Sobyong
“Rupanya orang zaman sekarang tidak tahu nilai uang. Cih, jamanku dulu tidak seperti itu.” -ucap Chung Myung
“Hmm. Menurutku itu hal yang benar untuk dilakukan, Raja Nokrim.” -ucap pemimpin sekte
“Terima kasih, Maengju.” -ucap Im Sobyong
Hingga saat ini, Im Sobyong menganggap Chung Myung sebagai pemimpin sebenarnya dari Aliansi Kawan Surgawi. Tapi saat ini, dia bersyukur kepada Tuhan bahwa Hyun Jong ada di kursi pemimpin.
Jika iblis itu mengambil posisi sebagai Pemimpin Kawan Surgawi, dunia… Tidak, paling tidak, Nokrim pasti akan terbakar.
Setelah semuanya beres, Chung Myung mulai tertawa.
“Aku sudah menyiapkan panggungnya, jadi bajingan itu, pasti akan mulai bergerak juga.” -ucap Chung Myung
“…panggung?” -ucap pemimpin sekte
“Oh, tidak apa-apa. Lupakan saja. Hehehe.” -ucap Chung Myung
Dengan ekspresi paling bahagia di dunia di wajahnya, dia tertawa tanpa penjelasan lebih lanjut, membuat semua orang menggigil karena tidak nyaman.
‘kau berani memata-matai kami? dasar bajingan!’ -ucap Chung Myung
Mulut Chung Myung menyeringai.
“Setelah tiga tahun, sepertinya kau sudah lupa siapa aku.” -ucap Chung Myung
“…”.
“Rasakan racunnya. Cobalah. Hehehe! Uhuhuhu! Uhuhuhuhuh!” -ucap Chung Myung
“…”
Melihat Chung Myung yang tiba-tiba menjadi gila, Jo Gol diam-diam bertanya pada Baek Chun.
“Kenapa bajingan itu bertingkah gila lagi?” -ucap Jo-Gol
“Apa yang bisa kukatakan? Dia mungkin sedang merencanakan sesuatu di kepalanya lagi.” -ucap Baek Chun
“Bagaimana dengan airnya? Itu berubah menjadi susu bagi sapi, dan menjadi racun bagi ular, bukan?” -ucap Jo-Gol
“Kalau begitu, bajingan itu adalah seekor ular. Dan… juga yang paling kejam.” -ucap Baek Chun
Mata ular ganas itu mengarah ke selatan.
Jauh, jauh sekali, menuju Sungai Yangtze, tempat terjadinya kekacauan yang akan mengguncang dunia.