Join channel kami untuk informasi ter-update: Channel Telegram Tetua Sekte
Project utama: Return of Mount Hua Sect Bahasa Indonesia
MANHWA CHAPTER 77 lanjut baca di novel Chapter 124, gas kan!

Return of The Mount Hua – Chapter 329

Return of The Mount Hua – Chapter 329

Gunung Hua dengan Jalan Miliknya Sendiri (bagian 4)

Sementara itu ditempat para tetua sekte

“Apakah dia serius?” -ucap seorang tetua

“…dia benar benar menyerah?” -kata tetua yang lain

Semua Pemimpin Sekte dari Sepuluh Sekte Besar dan Lima Keluarga Besar terkejut. Dan mereka menatap panggung dengan wajah heran.

Apa-apaan ini…?

Para tetua tidak percaya chung myung menyerah.

Ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Mereka belum pernah mendengar bahwa ada seseorang yang berhasil mencapai final dalam kompetisi bergengsi seperti ini menyerah.

Tapi dia malah menyerah?

Tepat setelah hampir memenangkan kompetisi ini?

Bahkan Pemimpin Sekte dari masing-masing sekte, yang dapat dikatakan telah melalui segala macam kesulitan, tidak dapat memahami apa yang terjadi di depan mata mereka.

“A-Apa yang terjadi sekarang?” -ucap seorang sekte

Ketika seseorang bertanya, mata semua orang secara refleks beralih ke Heo Do-jin. Karena Bop Jeong tidak ada di sini, Heo Do-jin, Pemimpin Sekte Wudang, adalah perwakilan mereka.

Heo Do-jin memandang para tetua Sekte dan Chung Myung bergantian dengan wajah sedikit bingung, dan kemudian dia tersenyum kosong.

“Yang terjadi adalah Hye Yeon memenangkan kompetisi ini.” -ucap Heo Do-jin

“…tidak, semua orang pasti melihatnya,, dia…” -putus seorang tetua

Lalu apa yang bisa anda lakukan? Dia menyerah bahkan sebelum dia dinyatakan sebagai pemenang, -potong Heo Do-jin

Semua orang bertukar mata sedikit.

“Tapi apakah para penonton akan menerima hasil ini?” -ucap seorang tetua sekte

“Tentu saja tidak mungkin...” -ucap Heo Do-jin

Namun, tidak ada bantahan atau pertanyaan lebih lanjut.

Faktanya, mereka tidak cukup paham dengan kondisi saat ini.

Apa yang Chung Myung lakukan sangat tidak masuk akal sehingga para penonton dan tetua tidak tahan dan meminta pendapat dari orang-orang di sekitar mereka.

Pada akhirnya, ini adalah satu-satunya hasil yang terlihat jelas.

‘…Sayang sekali.’ -batin Heo Do-jin

‘Otoritas Shaolin akan jatuh ke tanah.’ -batin Heo Do-jin

Ini juga merupakan aib untuk kompetisi yang mereka selenggarakan. Tentu saja, jika itu sekte lain, mereka masih bisa menyelamatkan muka mereka, tapi itu merupakan sebuah masalah karena tuan rumahnya adalah Shaolin. Menjadi Runner-up saja sudah cukup untuk melukai otoritas mereka.

Tapi orang yang hampir pasti menang, menendang otoritas kompetisi yang diberikan Shaolin?

Ini tidak berbeda dengan menuangkan kotoran busuk ke wajah Shaolin.

Heo Do-jin tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang nampak terkejut dan menatap Chung Myung.

‘Apakah pernah ada orang yang telah memberikan aib yang begitu besar kepada Shaolin selain dia?’ -batin Heo Do-jin

Dia tidak bisa memikirkan apa pun bahkan jika dia mencoba mengingatnya.

Sangat memalukan bahwa bukan Wudang, bahkan bukan Sekte Iblis sekalipun, tetapi seorang murid muda Gunung Hua, yang telah merusak wajah Shaolin.

“Hahahaha!” -tawa Tang Gun-ak

Pada saat itu, tawa besar terdengar dari sisi lain.

Melihat ke belakang, Heo Do-jin mengerutkan kening.

‘Tang Gun-ak?’ -batin Heo Do-jin

Tang Gun-ak, kepala Keluarga Tang Sichuan, memegangi perutnya dan tertawa.

Wajah Heo Do-jin sedikit terdistorsi.

Tang Gun-ak dikenal dengan kepribadiannya yang berat dan serius. Pria seperti itu tertawa seperti anak kecil hingga meneteskan air mata.

“Ah… ah… maaf. Hahaha.” -ucap Tang Gun-ak

Lalu dia dan perlahan bangkit dari tempat duduknya.

“Shaolin adalah Shaolin, tapi aku terus tertawa melihat para tetua sekte besar yang tidak tahu harus berbuat apa.” -ucap Tang Gun-ak

“Uhuk!”

Para Pemimpin Sekte terbatuk serempak dan mengalihkan pandangan mereka.

Seperti ada pisau dalam kata Tang Gun-ak.

Shaolin-lah yang dipermalukan. Tapi apa arti dari aib shaolin?

Selama ini Sepuluh Sekte Besar telah menerima Shaolin sebagai kepala mereka dan telah memenuhi harapan mereka. Jadi bukan sebuah kesalahan jika hari ini bisa menjadi aib terbesar bagi mereka.

Sebagai buktinya, bukankah mereka menonton Kompetisi Beladiri di podium ini.

Pada akhirnya, otoritas Sepuluh Sekte Besar dan Lima Keluarga Besar, yang telah lama berada di tatanan dunia, akan berakhir di sini.

Oleh murid muda Gunung Hua itu.

Mereka yang memahami kenyataan pada kata-kata Tang Gun-ak menatap Gunung Hua dengan campuran kemarahan dan rasa malu. Kemudian Tang Gun-ak berbalik. Tidak ada lagi yang bisa dilihat dari reaksi Pemimpin Sekte lainnya.

Bagi mereka, kata-kata Chung Myung pasti terdengar seperti tamparan dari seorang jenius muda. Tapi Tang Gun-ak tahu. Bahwa Chung Myung bukanlah orang yang bergerak tanpa rencana.

Di balik semangat yang ceroboh itu, sebuah wawasan mendalam yang tidak bisa dia pahami tersembunyi dikepalanya.

Gunung Hua sekarang tidak hanya tinggal di Shaanxi. Jika Gunung Hua memutuskan untuk berjalan di jalur yang berbeda dari Sepuluh Sekte Besar, dunia pasti akan bergejolak. Akankah mereka mampu menahan gejolak itu?

Fakta itu sudah menarik bagi Tang Gun-ak.

‘Tentu saja, Keluarga Tang juga harus bersiap sekarang.’ -batin Tang Gun-ak

Chung Myung berdiri di depan Sahyung-nya.

‘Dalam tatanan baru yang diciptakan oleh Naga Gunung Hua.’ -batin Tang Gun-ak

Matanya tenggelam.

“…….”

Baek Chun menatap kosong ke arah Chung Myung.

Kau….” -ucap Baek Chun kesal

“Apa?” -ucap Chung Myung tanpa dosa

“Hahhhhh…….” -ucap Baek Chun

Namun, setelah membuka mulutnya beberapa kali seolah ingin mengatakan sesuatu, dia akhirnya menutup mulutnya dan menggelengkan kepalanya.

“Tidak, lupakan saja…….” -ucap Baek Chun

“Minggir. Ini bukan saatnya Sasuk menghalangiku.” -ucap Chung Myung

“?” -respon Baek Chun bingung

Chung Myung mendorong Baek Chun menjauh dengan ringan. Kemudian dia berjalan ke depan Tetua Sekte, satu-satunya tetua di antara murid Gunung Hua.

Tap. Tap.

Berdiri di depan Tetua Sekte dengan langkah tegas, dia menggaruk bagian belakang kepalanya sekali. Kemudian dia menundukkan kepalanya dalam-dalam dan penuh semangat.

“Maafkan ke egoisanku, tetua sekte!” -ucap Chung Myung

“…….”

Dia mengangkat kepalanya sedikit lagi, dan senyum tanpa dosa muncul di wajahnya.

“Aku akan menerima hukuman. Sebaliknya, tolong jangan kurung aku di Gua Ratapan. Aku muak dengan pil disana.” -pinta Chung Myung

(Pil yang mereka makan saat mengikuti pelatihan tertutup.)

Tetua Sekte menatap Chung Myung dengan tatapan tenang dan membuka mulutnya.

“Chung Myung-ah.” -ucap Tetua Sekte

“Ya, Tetua Sekte.” -sahut Chung Myung

“Apakah kau melakukannya sesuai keinginan hatimu?” -tanya Tetua Sekte

Chung Myung menegakkan punggungnya tanpa langsung menjawab. Kemudian dia menatap ke langit.

‘Hatiku…’ -batin Chung Myung

“Tentu, Tetua Sekte.” -jawab Chung Myung

Sebuah suara lembut keluar dari mulut Chung Myung. Tetua Sekte mengangguk dengan senyum ramah.

“Jika demikian, maka tidak masalah.” -ucap Tetua Sekte

Kemudian dia perlahan berdiri dan menepuk bahu Chung Myung.

Mata Chung Myung, yang setengah main-main menjadi serius dengan sentuhan halus itu. Tetua Sekte berkata,

“Kurasa kau bukan tipe pria yang akan melakukan sesuatu tanpa berpikir.” -ucap Tetua Sekte

“…….”

“Jadi tidak perlu dibahas lagi. Bukankah kau sudah memberitahuku? Bahwa kehendakmu adalah kehendak Gunung Hua.” -ucap Tetua Sekte

“Tetua Sekte ……” -ucap Chung Myung haru

“Kerja bagus.” -ucap Tetua Sekte

Tetua Sekte mengalihkan pandangannya.

Tetap saja, Tetua Sekte dan penonton dari masing-masing sekte menatap kosong ke sisi mereka dengan mulut terbuka lebar seolah-olah mereka tidak bisa lepas dari keterkejutan.

Shaolin bahkan lebih serius. Murid-murid lain tidak tahu apa yang harus mereka lakukan dan mulai kebingungan, dan Hye Yeon duduk di atas panggung, benar-benar tenggelam dalam pikirannya.

Tetua Sekte menoleh ke Chung Myung dan berkata,

“Chung Myung-ah. Kau telah dengan jelas menunjukkan kepada mereka seperti apa pedang Gunung Hua itu. Dan bagiku itu sudah cukup.” -ucap Tetua Sekte

Chung Myung menggaruk kepalanya sambil tersenyum.

“Terimakasih, hehe.” -ucap Chung Myung

Melihat senyum itu, Tetua Sekte merasa nyaman.

“Dia murid yang hebat dalam banyak hal.” -gumam Tetua Sekte

Bagaimanapun, semua orang di sini hanya terfokus pada Chung Myung. Bahkan jika dia memenangkan kompetisi dan disoraki oleh semua orang, akan lebih sulit untuk mendapatkan perhatian lebih dari ini.

Pada saat itu, Baek Chun, yang mendengarkan di sebelahnya, tidak bisa menahannya dan berteriak.

“Tidak, bukankah kelakuannya itu seharusnya ada batasnya? Tetua Sekte!” -teriak Baek Chun

Itu benar-benar luar biasa, wajah marah.

Yoon Jong, yang biasanya bahkan tidak pernah meringik pada Tetua Sekte, juga ikut meninggikan suaranya dan menambahkan kata-kata dari Baek Chun.

“Itu bukan sesuatu yang bisa dipuji sekarang! Ini adalah sesuatu yang harus ditegaskan oleh Tetua Sekte!” -ucap Yoon Jong

“Itu benar! Tidak, tentu saja, aku tahu dia akan membuat masalah. Benar, aku sudah menebak itu! Tapi harus ada batasan seberapa besar masalah yang dia buat, bukan?” -ucap Jo-Gol

Jo-Gol juga menunjuk ke punggung Baek Chun.

Yoo Iseol diam-diam menatap Chung Myung dan menggelengkan kepalanya.

Namun, bahkan sebelum Tetua Sekte bisa mengatakan apa-apa, Tetua Keuangan, yang ada di belakangnya, dengan tegas menegur mereka.

“Dasar anak anak bodoh!” -seru Tetua Keuangan

“Jika Tetua Sekte mengatakan demikian, maka biarlah. Demikian, Beraninya kalian memberi tahu Tetua Sekte apa yang harus dan tidak boleh dilakukan? Un Gum! Di mana Un Gum?” -ucap Tetua Keuangan

“B-baik!” -ucap Yoon Jong

“A-aku minta maaf!” -ucap Jo-Gol

Ketika nama Un Gum dipanggil, kepala asrama White Plum itu keluar, murid yang terus mengeluh, berjongkok ketakutan.

Kemudian Chung Myung terkikik sambil bersembunyi di belakang Tetua Keuangan.

“Aku ingin membunuhnya.” -gumam Baek Chun

‘Jika aku bisa memukulnya sekali saja, aku tidak akan punya keinginan lain!’ -ucap Baek Chun

Sialan itu.

Baek Chun, yang menatap Chung Myung, tertawa cekikikan.

‘Tapi begitulah dia.’ -batin Baek Chun

Memenangkan kompetisi di tempat pertama tidak akan berarti apa-apa bagi Chung Myung. Dia puas hanya dengan menunjukkan Gunung Hua yang berubah ke dunia dan mematahkan kepala Sepuluh Sekte Besar itu.

“…..dia memang sedikit mematahkan kepala mereka, tapi.” -gumam Baek Chun

Dia melirik Hye Yeon, yang tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Jenius.

Bakat yang telah dipupuk Shaolin dengan sepenuh hati dan jiwa.

Pria yang tampak begitu hebat sekarang sangat putus asa.

Tapi itu wajar saja.

Apakah ada penghinaan yang lebih besar bagi seniman bela diri daripada ini?

Baek Chun menggelengkan kepalanya dan menatap Chung Myung.

“Dia seperti iblis.” -ucap Baek Chun

“Apa katamu?” -tanya Chung Myung

“……Tidak.” -balas Baek Chun

Apa gunanya mengatakannya?

Kemudian Tetua Sekte perlahan berjalan ke depan.

“Ayo kembali.” -ucap Tetua Sekte

“Ya, Tetua Sekte.” -sahut para murid

Tetua Sekte mengulurkan tangannya. Dan menepuk punggung Chung Myung sedikit.

“Kemarilah, Chung Myung.” -ucap Tetua Sekte

“…?” -Chung Myung terheran

Dia tersenyum dan berkata.

“Berjalanlah di depanku.” -ucap Tetua Sekte

“Eeeeeee.” -Chung Myung kaget

Chung Myung menggelengkan kepalanya dengan cepat.

“Tetua harusnya berada di garis depan sekte. Aku akan mengikuti dari belakang.” -ucap Chung Myung

“Kalau begitu mari kita berjalan bersama.” -ucap Tetua Sekte

Tetua Sekte menepuk pundaknya beberapa kali.

“Kau pantas mendapatkannya. Tidak, kau seharusnya memang mendapatkannya.” -ucap Tetua Sekte

Chung Myung agak bingung. Dia tidak pernah membayangkan berdiri di samping Tetua Sekte. Dia tersentak dan mencoba mundur, tetapi ketika dia mundur sedikit, sesuatu menyentuh punggungnya.

“Hah?”

Ketika dia melihat ke belakang, kelompok Baek Chun mengulurkan tangan untuk mencegahnya mundur.

“Lanjutkanlah.” -ucap Baek Chun

“Berdiri di depan.” -ucap Yoon Jong

“Kau tidak bisa mundur sekarang.” -ucap Jo Gol

“…….”

“Ck,, sialan” -ucap Chung Myung

Pada akhirnya, Chung Myung maju dengan menghela nafas panjang dan berdiri di samping Tetua Sekte.

“Ayo pergi.” -ucap Tetua Sekte

Tetua Sekte mengambil satu langkah.

Kemudian bersama dengannya, murid-murid Gunung Hua mulai berjalan serempak.

Kerumunan berdesakan di kiri dan kanan jalan keluar panggung.

Saat mereka keluar, Gunung Hua disoraki oleh mereka.

Semua murid Gunung Hua mengangkat sudut mulut mereka tanpa sadar.

Mereka tidak merasa begitu buruk melihat reaksinya. Tidak, itu agak menarik.

Saat itulah mereka terus mengambil langkah kuat seperti itu.

“Berhenti!” -seru Bop Jeong

Para kepala murid Gunung Hua menoleh serempak.

“Bangjang!” -ucap bawahan Bop Jeong

“Jangan berlebihan!” -ucap bawahan Bop Jeong

“Biarkan aku pergi!” -seru Bop Jeong

Bop Jeong, pemimpin Shaolin, yang terjatuh menatap mereka dengan marah. Ini bukan tatapan damai seperti biasanya.

Kulit pucat, janggut merah dan tangannya mengepal menunjukkan betapa marahnya dia.

“Apakah kalian benar-benar ingin mengakhirinya seperti ini?” -tanya Bop Jeong

“…….”

Tetua Sekte menjawab dengan mengangkat bahu.

“Lalu apa lagi yang bisa kita lakukan, Bangjang?” -ucap Tetua Sekte

“Bisa bisanya… bisa bisanya kalian….!” -teriak Bop Jeong

Bibir Bop Jeong bergetar dan meraung.

“Apakah kalian tahu apa akibat dari kejadian ini? Harga diri Shaolin akan jatuh!” -seru Bop Jeong

“…….”

“Kesombongan Gunung Hua telah menembus Surga! Beraninya kau berpikir tindakan seperti ini akan dimaafkan?” -ucap Bop Jeong

Tetua Sekte mengalihkan pandangannya sedikit dan menatap Chung Myung. Kemudian Chung Myung mengangkat bahu seolah dia telah menunggu.

“Kenapa kami harus dimaafkan?” -ucap Chung Myung

“…Apa?” -sontak Bop Jeong

Matanya saat dia melihat Bop Jeong menakutkan.

“Kau sepertinya salah paham, Hal ini bukan sesuatu yang harus dimaafkan. Yang sombong bukan lah kami, melainkan kalian, para Shaolin. Anda pikir kami membutuhkan ijin dari shaolin ?.” -ucap Chung Myung

“T-tapi…….” -ucap Bop Jeong

Chung Myung tersenyum dan dengan lembut melambaikan tangannya ke biksu tua yang terdiam itu.

“Jaga dirimu baik-baik. Melihat Anda muntah darah seperti itu, kesehatan Anda tampaknya sedang buruk, kurasa Anda harus menjaga kesehatan terlebih dahulu sebelum mengkritik orang lain. Aku akan memberi ANDA ginseng 100 tahun jika anda mampir ke Gunung Hua.” -ucap Chung Myung

“I- Ini tidak bisa dibiarkan! Uhuk!” -seru Bop Jeong

Bop Jeong berjongkok lagi, muntah darah.

“Bangjang!” -ucap bawahan Bop Jeong

“Apa yang kalian lakukan? Bawa Bangjang ke dokter” -ucap Chung Myung

Seberapa parah kemarahan yang membuatnya hingga menderita luka dalam?

Chung Myung menggelengkan kepalanya.

“Aku tidak yakin dia adalah seorang seniman bela diri, tetapi sebagai seorang biksu Shaolin, dia benar-benar tidak memiliki kualifikasi ..” -ucap Chung Myung

Mendengar kata itu, Baek Chun berbicara dengan sangat pelan.

“…apakah kau pernah berpikir bahwa cocotmu terlalu berlebihan?” -ucap Baek Chun

“Sama sekali tidak” -balas Chung Myung

“…Hhhh.. Lupakan.” -ucap Baek Chun

Baek Chun mengangguk. Tetua Sekte tersenyum pahit.

‘Dengan ini, kita tidak punya pilihan selain benar-benar berselisih dengan Shaolin.’ -batin Tetua Sekte

Bohong untuk mengatakan bahwa dia tidak khawatir.

Tetapi…….

Tetua Sekte menegakkan dadanya.

‘Aku Pemimpin Sekte Gunung Hua.’ -batin Tetua Sekte

Yang harus dilakukan orang dewasa adalah membantu anak-anak berjalan di jalan yang benar. Jika pedang realitas menikam Gunung Hua, dia dan para Sesepuh adalah orang-orang yang harus dipukul terlebih dahulu.

Sampai anak-anak ini tumbuh tegak dan menjadi pohon raksasa Gunung Hua suatu hari nanti.

“Ayo pergi.” -ucap Tetua Sekte

“Ya, Tetua Sekte!” -sahut para murid

Bahu dan punggung semua orang tegap. Setiap langkah yang mereka ambil penuh dengan kekuatan dan kebanggaan.

Semua orang tahu.

Di saat seperti ini, mereka harus tampil percaya diri.

Para penonton tidak bisa mengalihkan pandangan dari mereka yang meninggalkan panggung tanpa penyesalan.

Dan di beberapa titik.

Tepuk. Tepuk tepuk tepuk. Tepuk, tepuk, tepuk, tepuk, tepuk!

Ketika seseorang mulai bertepuk tangan, mereka mengangkat tangan satu per satu dan mulai bertepuk tangan.

Dan tepuk tangan dengan cepat menjadi cukup keras untuk menutupi seluruh Shaolin.

Itu berbeda dari sorakan yang biasanya.

Itu adalah tepuk tangan yang berisi “pengakuan”, bukan sorakan.

Terlepas dari suara itu, murid-murid Gunung Hua tidak sama sekali menoleh ke belakang.

Bahu terangkat.

tinju terkepal.

Sekarang semua orang di dunia akan tahu.

Prajurit Pedang Bunga Plum, yang pernah memimpin dunia, telah kembali ke Kangho.

“Oh, benar! Uang taruhanku! Tunggu, bisakah aku pergi ke sana untuk mengambilnya?” -ucap Chung Myung

“…….”

“Tetua Sekte?” -panggil Chung Myung

“…… dasar bajingan kecil!” -ucap Tetua Sekte

Meskipun mereka kembali dengan sedikit aneh.

Pendekar Pedang Bunga Plum. Sekte Gunung Hua.

Ini adalah momen disaat sekte Gunung Hua, akan melanjutkan sejarahnya setelah ratusan tahun, dan menyatakan kembalinya mereka ke dunia.


** 20 Chapter terbaru KLIK TRAKTEER**


 
**JOIN GRUP TELEGRAM**
https://t.me/Tetuasektegununghua

Comment

Options

not work with dark mode
Reset