Lalu Apa yang Harus Aku Lakukan? (Bagian 2)
Drum terdengar keras.
Suara Chung Myung menyebar dengan gemuruh melalui dentuman drum yang keras.
“Seni Tinju Shaolin! Kesempatan terakhir untuk mempelajari kekuatan terbesar dunia di sini di Xian! Teknik terbaik di dunia yang memenangkan Kompetisi Beladiri! Biksu Hye Yeon akan membimbingmu!” -teriak Chung Myung
“Uoooohhhh!” -sontak penonton
Begitu kata-kata itu selesai, orang-orang mengangkat suara mereka.
“Kesempatan yang tidak akan pernah kembali dalam hidupmu! Kalian dapat mengambil kesempatan ini jika kalian memasuki Sekte Huayin sekarang juga!” -teriak Chung Myung
“Ya Tuhan, aku bisa belajar seni bela diri Shaolin!” -seru penonton
“Padahal tidak ada sekte cabang Shaolin di Xian!” -seru penonton
“Selain itu, Kau akan bisa mempelajari Teknik pedang Gunung Hua, jadi ini benar-benar beli dua gratis satu!” -teriak Chung Myung
Tidak peduli berapa besar reputasi Gunung Hua yang sedang naik daun sekarang, dapatkah mereka dibandingkan dengan Shaolin, yang telah disebut sebagai pemimpin dari Kangho selama ratusan tahun?
Secara khusus, semakin banyak orang yang mengetahui Kangho, semakin jelas perbedaan persepsi antara kedua sekte tersebut. Shaolin adalah sekte yang bahkan tidak bisa diabaikan oleh anak kecil yang lewat.
“Jika itu biksu Hye Yeon, bukankah dia yang akan menjadi Bangjang Shaolin di masa depan?” -ucap penonton
“Itu benar! Itu benar! Aku pernah mendengar bahwa dia adalah orang berbakat yang sangat langka bahkan sekali dalam ratusan tahun! Aku tidak percaya orang seperti itu mengajari kita seni bela diri! Nikmat mana yang kalian dustakan?” -ucap penonton
Mata orang-orang mulai bersemangat.
Ini adalah kesempatan yang bahkan tidak bisa didapatkan dengan memasuki Shaolin saja. Bahkan jika mereka memasuki Shaolin, akankah Hye Yeon yang dijaga oleh Shaolin akan membimbing mereka secara langsung?
Itu adalah kemewahan yang hanya bisa dinikmati oleh beberapa orang yang memasuki Shaolin.
Tapi mereka tidak percaya bisa menikmati kemewahan seperti itu di sekte cabang yang terletak di Xian yang terpencil ini. Bukankah itu sama dengan membeli sebutir biji-bijian dan telur emas yang keluar darinya?
“Aku ingin belajar Seni Tinju!” -seru penonton
“Kau benar! Apa gunanya belajar ilmu pedang? Kami biasanya tidak membawa pedang! Tapi itu bukan sembarang Seni Tinju, mereka mengajarkan Seni Tinju Shaolin! Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini!” -seru penonton
Chung Myung tersenyum cerah saat dia melihat reaksi eksplosif tumbuh semakin besar tanpa pendinginan.
Namun berbeda dengan Chung Myung yang senang dengan situasi tersebut, wajah Hye Yeon menjadi pucat.
“Si-Siju!” -panggil Hye Yeon
“Ya?” -sahut Chung Myung
“K- Kau tidak bisa melakukan ini. Seni bela diri Shaolin hanya bisa dipelajari oleh murid Shaolin. Aku tidak bisa mengajar kan kepada orang lain sesuka hati!” -ucap Hye Yeon
“Ck ck ck. Lihatlah nanti.” -ucap Chung Myung
“…???” -ucap Hye Yeon bingung
Chung Myung memelintir wajahnya dan mendecakkan lidah seolah-olah Hye Yeon nampak menyedihkan.
“Dia naif karena dia hanya tinggal di pegunungan. Ngomong-ngomong, inilah mengapa murid dari sekte bergengsi Nampak seperti ini…” -ucap Chung Myung
Chung Myung menyelinap ke arah Hye Yeon dan melingkarkan lengannya di lehernya.
“Aku bilang Kau akan mengajari mereka Seni Tinju Shaolin, tapi aku tidak bilang Kau akan mengajari mereka Tinju Arahat.” -ucap Chung Myung
“…Hah? Apa- Apa maksudmu…….” -ucap Hye Yeon tersontak
“Apa seni bela diri dasar Shaolin?” -tanya Chung Myung
“Tentu saja, itu adalah Tinju Arahat.” -balas Hye Yeon
“Benar, tapi aku tidak bilang Kau akan mengajari mereka Tinju itu.” -ucap Chung Myung
Hye Yeon membuka matanya lebar-lebar dan menatap Chung Myung. Sulit untuk memahami apa yang dia maksud.
“Apa maksudmu…….” -ucap Hye Yeon bingung
“Tsk tsk. Lihat si brengsek ini.” -ucap Chung Myung
Chung Myung berbisik dengan wajah sedikit serius.
“Murid mana kau ini sebetulnya?” -tanya Chung Myung
“Tentu saja, aku adalah murid Shaolin.” -ucap Hye Yeon
“Benar, Kau adalah murid Shaolin, dan seni bela diri yang Kau pelajari adalah Seni Tinju Shaolin. Bahkan jika Kau mengajari mereka Seni Tinju Tiga Bencana yang biasanya ada di pinggir jalan, jika biksu Shaolin yang memberikan pengajaran, itu masih bisa disebut Seni Tinju Shaolin. Bukankah begitu?” -ucap Chung Myung
‘Omong kosong apa itu?’ -batin Hye Yeon
Melihat wajah Hye Yeon, Chung Myung hanya tersenyum senang.
“Jadi Kau hanya perlu mengajarkan Seni Tinju dasar. Apakah Kau mengerti?” -ucap Chung Myung
“Ta- Tapi bukankah itu penipuan!” -seru Hye Yeon
“Ya ampun, lihat biksu ini? Bagaimana Kau bisa mengklaim pendapat Dojang ini adalah penipuan? Apakah Kau ingin untuk dipukul agar sadar?!” -ucap Chung Myung
Hye Yeon mengedipkan matanya. Tapi Chung Myung tampak baik-baik saja dengan reaksinya.
Chung Myung sedikit melonggarkan lengannya di leher Hye Yeon dan melingkarkan lengannya di bahu.
“Ayo, senyum, senyum. Orang-orang menonton. Cepat berpura-pura ramah.” -ucap Chung Myung
“Apa?” -sontak Hye Yeon
“Apakah Kau tidak mengerti apa yang Aku katakan? Berpura-pura ramah. Tersenyumlah!” -ucap Chung Myung
“…ha ha.” -tawa Hye Yeon canggung
Hye Yeon mulai tertawa dengan wajah canggung saat tangan yang memegang bahunya menegang.
Dan ketika mereka melihatnya, orang-orang yang tidak tahu apa-apa mulai tertarik.
“Oh! Bukankah Chung Myung Dojang dan biksu Hye Yeon terlihat sangat dekat?” -ucap penonton
“Itu menarik. Tidak mudah bagi keduanya untuk dekat karena mereka saling berhadapan di babak final Kompetisi Beladiri!” -seru penonton
“Ya ampun! Pasti ada hubungan yang dalam antara seorang pendeta Tao yang mulia dan seorang biksu yang tidak diketahui oleh orang seperti kita! Bukankah mereka yang saling mengenali bisa menjadi teman terlepas dari hubungan?” -ucap penonton
“Tepat! Memang benar!” -seru penonton
Ekspresi aneh yang tak terlukiskan muncul di wajah Hye Yeon.
Dan kelompok Baek Chun, yang menonton dari belakang, tertawa senang.
“Dia pasti kesulitan.” -ucap Baek Chun
“Sudah jelas dia diseret paksa oleh iblis itu.” -ucap Yoon Jong
Mereka tidak bisa menahan rasa kasihan dan simpati pada Hye Yeon yang sudah mulai jatuh ke tangan Chung Myung.
“Tidak ada yang curiga.” -ucap Yoo Iseol datar
“Siapa yang mengira Hye Yeon sedang diancam. Tentu saja, mereka akan mengira keduanya dekat.” -ucap Jo-Gol
Bagi mereka yang tidak mengetahui keadaannya, pemandangan ini pasti akan terlihat lebih bersahabat.
“Ayo, Ayo! Segera daftar!” -seru Chung Myung
Teriak Chung Myung tegas.
“Ini bukan kesempatan yang datang setiap hari. Kami tidak dapat menerima murid melewati batas waktu, jadi jika Kau akan masuk, cepatlah dan antre!” -seru Chung Myung
Mendengar kata-kata itu, keributan semakin keras.
“Tolong terima Aku dulu!” -seru penonton
“Semua ini gratis selama tiga bulan jika kita memasuki sekte, kan?” -tanya penonton
“Apa yang kau bicarakan?” -tanya Chung Myung
Chung Myung yang sedang berdiri dengan wajah ramah tiba-tiba memelototi matanya.
“Itu kemairn! Mulai sekarang, yang mendaftar dan masuk harus bayar!” -seru Chung Myung
“…Hanya kemarin…“ -ucap penonton
“P– Putraku keluar dua hari yang lalu, jadi bukankah seharusnya kalian menerimanya saja?” -ucap penonton
“Ha ha ha!” -tawa Chung Myung
Tetua Keuangan, yang melihat situasi, dan maju
Baek chun dengan segara menarik tangan dan menutup mulut Chung Myung.
Kemudian dia menyelinap ke murid lain dan mulai menjelaskan.
“Kami bekerja keras untuk mengundang biksu Hye Yeon, jadi kami tidak dapat menerima murid secara gratis seperti yang pernah kami lakukan. Sebaliknya, Aku akan memastikan kalian tidak menyia-nyiakan uang kalian.” -ucap tetua keuangan
“Um. Itu Tidak salah. Aku belajar dari biksu Hye Yeon, tidak masuk akal kalau gratis!” -seru penonton
“Aku bersedia membayar seribu emas untuk belajar! Berapa! Berapa yang harus Aku bayar!” -seru penonton
“Aku juga! Aku akan membayarnya juga! Tolong terima anakku dulu!” -seru penonton
Chung Myung mengibaskan tangan Baek Chun yang menutupi mulutnya dan berteriak.
“So-haeng, cepat! sekarang uang pelatihannya dibayar di muka. senilai tiga bulan!” -seru Chung Myung
“A-Apakah harganya masih tiga nyang?” -tanya Wei So-haeng
“Konyol! Sembilan! Mulai sekarang, uang pelatihan akan jadi tiga kali lipat!” -ucap Chung Myung
“Ya, Dojang!” -sahut Wei So-haeng
Meski biaya pelatihan naik tiga kali lipat, antrean sepertinya tidak berhenti.
Secara harfiah, ada banyak pengunjung
Chung Myung melihat pemandangan itu dengan wajah bangga seperti seorang pria dengan anak lembu emas di depannya.
“Tiga kali lipat atau tidak, ambil uangku!” -seru penonton
“Hehehehehe!” -tawa Chung Myung
“Minggir! Aku akan membayar uang pelatihan untuk satu tahun di muka! Jadi tolong pastikan untuk menyertakan anakku bersama kalian!” -seru penonton
“Hehehe hehehe!” -tawa Chung Myung makin keras
“Berisik! Aku akan memasukkan kelima anakku sekaligus dan Aku akan membayar uang pelajaran senilai tiga tahun sekaligus!” -seru penonton
“Kakakak! Kakakak!” -tawa Chung Myung sangat keras (ngakak)
‘Uang!’ -batin Chung Myung
‘Uang mengalir seperti air terjun!’ -batin Chung Myung
Tetua Keuangan dan Wei Lishan juga tidak tahu harus berbuat apa. Ada perbedaan mencolok dari hari sebelumnya ketika mereka beroperasi dengan nama Gunung Hua.
Ini semua memang berkat Shaolin!
Tidak ada sekte lain di dunia yang akan mengalahkan ketenaran Shaolin.
“Oh, aku tidak tahu ternyata sangat mudah menghasilkan uang!” -ucap Chung Myung
‘Ketika segala sesuatunya tidak berhasil, anugerah secara alami datang ……. Tidak, biksu itu masuk dengan sendirinya!’ -batin Chung Myung
‘Inilah sebabnya Kau hidup! Ini rasanya menjadi hidup!’ -batin Chung Myung
Chung Myung, yang penuh kegembiraan, tiba-tiba memelototi matanya dan menoleh ke samping. Dan dia bertanya pada Hye Yeon.
“Apa yang sedang Kau lakukan?” -tanya Chung Myung
“…Hm?” -sahut Hye Yeon
“Orang-orang sangat mencintaimu, jadi keluarlah dan tunjukan sesuatu!” -ucap Chung Myung
Saat itu, wajah Hye Yeon tiba-tiba memerah seperti terbakar.
“…Si- Siju. Aku….” -ucap Hye Yeon
Chung Myung membuka mata kapaknya.
“Seorang pria yang bahkan bukan seorang pengemis, mencoba mengemis tanpa bekerja! Kau harus membayar agar bisa makan dan tinggal!” -seru Chung Myung
“I-Itu…….” -ucap Hye Yeon terbata
Hye Yeon memandang Chung Myung dengan wajah bingung dan akhirnya menghela nafas dalam-dalam mendengar ucapan lanjutan itu.
‘Ini pertunjukan. Ini hanya sebuah pertunjukan.’ -batin Hye Yeon
Tidak mungkin Chung Myung melakukan ini tanpa alasan.
Jadi untuk beberapa alasan …
Hye Yeon, yang akhirnya meletakkan semuanya, melangkah maju.
Melihat Hye Yeon perlahan mengambil posisi Tinju Arahat, penonton merespon dengan eksplosif.
“Hye Yeon Dojang sedang memberikan demonstrasi!” -seru penonton
“Ya ampun, aku tidak berharap melihat Seni Tinju Shaolin dengan mataku sendiri!” seru penonton
“Apa yang terjadi? Sekte Ujung Selatan tidak melakukan ini dalam beberapa dekade! Dalam waktu kurang dari 10 hari, bagaimana Gunung Hua bisa menjangkau Shaolin!” seru penonton
“Hidup menjadi sangat menarik setelah Sekte Huayin datang! Ini menjadi sangat menyenangkan! Hahahat!” -ucap penonton
Hye Yeon perlahan mulai merentangkan tinjunya di tengah gemuruh sorakan yang mengalir deras.
Murid Gunung Hua menggelengkan kepala bersama.
“Kasihan.” -ucap Yoo Iseol
Baek Chun tersenyum saat mendengarkan Yoon Jong, Jo-Gol, dan Yoo Iseol.
“Pokoknya, Aku pikir masalahnya sudah selesai.” -ucap Chung Myung
“…bahkan nasib buruk adalah keberuntungan…”
Murid Gunung Hua memandang Chung Myung.
“Kakakak! Kakakak!” -tawa Chung Myung
Murid-murid Gunung Hua menghela nafas serempak.
“… Munju-nim, apa yang harus kita lakukan?” -tanya pada nam jamyong
“…….”
Wajah Nam Jamyong yang menyaksikan adegan itu dari jauh menjadi dingin.
Hye Yeon yang sedang melakukan Seni Tinju dengan wajah merah, dan Chung Myung yang memegangi perutnya dan tertawa di belakang, menembus matanya.
Dia telah melalui begitu banyak situasi dalam hidupnya, tetapi dia bersumpah demi Tuhan, ini adalah pertama kalinya dia melihat sesuatu yang begitu menjengkelkan.
“Bukankah mustahil untuk menekan Sekte Huayin secara langsung….?” -ucap Nam Jamyong
Wajah Nam Jamyong benar-benar terdistorsi.
Jika Sekte Huayin meningkatkan momentumnya secara berlebihan, dia berpikir untuk memanfaatkan ketidakhadiran para murid Gunung Hua dan menindas mereka atau mengadakan demonstrasi atas nama Sekte Ujung Selatan.
Namun, itu menjadi tidak mungkin selama murid Shaolin ada di Sekte Huayin.
“para orang licik itu! Mereka tidak bisa melakukannya sendiri, jadi mereka mengundang Shaolin!“ -seru Nam Jamyong
“… bukan hanya Shaolin, mereka mengundang Hye Yeon. Bukankah dia adalah murid yang sangat disukai Bangjang, dan juga orang yang aka nmenjadi pemimpin masa depan Shaolin?” -ucap Nam Jamyong
Nam Jamyong menggertakkan giginya.
Dia lebih marah dengan orang-orang Xian yang bersorak untuk Hye Yeon dan Chung Myung daripada siapapun.
Apa mereka lupa Berapa banyak yang telah Sekte Ujung Selatan lakukan untuk mereka sehingga mereka begitu antusias dengan orang luar?
Nam Jamyong memelototi pemandangan itu dengan mata ganas dan tampak seperti ular.
“Jika mereka tidak bisa memahaminya dengan kata-kata, kita harus memberi tahu mereka dengan tubuh mereka! Betapa lembutnya kita selama ini.” -ucap Nam Jamyong
“Apakah Kau akan menyerang Sekte Huayin?” -tanya murid cabang sekte ujung selatan
“Bukan Sekte Huayin yang perlu diserang.” -ucap Nam Jamyong
Matanya beralih ke orang-orang yang bersorak.
“Aku akan membuat mereka yang bahkan tidak tahu berterima kasih membayar harganya.” -ucap Nam Jamyong
Saat mata Nam Jamyong semakin dingin, semua orang di sekitarnya gemetar.
‘Bukankah ini menjadi terlalu besar?’ -batin Nam Jamyong
“Seharusnya tidak seperti ini.” -gumam Nam Jamyoung
Tapi itu sudah menjadi pertanda.
Xian mulai mendidih seperti satu tong minyak di atas api.
Tanpa mengetahui bahwa krisis yang belum pernah mereka alami sebelumnya sedang mendekat.