Pengenalan Karakter
“Hyun Jong” (Ketua Sekte)
“Tang Soo-Soo” (Putri keluarga Tang)
“Murid Gunung Hua”
“Baek Sang” (Asisten Baek Chun)
Jangan katakan itu terlebih dahulu (bagian 4)
Murid-murid Gunung Hua tidak bisa mengendalikan jantung mereka yang berdegup sepanjang hari.
“Bagaimana bisa tubuhmu berubah menjadi seperti itu?”
“Astaga… Kepalaku terbentur langit langit asrama tadi pagi!”
“T-terbentur? terbentur langit langit asrama? bagaimana bisa?”
“Aku hanya mencoba untuk bangun seperti biasa, tetapi tubuhku terpental hingga ke langit-langit!”
(mungkin cara bangun yang dimaksud adalah dengan teknik kick up)
“Aku merasa jika tubuh ini bukan tubuhku biasanya.”
Kekuatan Jasodan benar-benar hebat.
Tidak, bukan hebat, itu bahkan bisa disebut luar biasa menurut-nya. Siapa yang mengira bahwa tubuh bisa berubah begitu banyak hanya dengan memakan satu obat?
Mereka pikir obat ini hanya akan meningkatkan kekuatan internal mereka saja, tetapi rasanya seperti obat ini mengubah tubuh mereka menjadi tubuh yang lebih baik.
Khususnya, murid kelas 3 yang sudah pernah memakan Pil Plum Blossoms yang diberikan oleh Chung Myung di masa lalu sangat menyadari betapa hebatnya Jasodan.
“Apakah kamar kecilnya masih ramai?”
“ah.. mari bicarakan hal lain, Aku sudah buang air kecil beberapa kali sepanjang hari ini.”
“S-sepanjang hari? Kalau seperti itu kau akan mati! Omong kosong apa yang Kau bicarakan?”
“Sudah kubilang, itu benar benar terjadi.”
Sebagian besar murid tidak bisa mengeluarkan Ki kotor dari tubuh secara langsung saat meditasi (kultivasi) seperti Baek Chun CS. Bukan karena efeknya gagal, namun secara alami Ki kotor itu akan dikeluarkan dari tubuh setelah beberapa hari.
Sebuah Pemurnian tubuh.
Hal ini diperoleh dengan hanya makan sejumlah kecil Yeongdan yang sangat diinginkan oleh banyak seniman ahli bela diri.
Tentu saja akan ada perbedaan dari mencapai tingkat Pemurnian Tubuh melalui pencerahan, meskipun demikian, fakta bahwa itu adalah sebuah pencapaian yang luar biasa tidak akan berubah.
Semua orang tidak bisa menyembunyikan kegembiraan mereka bahkan saat makan. Ruang Makan menjadi sangat berisik.
Semua murid merasa ingin minum (mabuk) karena perasaan senang ini.
Sebuah kata kata sederhana dari seseorang langsung membuat suasana menjadi hening.
“Bukankah sekarang kita telah menjadi lebih kuat dari sebelumnya?”
“…….”
Semua orang terdiam, seolah-olah mereka memikirkan hal yang sama.
Kemudian mereka melihat ke arah dari mana suara itu berasal.
Murid kelas dua, yang mengatakan hal itu, melihat sekeliling dengan wajah bingung. Seolah-olah dia tidak menyangka bahwa satu kata yang diucapkannya akan menciptakan reaksi seperti ini.
“…….”
Semua orang terdiam bukan karena apa yang dia katakan tidak masuk akal. Sebaliknya, itu karena kata kata-nya tidak lagi terdengar seperti lelucon.
Tentu saja, semua orang tahu bahwa tujuan Pemimpin Sekte, adalah untuk menciptakan kembali kejayaan sekte Gunung Hua seperti di masa lalu.
Bagaimanapun, dahulu sebagian besar murid di sini hanya berlatih dengan biasa, namun semua berubah ketika Chung Myung yang tiba tiba muncul dan menyeret mereka dengan paksa (berlatih).
Baru-baru ini, bukan hanya iblis itu (Chung Myung) saja yang menyeret mereka, tetapi entah mengapa Sahyung lainnya mulai bertindak seperti iblis itu, akan tetapi …….
Omong-Omong !
Apa yang sebelumnya hanya tampak seperti mimpi bagi mereka perlahan mulai terjadi.
“…… aku merasa tidak ada hal lagi yang tidak bisa kita lakukan sekarang, benarkan?”
“Aku tidak tahu seberapa kuat Gunung Hua dulu, tapi kita juga menjadi sangat kuat sekarang.”
“Yah….”
“Kita mengalahkan Sekte Ujung Selatan! bahkan Sahyung mengalahkan orang orang dari Wudang. Mungkin kita juga sudah menjadi sekuat itu.”
“Jika kau pernah dipukul oleh Chung Myung, kau akan berpikir secara berbeda.”
“Dengan kata lain, kita adalah orang orang yang dapat bertahan dari pukulan Chung Myung”
Wajah semua orang menjadi serius.
Faktanya, mereka tidak tahu seberapa kuat mereka sekarang. Kebanyakan murid murid tidak memiliki kesempatan untuk pergi keluar dan menguji kekuatan mereka.
Mereka hanya menebak-nebak dengan mendengarkan pencapaian Baek Chun dan juga Chung Myung.
Baek Chun sudah lebih kuat dari Geum Ryong (naga sekte ujung selatan) sebelum memakan Jasodan. Jadi seberapa kuat dia sekarang? Dan seberapa kuat murid murid di sini?
“Satu hal yang pasti adalah …….”
Ketika Baek Sang membuka mulutnya, semua orang menoleh dan menatapnya.
“Mimpi itu sudah bukan menjadi mimpi sekarang!”
Semua orang menganggukkan kepala.
“Ingat, semuanya. Mengapa sahyung (Baek Chun), Yoo (Iseol) Samae, dan murid-murid kelas tiga (Chun Myung CS) rela datang jauh-jauh ke Yunnan? mereka adalah orang-orang yang tidak ragu untuk pergi jauh mendapatkan Yeongdan untuk kita. Kita harus bekerja lebih keras untuk membalas budi mereka!”
“Tentu saja! Sahyung!”
“Aku akan melakukan yang terbaik!”
Baek Sang mengangguk pelan.
“Makan yang banyak! Makan sebanyak yang kau bisa dan berlatihlah sampai mati! Maka apa yang baru saja kau katakan tidak akan menjadi mimpi suatu hari nanti!”
“Baik!” -Ucap serempak
Dengan jawaban yang keras, murid-murid Gunung Hua mulai makan dengan agresif.
Tang Soo-soo, yang sedang makan di sudut ruangan, memandang semua orang dengan wajah yang sangat serius.
‘Ini bukan lelucon.’
Kekuatan Jasodan, yang dia rasakan dengan tubuhnya, benar benar gila.
Bahkan Tang So-soo tidak pernah berpikir Yeongdan seperti itu akan ada.
Aura murid-murid Gunung Hua tidak main main.
‘Apakah ada tempat lain di Murim yang memiliki begitu banyak orang dengan kekuatan internal seperti ini?’
Bahkan aku yakin sekte Shaolin tidak seperti ini.
Tentu saja, dia belum pernah benar-benar melihat orang orang sekte Shaolin, jadi itu hanya tebakan, tetapi tidak peduli seberapa banyak dia memikirkannya, jika hanya melihat kekuatan internal, Gunung Hua sekarang termasuk yang terbaik di dunia.
Apalagi jika ditambahkan dengan kekuatan beladiri Gunung Hua dimasa lalu.
‘Ini benar benar bukan mimpi.’
Tang So-soo menggigit bibirnya.
Semua orang terbakar dengan semangat, tetapi dia tidak ingin hanya berdiri dan menonton. Sekarang dia juga murid Gunung Hua.
‘Aku juga akan melakukan yang terbaik!’
Tapi Tang So-soo tidak mengetahui….
Apa arti dari kembalinya Chung Myung ke sini.
* * *
“Hi…Hiiik.”
Tang Soo-soo melihat jurang tak berujung di bawah kakinya.
“Ughh.”
“Uuuu.”
“S-Selamatkan aku..”
Crack.
Pijakan kakinya hancur, dan serpihan batu jatuh dari tebing.
“Fyuuuhh”
“Ju-Junior Tang! beranikan dirimu!”
Tang So-soo, yang nyaris tidak mendengar teriakan itu, menggenggam pijakan batu erat-erat dengan wajah pucat.
“Aku tidak pernah melakukan ini sebelumnya karena orang gila itu tidak disini!”
“Aku kira aku sudah beradaptasi dengan baik, karena aku merasa semuanya baik baik saja … Brengsek!”
Ternyata tidak!
Tang So-soo mengangkat lengannya yang gemetar dan mencengkeram tebing dengan erat.
“Keuh. Keuuuh!”
Dia berjuang untuk mengangkat tubuhnya ke atas.
Tentu saja, dia adalah seorang seniman bela diri.
Meskipun dia tidak mendaptkan seni rahasia dari keluarga Tang, dia terus melatih keterampilannya, bahkan energi Jasodan yang dia makan kemarin telah berhasil ditambahkan ke dalamnya.
Tidak peduli seberapa curam tebing ini, dia bukanlah orang yang tidak bisa memanjat tebing ini.
Jika saja tali sialan ini tidak diikatkan di pinggangnya.
Tang So-soo melihat ke bawah dengan mata gemetar.
Tali yang diikatkan di pinggangnya ternyata melilit sebuah batu yang cukup besar. ( xD ngakak )
Tang Soo-soo, yang sedang melihat batu itu menggantung di udara, tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak!
“Tidak! Bagaimana caranya aku bisa memanjat tebing dengan batu sialan ini? Apakah kau gila?”
“Junior Tang! Jangan berteriak, atau Kau akan jatuh!”
“Argh!”
Dia mengangkat kepalanya dan melihat ke atas.
Matanya memerah.
“Bajingan gila itu!”
Bagaimanapun, dia sempat berpikir jika pria itu akan dia nikahi suatu saat. Namun, setelah dia mengetahui orang seperti apa pria itu, dia melupakan rencana pernikahan, yang ingin dia lakukan sekarang hanyalah mematahkan kepalanya!.
‘Tempat macam apa sebetulnya ini?’
Sekte Gunung Hua adalah tempat yang sama sekali tidak dapat dipahami oleh akal sehatnya.
Anggap saja, pelatihan ini benar benar tidak masuk akal.
Setiap sekte memiliki metode pelatihannya sendiri. Bahkan jika itu sangat radikal dan berbahaya, itu tetap harus dihormati.
Itu bukan masalahnya.
Adakah sekte dimana murid kelas tiga yang melatih murid kelas dua?
Sejauh yang dia tahu, Chung Myung jelas merupakan murid kelas tiga, dan di antara mereka yang memanjat tebing sekarang, ada juga murid kelas dua.
Jadi sekarang, ada hal luar biasa yang terjadi di mana murid kelas tiga melatih murid kelas dua.
Akan lebih masuk akal jika Baek Chun-lah yang melatih mereka semua
Dia bisa mengerti.
Pandangan Tang So-soo perlahan beralih ke dasar tebing yang jauh.
‘Kenapa kamu tidak menghentikannya!’
Jika hal seperti ini terjadi, seharusnya generasi paling atas yang menegur si brengsek itu.
Namun, alih-alih menghentikan Chung Myung, “Un” (sebutan murid kelas satu) yang seharusnya berperan sebagai instruktur tidak menghentikannya.
Mereka hanya mengatakan:
‘Hahaha. Kuharap kalian tidak terluka. Jangan khawatir, kita akan menonton dari bawah. Sehingga kalian tidak terluka jika terjatuh.’
Mereka mengucapkannya dengan acuh tak acuh dan kemudian hanya duduk di dasar tebing.
Benar benar gila, bukan?
“Ugh!”
Tang So-soo menggerakan tubuhnya dan mengulurkan tangannya.
“Junior, lebih kuat lagi!”
“Ughhh!”
Tanpa Sahyung yang menyemangati, dia pasti sudah jatuh.
Dia mulai melihat ujung puncak yang sudah dekat.
Sekali lagi, dia mengatupkan giginya dan naik ke atas.
“Kkeuk!”
Dia akhirnya mencapai puncak dengan kelelahan, badannya segera tumbang dan rasanya tidak ingin bangkit lagi.
“Huuk! Huuk!
Rasanya seperti isi perutnya akan keluar dari mulutnya, tetapi dia bahkan tidak bisa memuntahkannya sekarang.
Bahkan latihan seperti ini tidak terlintas akan terjadi dalam pikirannya.
Dia, yang selalu diajari untuk berperilaku baik sebagai putri keluarga Tang, telah tumbang kelelahan ditanah.
“eghhh.. Sialann!”
Tang So-soo mengangkat badannya dengan kedua tangan. Segera setelah itu, dia menyaksikan tragedi yang selalu terjadi di puncak gunung hua setelah latihan.
-Para murid gunung hua-
“Uuuh.”
“Ughhh.”
“A-aku merasa seperti akan mati …….hoekk.”
Jasodan membuat murid Gunung Hua kuat.
Tetapi kekuatan itu relatif. Jika kau kuat, maka latihanmu akan disesuaikan dengan kekuatan itu.
Melihat para Sahyung berulang kali melipat dan meregangkan kaki mereka sambil membawa segumpal batu yang diikatkan di pinggang mereka, Tang Soo-soo memberikan ekspresi terkejut.
‘Apakah kalian gila?’
“Di belahan bumi mana, yang sekte-nya mempraktikkan pelatihan semacam ini?
‘Aku tidak percaya, bahwa aku bergabung ke tempat seperti ini atas kemauanku sendiri.’
Matanya, terguncang kebingungan, ketakutan, dan terkejut, segera setelah melihat yang Chung Myung lakukan.
Berbeda dengan para Sahyung yang mengerang, dia berbaring dengan acuh tak acuh.
“…….”
Ini bukan pemandangan yang aneh.
Chung Myung sering terlihat beristirahat seperti itu.
Satu-satunya masalahnya adalah dia berbaring di atas batu seukuran rumah yang dibawa Baek Chun.
“Ughhh…Ughhh…….Ooh, bangsaattt!”
Chung Myung mengunyah dendeng sapi di atas batu yang sedang naik turun tanpa berhenti.
Dengan entengnya dia berkata:
“Kenapa jadi melambat ? Sasuk.”
“Argh!”
Baek Chun, yang berteriak seperti binatang buas, dengan kasar melipat dan meluruskan kakinya.. (kayanya mereka lagi squad jump, diawal ku kira push up.)
“Benar, benar, lakukan seperti itu”
Chung Myung terkikik dan tertawa.
Mulut Tang So-soo terbuka lebar. Betapa menyedihkan situasi ini.
‘Dasar gila. darimana dia menemukan latihan seperti ini?’
Dengan waja sebal, dia mendekati Chung Myung untuk melakukan protes.
“Apa yang Kau lakukan?”
“Hah?”
Chung Myung menoleh sedikit dan menatapnya.
“Apakah kau tidak akan ikut latihan juga?”
“Pelatihan semacam ini …….” – sambung Tang So-So
Tang So-soo, yang hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba menutup mulutnya.
Di sebelah Baek Chun.
Yoo Iseol berlatih dengan kecepatan yang sama dengan Baek Chun, dan membawa batu dengan ukuran yang hampir sama dengan baek Chun.
Wajah cantik yang bahkan dikagumi Tang Soo-soo dipenuhi dengan keringat dan kotoran. Tapi Yoo Iseol hanya fokus dan diam melakukan latihan dengan wajah tanpa ekspresi.
Tang So-soo mengepalkan tinjunya sedikit saat melihat pemandangan itu.
“Hey.”
Ketika Chung Myung mengabaikannya, Tang Soo-soo berteriak padanya lagi.
“Hey!”
“Bukan hei, tapi Sahyung.” -balas chung myung
“Ya, Sahyung!”
“Apa?”
“Apakah aku boleh mendapatkan tambahan batu?”
“Lakukan sesukamu.”
“Baik!”
Tang Soo-soo, yang menemukan batu lain dengan ukuran yang sesuai, meletakkan keduanya di atas satu sama lain dan mulai berlatih.
Chung Myung diam-diam menyeringai melihat pemandangan itu.
‘Kau menyesuaikan diri dengan baik.’
Suatu hal yang bagus jika kau memiliki target (goal). dan akan lebih baik lagi jika kau memiliki seseorang untuk diikuti.
“Keuhh.”
“Keuuu.”
“Uuuhh!”
Chung Myung mendecakkan lidahnya pada erangan yang terdengar dimana mana.
“Aku sudah memberikan kalian makanan yang enak, tapi kenapa kalian malah merengek seperti itu.”
-Para murid gunung hua-
“Bajingan gila itu”
‘Coba kau lakukan juga, brengsek!’
‘Aku ingin membunuhnya. Aku benar-benar ingin membunuhnya. Bahkan jika aku tidak bisa membunuhnya, setidaknya aku ingin menusuk punggungnya!’
Mata ganas itu tertuju pada Chung Myung, tetapi Chung Myung terus mengunyah dendeng sapi seolah-olah tidak ada yang terjadi.
“Jika tubuh-mu menjadi lebih baik, Kau harus berlatih lebih keras lagi. Tidakkah menurutmu begitu, Sasuk?”
Baek Chun gemetar.
‘Ya, tentu saja akan seperti ini!’
Apa yang dia harapkan?
Bahkan jika mereka menjadi kuat, itu hanya kelihatan seperti biji yang bertambah besar di mata Chung Myung. Apa bedanya dari sebuah biji menjadi biji yang lebih besar?
Selain itu, dia pandai memecahkan biji itu.
Dia pasti sangat senang memiliki orang-orang yang cukup kuat untuk dihajar.
Baek Chun yang sekarang sangat mengenal Chung Myung, menghela nafas saat memikirkan hal sulit kedepannya yang akan terjadi kepada mereka.
Dan Chung Myung yang saat ini sedang memandang semua orang dengan mata aneh dari atas batu Baek Chun.
‘Mereka benar benar melakukannya’
Dia merasa sudah sedikit berlebihan, tetapi ternyata efek dari Jasodan tampaknya lebih baik dari yang dia kira.
Semuanya sudah jelas, tubuh mereka sudah dilatih dengan sempurna.
Lalu…..
‘Apakah ini saatnya untuk menaikan level pelatihan?’
Dia menutup matanya sedikit pada batu yang sedang bergerak naik dan turun lalu dia terlelap dalam pikirannya.
Jika pelatihan tubuh (fisik) sudah selesai, maka langkah berikutnya adalah..
Teknik Pedang.
Sama seperti sebuah anggur baru yang harus ditempatkan dalam yang botol baru, tubuh baru membutuhkan pedang baru yang cocok dengannya.
Karena mereka terus melatih dasar-dasar dan meningkatkan pemahaman mereka, sekarang saatnya untuk mengajarkan esensi sejati Gunung Hua kepada mereka.
Jika itu adalah inti dari Gunung Hua, tentu saja itu adalah ilmu pedang Gunung Hua!
‘Teknik Dua Puluh Empat Bunga Plum!’ (Twenty-Four Plum Blossoms Sword Technique)
Namun….
‘Bagaimana caranya aku memberikan teknik ini?’
‘Haruskah aku mengatakan jika aku menemukannya di jalan?’
‘Keuh.’
Sungguh sebuah dilema.