Lalu Apa yang Harus Aku Lakukan? (Bagian 1)
== Disuatu tempat ==
“Daeju! ada masalah besar!” -teriak Bang Seung
Seorang pria membanting pintu dan memasuki ruangan.
“Bangun, Daeju! Daeju!” -teriak Bang Seung
“Bangun!” -teriak Bang Seung
Pria itu mengerutkan wajahnya dengan kesal. Dan dia menendang orang yang mengguncangnya hingga membangunkannya.
“Aduh!” -erang Yo-pyong
“Kenapa kau ribut sekali pagi pagi? Kepalaku terasa berdengung sampai mati!” -seru Yo-pyong
“Makanya jangan terlalu banyak minum tadi malam!” -seru Bang Seung
“keluarlah dari sini!” -ucap Yo-pyong
“Itu bukan waktunya untuk tidur! Bangunlah!” -seru Bang Seung
“… Ada apa sih?” -tanya Yo-pyong
Biasanya, dia akan segera pergi pada saat ini, tetapi membuat keributan seperti itu berarti sesuatu pasti telah terjadi.
Pria itu akhirnya bangkit dan perlahan menarik dirinya untuk berjalan.
“Ugh……. Kepalaku mau pecah.” -ucap Yo Pyong
“jangan mengeluh, jika dunia tahu bahwa Pedang Ular Merah menggerutu karena mabuk, dunia akan menertawakannya.” -ucap Bang Seung
“Diamlah, Jadi apa yang terjadi?” -tanya Yo Pyong
“Aku menerima rumor, bahwa Sekte Ujung Selatan masuk ke masa Pengasingan.” -ucap Bang Seung
“Pengasingan…. Apa!!!!?” -ucap Yo-pyong
Energi ganas meletus dari tubuh yang disebut Pedang Ular Merah itu.
“Jangan bercanda!” -tanya Yo-pyong
“Sekte Ujung Selatan melakukan Pengasingan! Mereka mengatakan bahwa aktifitas di luar sekte dilarang dan jangka waktunya adalah satu tahun dari sekarang.” -ucap Bnag Seung
“…Apa mereka gila? Ada apa dengan mereka?” -tanya Yo-pyong
Pedang Ular Merah perlahan mengangkat tubuhnya.
“Buka jendela.” -ucap Yo-pyong
“Ya!” -sahut Bang Seung
Pria itu, dengan cepat membuka jendela lebar-lebar. Kemudian Yo-Pyong mengeluarkan uap alkohol dari kupingnya (seperti Chung Myung)
“Eucha.”
Pedang Ular Merah berjalan dengan tenang dan duduk di kursi.
“Ceritakan lagi secara detail. Apakah kau yakin jika yang mereka lakukan itu Pengasingan?” -tanya Yo-pyong
“Ya aku yakin.” -ucap Bang Seung
Pedang Ular Merah Yo-pyong memelototi Odd Fox Bang Seung dengan mata tidak percaya.
“Terlepas dari apa yang kau katakan, berapa persen yang dapat dipercaya! Jika kau salah lagi kali ini, aku akan merobek mulutmu!” -ucap Yo-pyong
“Kali ini, aku yakin!” -seru Bang Seung
“……Apa buktinya?” -tanya Yo-pyong
Kata Bang Seung sambil tersenyum.
“Saat ini, di Xian, Gunung Hua sedang membuka sekte cabang dan menerima murid baru.” -ucap Bang Seung
“……Hah? Apakah sekte cabang Sekte Ujung Selatan hanya menonton mereka melakukan itu?” -tanya Yo-pyong
“Itu sebabnya aku memberitahumu! Orang-orang sekte utama ada di mana-mana, jadi mereka bahkan tidak bisa menggunakan tangan mereka untuk membereskan para anggota sekte cabang itu!” -ucap Yo-pyong
“…Sekte Ujung Selatan tidak berniat membuka gerbang mereka.” -ucap Bang Seung
Yo-Pyong membelai janggutnya yang lebat.
Jika ini benar, itu berarti Sekte Ujung Selatan benar-benar melakukan Pengasingan.
“Daeju, ini adalah kesempatan yang tidak boleh kau lewatkan! Bukankah Pemimpin mengatakan bahwa kita harus mengambil alih Xian! Itu sebabnya kita selalu berada di sini di sekitar Xian.” -ucap Bang Seung
“Benar.”
“Sekte Ujung Selatan begitu kuat sehingga kita tidak pernah bisa menemukan celah, tapi sekarang keadaannya seperti ini, bukankah lebih baik kita mengambil langkah agresif?” -ucap Bang Seung
“Hmm.”
Yo-pyong mengangguk pelan dan melamun.
‘Pemimpin juga sudah tidak sabar.’ -batin Yo-pyong
Seperti apa Xian?
Itu sudah seperti kampung halaman Sekte Ujung Selatan, yang diklasifikasikan sebagai salah satu sekte terkuat, Sepuluh Sekte Besar. Bagaimana bisa kami dengan mudah memperluas kekuatan ke tempat seperti itu?
Tentu saja, tidak seluruhnya, jadi kata Pemimpin hanya dalam jumlah kecil saja.
Tapi masalahnya adalah, orang-orang Sekte Ujung Selatan itu menunjukkan obsesi yang tidak wajar dalam mengelola wilayah mereka.
Jika dia masuk sedikit, mereka berlari seperti anjing gila dan menggigitnya, Yo-Pyong tidak memiliki kekuatan untuk menahan mereka.
Bagaimanapun.
“Jadi sekarang adalah waktu yang tepat?” -tanya Yo-pyong
“Betul sekali!” -ucap Bang Seung
“Bagaimana jika Sekte Ujung Selatan membuka gerbangnya tiba tiba?” -tanya Yo-pyong
“Mereka pasti sudah melakukannya sekarang, jadi apa masalahnya? Jika mereka menyuruh kita pergi, maka kita akan melakukannya.” -ucap Bang Seung
“Itu memang benar.” -ucap Yo Pyong
Yo-pyong mendecakkan bibirnya seolah dia tertangkap.
“Tapi aku mendengar bahwa Gunung Hua ada di sana. Mereka mengatakan bahwa Gunung Hua tidak dalam momentum yang biasa akhir-akhir ini?” -ucap Yo-pyong
“Bukankah itu merujuk pada para bintang yang sedang naik daun itu? Bagaimana mereka bisa dibandingkan dengan Daeju? Aku yakin Ketika mereka mendengar bahwa Pedang Ular Merah Yo-pyong, mereka akan melarikan diri sambil terkencing kencing.” -ucap Bang Seung
Yo-pyong berhenti menyentuh dagunya dan menyipitkan matanya.
“Tapi itu tidak salah.” -ucap Yo-pyong
Konon bintang yang sedang naik daun di Gunung Hua disebut sebagai talenta terbaik di dunia, Bagaimana aku bisa disebut Pedang Ular Merah dari Myriad Man House, salah satu dari Lima Sekte Kejahatan Besar jika dia dikalahkan oleh anak bau kencur?
“Xian…….”
Yo-pyong tersenyum, menunjukkan giginya.
“Pemimpin akan menyukainya. Bersiaplah, kita akan pergi ke Xian!”
“Ya!”
Lima Sekte Jahat yang menyebabkan kekacauan di dunia.
Salah satu dari Lima Sekte Jahat Besar di dunia. Myriad Man House mulai bergerak menuju Xian, membidik kekosongan Sekte Ujung Selatan.
* * *
“……Amitabha.” -lantun Hye Yeon
Hye Yeon, duduk di ruang tamu di Sekte Huayin, melantunkan pujian. Sementara itu, dia tidak lupa untuk melihat ke sekeliling.
“Minumlah.” -ucap Chung Myung
“Terima kasih.” -ucap Hye Yeon
Dia meraih cangkir teh yang ditawarkan Chung Myung dengan kedua tangan. Lalu dia menatap Chung Myung dengan tenang.
“Fufu.” -tawa Tetua Keuangan pelan
Tetua Keuangan tersenyum ringan seolah situasinya menarik.
“Jadi, kau mampir ke Gunung Hua?” -tanya Tetua Keuangan dengan suara agak lantang
“Tolong turunkan kata-katamu, Tetua. Aku hanyalah seorang biksu Shaolin.” -balas Hye Yeon
“Seperti ini?” -tanya Tetua Keuangan
“Benar, seperti itu.” -ucap Hye Yeon
Tetua Keuangan tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
“Kau pasti belajar dengan baik.” -ucap Tetua Keuangan
Dia hanya melihat murid-murid Gunung Hua yang menjadi lebih liar setelah menjual semua sopan santun mereka atau apa pun itu, tetapi ketika dia melihat biksu Shaolin, dia merasa matanya seperti terbuka sedikit.
Tentu saja, bukan berarti dia menyukai Hye Yeon.
“Jadi, bagaimanapun, apa urusanmu datang kesini?” -tanya Tetua Keuangan
“Ya, saya sedang baru saja bertemu dengan Pemimpin Sekte Gunung hua. Dia menyuruh saya untuk datang kesini karena yang saya cari berada di sini. Amitabha.” -ucap Hye Yeon
Chung Myung menyipitkan matanya dan bertanya sambil menatap Hye Yeon yang sedang melantunkan pujian.
“Yah, tak perlu basa basi. Kenapa kau datang kesini?” -tanya Tetua Keuangan
“Siju.” -balas Hye Yeon
Lalu tatapan Hye Yeon tertuju pada Chung Myung.
“Ijinkan aku tinggal bersama gunung hua sementara.” -ucap Hye Yeon
“Hah?” -sontak Chung Myung
Chung Myung memiringkan kepalanya.
“Mengapa?” -tanya Chung Myung
“Amitabha.” -lantun Hye Yeon
Alih-alih langsung menjawab, Hye Yeon hanya melantunkan pujian dengan tenang.
Sebenarnya, ada banyak hal yang ingin dia katakan, tetapi itu adalah urusan pribadi untuk mengatakannya di depan begitu banyak orang.
“Karena aku merasa ini sudah menjadi takdir jalanku ke sini.” -ucap Hye Yeon
“Apa maksudmu?” -sontak Chung Myung
“……” -sahut Hye Yeon
Wajah Chung Myung terdistorsi.
“Dasar, biksu palsu selalu mencoba menghindar ketika ditanya! Ck… Aku akan mengirimmu sekolah lagi dan mengajarimu cara berbicara.….Uupp.” -ucap Chung Myung terpotong
“Hahahahaha.” -tawa Tetua Keuangan
Tetua Keuangan tertawa dan menutup mulut Chung Myung dengan satu tangan.
“Haha. Aku harap Kau mengerti. Seperti yang Kau ketahui, Chung Myung kami sangat lugas.” -ucap Tetua Keuangan
Keringat dingin mengalir di belakang kepala Hye Yeon.
‘Itu lebih dari yang pernah ku lihat di panggung kompetisi.’ -batin Hye Yeon
Pada saat itu, dia mengira itu mungkin karena orang itu terlihat sangat marah, tetapi sekarang dia melihatnya, sepertinya dia adalah orang yang seperti itu.
Lalu Tetua Keuangan berkata.
“Tapi aku juga tidak mengertii?” -tanya Tetua Keuangan
Hye Yeon mengangguk pelan.
“Ya, aku melihat dan merasakan banyak hal di kompetisi tempo hari. Dan… aku merasa bahkan sekteku, yang menurutku paling terhormat, ternyata tidak begitu terhormat.” -ucap Hye Yeon
“Hmm.”
Tetua Keuangan mengangguk dengan wajah berat.
“Saya merasa bahwa saya tidak dapat melangkah lebih jauh tanpa mengatasi masalah ini. Jadi saya di sini untuk melihat dan mempelajari jalan mana yang harus saya ambil.” -ucap Hye Yeon
“Ap- Apa yang kau bicarakan?” -tanya Tetua Keuangan
“…Aku datang untuk melihat…. dan belajar……?” -jawab Hye Yeon ragu
“Di Sini?” -tanya Tetua Keuangan
“…….”
Hye Yeon hanya memiringkan kepalanya tanpa tahu apa yang terjadi.
‘Apakah ini hal yang aneh untuk dikatakan?, kenapa mereka bingung?’ -batin Hye Yeon
“…Maksudku…….” -ucap Hye Yeon
Tetua Keuangan mengintip ke Chung Myung dan menoleh ke Hye Yeon lagi.
“Kau ingin belajar dari siapa?” -tanya Chung Myung
“…….”
Chung Myung dengan bangga menjulurkan perutnya.
‘Apakah orang ini gila?’ -batin Tetua keuangan
Seolah-olah kalimat seperti itu tergambar di wajah Tetua Keuangan. Dan murid-murid Gunung Hua berbisik di belakangnya.
Hye Yeon juga memandang semua orang secara bergantian, kaget dengan respon yang tidak terduga.
‘Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?’ -batin Hye Yeon
Kemudian, Baek Chun, yang mendengarkan percakapan di belakang, terbatuk rendah dan membuka mulutnya.
“Ehemm …… Biksu Hye Yeon.” -ucap Baek Chun
“Ya, tolong katakan padaku, Baek Chun Siju.” -ucap Hye Yeon
“Apa menurutmu… Tidak….., apa yang membuatmu ingin belajar disini?” -tanya Baek Chun
Hyeyeon menarik nafas dalam-dalam.
“Aku merasa jika itu adalah pilihan yang benar.” -balas Hye Yeon
“Benar?”-tanya Baek Chun
Saat Baek Chun bertanya balik, dia mengangguk pelan.
“Seperti halnya dengan Sekte Tao, berjalan di jalan Buddha seperti melawan ilusi terus-menerus. Tidaklah mudah untuk menjalankan jalan sendiri di depan begitu banyak masalah di dunia. Oleh karena itu, aku ingin melihat dan belajar dengan mata kepala sendiri bagaimana caranya untuk memiliki kemauan yang tak tergoyahkan.” -ucap Hye Yeon
“…….”
“Sebelumnya, aku merasakan keinginan yang tak tergoyahkan dari Chung Myung Siju. Oleh karena itu, aku ingin mencoba belajar dengan mata kepala sendiri agar memiliki keinginan yang tak tergoyahkan seperti dirinya.” -ucap Hye Yeon
“Hmm.”
Chung Myung dengan lembut menjulurkan perutnya dari samping. Wajah Baek Chun memerah dan biru saat melihatnya.
‘Kau tidak akan goyah saat kau tidak banyak berpikir, idiot!’ -batin Baek Chun
Itu bukan hal yang baik!
Orang terkadang perlu berbelok ke kiri dan ke kanan dan terombang-ambing!
Di mata Baek Chun, Hye Yeon saat ini tampak melompat dengan kakinya sendiri ke dalam bola api.
Apakah Kau punya alasan untuk masuk ke neraka dengan kakimu sendiri hanya karena kenyataan itu sulit?
Tetua Keuangan, yang mendengarkan dengan tenang, bertanya lagi.
“Apakah Bangjang mengijinkan ini?” -tanya Tetua Keuangan
“Bangjang tidak memberi saya izin, tapi dia tidak menghentikan saya. Dharma harus mulai dengan menempatkan diri dengan benar. Bahkan jika Bangjang menahan saya, tidak boleh ada keraguan dalam pilihan saya.” -ucap Hye Yeon
Chung Myung dengan terang-terangan mengorek telinganya.
“…Aku baru saja datang. Dia memang menghentikanku.” -ucap Hye Yeon
Chung Myung tersenyum senang.
Tapi murid-murid Gunung Hua yang menyaksikan pemandangan itu harus menenangkan perut mereka.
‘Apakah sudah dimulai?’ -batin seorang murid
‘Bhikshu itu juga sudah gila. Apa yang akan kau pelajari dari orang seperti itu?’ -batin seorang murid
‘Jadi begitulah cara pria pergi ke neraka.’ -batin seorang murid
Tetua Keuangan membuka mulutnya sambil memperhatikan bagaimana keadaannya.
“Kalau begitu… maksudmu kau ingin mempelajari sesuatu selama tinggal di Gunung Hua?” -tanya Tetua Keuangan
“Ya, Tetua.” -balas Hye Yeon
“Apakah Pemimpin Sekte (Gunung Hua) memintamu datang ke sini dan meminta izin?” -tanya Tetua Keuangan
“Benar, katanya izin dari orang yang ingin saya lihat dan pelajari itu penting.” -ucap Hye Yeon
“Hmm.”
Mata Tetua Keuangan tertuju pada Chung Myung.
“Yah, tidak ada yang perlu dipikirkan. Tidak ada alasan untuk mendorongnya kembali ketika dialah yang datang dan menawarkan dirinya di sini.” -ucap Chung Myung
‘Menawarkan?’ -batin Hye Yeon
Hye Yeon memiringkan kepalanya.
“Apakah aku mengatakan itu?” -gumam Hye Yeon
Tapi sebelum dia bisa bertanya, Chung Myung mendekat dan merangkul bahunya. Dengan ekspresi yang sangat lembut.
“Selamat datang. Selamat datang.” -ucap Chung Myung
“…….”
“Keuh, begitulah seharusnya manusia. Jika kalian saling mengenal satu sama lain, kita akan menjadi teman baik. Bukankah begitu?” -ucap Chung Myung
“Y-Ya…….” -ucap Hye Yeon tergagap
Senyum Chung Myung menjadi sedikit halus. Dia menatap langsung ke arah Hye Yeon dan berkata,
“Tidak ada makanan gratis di Gunung Hua. Sebagai ganti memberimu makan dan tempatmu tidur, kau harus bekerja dengan baik. disini” -ucap Chung Myung
“Amitabha, itu wajar. Siju. Shaolin juga tidak memberikan makanan gratis kepada orang yang tidak melakukan pekerjaannya.” -ucap Hye Yeon
“Ah, benarkah?” -tanya Chung Myung
Chung Myung tersenyum senang dan menepuk pundak Hye Yeon.
“Maka itu sederhana. Kau bisa melakukan beberapa pekerjaan dengan imbalan tinggal di sini. Maka tidak ada masalah!” -ucap Chung Myung
“Apakah kau memberiku izin?” -tanya Hye Yeon
“Tidak masalah, bagaimana bisa aku mengusir seorang teman” -ucap Chung Myung
“Ah…. Amitabha! Terima kasih, Siju!” -ucap Hye Yeon
Wajah Hye Yeon menjadi cerah.
Dia datang tanpa rencana, tapi dia tidak tahu mereka akan menerimanya dengan mudah. Jika mereka tidak menerimanya, dia siap mengemis selama 10 hari sebulan di depan gerbang, tetapi ini diselesaikan lebih mudah dari yang dia kira.
Jika murid Gunung Hua meminta Shaolin untuk hal yang sama, apa yang akan dilakukan Shaolin?
Hye Yeon membayangkan bahwa Gunung Hua adalah tempat di mana mereka sangat ketat dengan orang dari sepuluh sekte besar
“Lalu apa yang harus aku lakukan?” -tanya Hye Yeon
“Oh, bukan apa-apa. Sesuatu yang sangat sederhana. Aku rasa ini Terlalu mudah untukmu.” -ucap Chung Myung
“… mudah?” -tanya Hye Yeon heran
Chung Myung terkikik dan tertawa.
“Jangan khawatir. Kami akan segera mulai, jadi kau akan segera mengetahuinya.” -ucap Chung Myung
“…….”
Hye Yeon yang tidak mengetahui situasinya, tersenyum canggung setelah melihat Chung Myung tersenyum seperti itu.
== Pagi selanjutnya. ==
Hye Yeon menatap langit dengan wajah kosong.
Wajahnya merah karena malu
“Pemenang Kompetisi Beladiri! Bintang baru terbaik di dunia! Hye Yeon dari Shaolin! Setiap orang! Bagi mereka yang memasuki Sekte Huayin, biksu Hye Yeon ini akan mengajarimu Seni Tinju Shaolin! Biarkan dia mengajarimu kekuatan Shaolin, seni bela diri terbaik di dunia!” -seru seorang murid
Alih-alih serbuk sari, bunga plum beterbangan ke segala arah.
Kerumunan berkumpul seperti awan dan bersorak.
“Apakah dia benar-benar Biksu Hye Yeon dari Shaolin?” -tanya seorang murid
“Apakah dia akan berbohong tentang itu?” -tanya seorang murid
“Ya ampun. Apa maksudmu biksu Shaolin akan mengajar Seni Tinju di sekte cabang Gunung Hua? Apa yang terjadi di sini?” -ucap seorang murid
“Apakah kita harus memikirkannya? Mereka akan mengajari kita, dan kita akan bisa belajar, itu saja!” -ucap seorang murid
“Putraku atau apa pun, aku harus mempelajarinya! Ya ampun, Shaolin ada di Xian!” -ucap seorang murid
Dikelilingi oleh teriakan menggelegar, Hye Yeon akhirnya menutup matanya rapat-rapat.
‘Biksu yang terhormat.’ -batin Hye Yeon
Dia sangat merasa ada yang tidak beres, tetapi sudah terlambat untuk kembali.